Delapan | Dara

1.6K 380 28
                                    

Kalau kata Tasya, libur telah tiba hatiku gembira.

Tapi Dejun gak sepenuhnya berpikir demikian. Dia seneng karena akhirnya pulang ke rumah dan ketemu keluarganya setelah ngerantau satu semester. Cuma dia gak suka aja karena momen liburan itu juga berarti dia harus menunggu dengan was-was IPK yang akan keluar di server kampus. Dejun pasrah mau berapa mah yang penting lulus dan gak mgulang.

Alasan lain yang membuat Dejun jadi agak kurang semangat adalah karena dia gak bisa ketemu Diandra.

Belum pacaran aja bucin gimana pacaran lo? Begitu kalau kata Dery. Gak nyadar diri.

Jujur Dejun sendiri juga gaktau harus merespon kayak gimana. Semua terjadi begitu aja, mengalir seperti air. Dejun menikmati waktu yang dia habiskan bersama Diandra. Lantas lambat laun frekuensi obrolan mereka meningkat, keduanya jadi sering bertukar kabar dan menceritakan kegiatan mereka.

Sedikit demi sedikit perasaan suka itu muncul ketika Dejun mendengar Diandra bicara di dekatnya. Dejun selalu suka ketika melihat Diandra tersenyum lebar, membuat matanya terlihat sipit. Ketika Diandra tidak ada kabar seharian, Dejun akan merasa kesepian. Tidak tahu kenapa keberadaan gadis itu memberi banyak pengaruh pada dirinya.

Lalu dia tersadar.

He has fallen for her.

He is falling for her.

Perasaan Dejun pada Diandra tidak tumbuh secara instan seperti mi yang rutin dia masak ketika akhir bulan saat finansialnya memburuk, perasaan itu muncul sedikit demi sedikit, menyeruak dan tumbuh lebih besar ketika mereka menghabiskan waktu bersama.

Dejun menyayangi Diandra.

Namun sayangnya, Dejun tidak tahu bagaimana perasaan Diandra kepadanya. Apakah Diandra punya perasaan yang sama atau tidak? Dejun tidak pernah tahu. Diandra sangat sulit dibaca dan ditebak. Ditambah masa lalu Diandra dengan keluarganya, Dejun yakin pasti cewek itu masih terluka karena Papanya pergi untuk perempuan lain. Bagaimana kalau Diandra trauma dan takut buat menjalin hubungan?

Dejun bingung. Dia dilema.

"Adek." Panggil Mama di ambang pintu.

Dejun yang tadinya larut dalam lamunannya, sontak menoleh, masih dengan posisi terlentang di atas kasur. "Kenapa, Ma?"

"Itu bajumu udah Mama seterika. Masukin lemari, gih." Kata Mama.

Tidak menunggu lama, Dejun beranjak dari posisinya dan berjalan mengikuti Mama. Di meja tampak bertumpuk-tumpuk baju yang sudah diseterika dengan rapi. "Ma, kan adek udah bilang gak perlu diseterika baju yang dipake di rumah."

Dejun membantu Mamanya memasukkan baju lain ke dalam lemari sebelum akhirnya membawa miliknya sendiri. Tumpukannya terlalu tinggi jadi Mama mengambil separuhnya. "Udah gapapa. Biar sekalian itu bajunya."

Mereka berdua berjalan ke kamar Dejun, memasukkan baju Dejun ke dalam lemari secara bergantian. Tapi sebelum Mama sempat pergi, Dejun memanggil. "Ma."

"Kenapa?"

"Mau cerita."

Raut wajah Mama berubah antusias. Mama lantas berjalan melewati Dejun dan duduk di atas kasur Dejun, sementara Dejun duduk di kursi meja belajarnya. "Mau cerita apa? Tumben banget kamu?"

"Hehehehe." Dejun terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung memulai pembicaraan darimana. Dejun sudah biasa menjadi terbuka kepada keluarganya, tapi kalau bercerita perihal cewek, Dejun selalu merasa malu. "Anu..."

"Cewek baru, ya? Udah move on kamu dari Shuhua?" Tanya Mama. "Gimana gimana, ayo Mama dengerin."

"Ketemunya belum lama sih, Ma. Baru dua bulanan yang lalu." Dejun memulai sesi curhatnya malam ini. "Namanya Diandra, dia anak DKV. Ketemu waktu donor darah. Anaknya baik, Ma."

[2] Once In A Lifetime - Xiaojun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang