Ch. 18

1.5K 143 38
                                    

Wen Ning sudah turun dari helikopter yang mereka naiki mendahului Wei Wuxian yang kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu tuannya yang sedang hamil muda namun sedang lemah fisik itu turun dari sana. Mereka telah sampai di suatu tempat yang Wei Wuxian anggap sebagai tempat asing dan terpencil karena tempat tersebut hanya ditumbuhi dengan pepohonan dan jauh dari kata-kata modern. "Ini... Ada di mana kita?" Tanyanya yang tidak bisa menahan rasa penasaran sesaat setelah berbagai pemandangan yang disuguhkan tertangkap matanya.

"Pulau Darby, Caribbean."

"Pulau Darby!?" Tanyanya lagi seolah tak percaya karena nama tersebut sepertinya tak asing dalam ingatannya.

.

.

.

Malam itu, Wei Wuxian sudah selesai menidurkan kedua putra mereka di sebuah ruangan yang terpisah dengan kamar utamanya dan Lan Wangji. Saat ia hendak kembali untuk tidur, Lan Wangji terlihat asik dengan laptopnya padahal ia harus terbang ke Rusia pagi harinya. "Urusan kantor?" Tanyanya sembari berusaha membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Lan Wangji mengalihkan perhatiannya sejenak dan membantu Wei Wuxian untuk mencari posisi yang nyaman baginya untuk berbaring. Maklum, Wei Wuxian sudah hamil besar, bahkan sudah memasuki tigapuluh tiga minggu, awal masuk sembilan bulan. Tinggal hitungan minggu lagi dan anak ketiga mereka akan lahir.

"Huh? Pulau pribadi? Apakah kalian akan mulai merambah ke sana?" Tanya saat melirik ke arah layar laptop Lan Wangji.

"Hm."

"Wah! Kedengarannya sangat menarik! Kalau kalian bisa membuka bisnis di sana, menjalankan resort, membangun daerah wisata, dan lainnya, kita mungkin juga bisa ke sana untuk liburan." Wei Wuxian mulai berceloteh.

"Hm."

"Ngomong-ngomong, itu ada di mana, Lan Zhan? Sepertinya bagus sekali! Membayangkan dirimu berada di sebuah pulau terpencil dengan villa yang memiliki pemandangan langsung ke arah pantai. Pasti akan menjadi tempat yang mengagumkan."

"Pulau Darby, Exumas, Bahamas, Caribbean."

"Ugh... Nama yang sulit untuk diingat..." Gerutunya lalu menguap. "Huh!? Lan Zhan? Kau sudah selesai?" Tanyanya saat melihat Lan Wangji sudah mengemasi laptopnya.

"Hm. Wei Ying harus istirahat."

"Awww... Kau benar-benar suami yang baik, Lan Zhan."

"Hm."

"Ngomong-ngomong, Lan Zhan... Apakah itu juga yang akan kau urus saat berada di sana?"

"Hm."

"Semoga semuanya berjalan lancar. Aku tidak sabar untuk memamerkannya agar orang-orang banyak yang ke sana."

"Hm. Sekarang tidur."

"Baiklah baiklah... Selamat tidur, suamiku..."

.

.

.

"Aku ingat sesuatu tentang pulau ini. Lan Zhan pernah menyinggungnya dulu. Tapi kenapa aku tidak melihat apa-apa di sini?" Gumamnya yang membuat Wen Ning menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya. "Maksudku, ini pulau yang dibeli oleh Lan Zhan, kan?" Wen Ning mengangguk. "Iya, jadi, Aku ingat sempat membicarakan pulau ini bersamanya waktu itu. Dia bilang pulau ini akan digunakan untuk bisnis dan usaha pariwisata. Tapi bahkan pulau ini... Masih sangat asri."

Wen Ning sepertinya mulai memahami kebingungan tuannya itu namun ia tetap berjalan. "Nanti tuan juga akan tahu."

"Mungkin saja... Eh, tunggu sebentar."

His Guardian: The Comeback Of The AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang