EPILOG

445 19 0
                                    

Arjun menggandeng tangan Aurel selama mereka menaiki tangga. Hal itu tentu saja membuat jantung Aurel tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantung cewek itu dari tadi berdegup dengan kencang.

Mereka sampai di rooftop sebuah apartemen terbesar di kota mereka. Aurel mengernyitkan dahinya bingung melihat beberapa balon yang terikat di pagar rooftop.

Aurel menoleh ke arah Arjun dengan raut wajah bingung. "Kok ada balon?"

Arjun mengangkat kedua bahunya tidak tahu. "Gue juga nggak tahu."

Mereka berjalan mendekat ke arah balon. Terdapat gulungan kertas yang terikat pada benang yang mengikat salah satu balon itu.

"Coba buka deh, Rel," suruh Arjun.

"Ehh, iya. Aku buka nggak papa ya?" Arjun mengangguk sebagai jawaban.

Aurel membuka lilitan benang yang mengikat lintingan kertas itu. Bagian tengah atas dan bawah selembar kertas berwarna hitam berukuran A4 itu terikat pada benang sehingga membuat kertas tidak terjatuh.

Aurel mengernyit. Tidak ada apapun di kertas itu. Hanya kertas kosong. Ia menoleh ke arah Arjun. "Nggak ada apa-apa."

Arjun tersenyum. "Ya udah. Ehh, duduk yuk. Bentar lagi mataharinya tenggelam."

Aurel mengangguk. Ia melipat kedua kakinya dan duduk di samping Arjun. Mereka mendongak menatap langit yang mulai berubah menjadi gelap.

Tidak ada obrolan diantara mereka. Mereka sama-sama diam menikmati indahnya langit di sore hari ini.

Jam sudah menunjukkan pukul enam. Langit sudah berubah menjadi gelap. Menyisakan semburat jingga.

Arjun menoleh ke arah Aurel. "Yuk, pulang."

Aurel mengangguk. Mereka berdiri dari duduknya. Niat Aurel untuk membalikkan badan terurung ketika kedua matanya menangkap balon yang masih terikat di pagar terbawa angin.

Kedua matanya menyipit. Yang sekarang menjadi fokusnya adalah sebuah kertas yang masih terikat pada benang.

Rasa penasaran yang begitu tinggi membuatnya mendekat ke arah balon itu. Kertas kosong itu mulai perlahan memunculkan tulisan yang menyala.

Deg

Aurel membeku membaca tulisan pada kertas yang sebelumnya kosong itu. Kedua matanya tidak mungkin salah membaca tulisan yang menyala terang itu.

Aurel, mau jadi pacar Arjun?

Lima kata itu berhasil membuat kedua matanya berkaca-kaca dan berhasil membuat jantungnya berdetak melebihi ritme.

Aurel tersentak ketika seseorang menarik tangannya lalu menggenggamnya erat. Siapa lagi kalau bukan Arjun.

"Gue suka sama lo dari pertama kali liat lo di bandara waktu jemput gue. Gue nggak menyadari perasaaan gue selama ini kalau gue sayang sama lo, Rel."

Aurel sampai menahan napas mendengar ucapan Arjun barusan. Arjun menarik kedua tangan Aurel dan membawa ke depan dada bidangnya.

"Gue sayang sama lo, Aurel Safitri."

Arjun menatap kedua mata bulat Aurel.

"Mau jadi pacar gue?"

Aurel terdiam sejenak sebelum mengangguk dengan wajah yang sudah memerah.

"Beneran?" tanya Arjun memastikan.

Aurel tersenyum malu lalu mengangguk. Hal itu membuat Arjun meninju udara saking senangnya. "Yes!"

Arjun langsung menarik tangan Aurel lalu memeluknya erat. Aurel membalas pelukan Arjun tak kalah erat.

Setetes air mata turun mengalir melewati pipi Aurel. Cewek itu benar-benar bahagia. Perasaannya terbalas.

Yaa, perasaannya terbalas.








LENGKAP










🌿

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

17-04-2020

Aurel Arjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang