Dejun berhentiin motornya di depan FSRD. Di kampus, mahasiswa FSRD dikenal nyentrik karena mereka gak dikekang oleh aturan berpakaian yang khusus (dalam konteks yang masih sopan). Gak bisa dipungkiri, bener-bener artsy dan stylish mulai dari jajaran dosennya, staffnya, even Bu Lek kantinnya kayaknya juga punya gaya sendiri.
Ala anak milenial, Dejun nungguin Diandra sambil sok sibuk sama ponselnya. Dasar generasi menunduk. Tapi ya daripada kayak kambing conge, mending mainan ponsel. Untungnya, cewek itu datang gak lama kemudian.
"Sorry tadi ke toilet dulu." Jelas Diandra tanpa ditanya. Dejun baru sadar kalau Diandra cuma bawa helmnya. "Motor gue masuk bengkel kemarin, Jun. Gara-gara kena banjir di jalan jadi mogok. Gue nebeng lo gapapa? Nanti kalau udah selesai belinya ga usah dianter gapapa, nanti gue pesen gojek."
"Boleh lah, santuy. Naik cepet." Balas Dejun sambil nyalain motornya.
Diandra sedikit merapikan rambutnya sebelum akhirnya memakai helm bogo miliknya. Diandra naik di boncengan Dejun.
"Udah?" Tanya Dejun.
"Udah."
Sepanjang jalan keduanya ngobrol, walaupun sesekali Diandra jadi tukang keong karena gak denger suara Dejun. Matahari masih terasa agak terik walaupun udah sore. Hal itu makin kerasa waktu Dejun berhenti di tengah jalan karena macet yang disebabkan lampu merah. Memang lampu merah daerah ini terkenal karena lama. Gila, pas lampu merah kayak sekarang bisa ditinggal nonton, memetik daun teh, skripsian, lanjut S2 dan S3, saking lamanya.
Dejun memosisikan spionnya supaya bisa ngelihat wajah Diandra di belakang.
Diandra langsung hshshsgsjsak.
Dejun ketawa. "Rumah lo di daerah mana?"
"Deket sini, kok. Jalan Anggrek."
"Oh, yang ada bakul lontong kupang porsinya seabrek itu, ya?"
Diandra mengangguk antusias. "Kapan-kapan main ke rumah, lah. Nanti gue traktir kupang."
"Pengen, tapi gue alergi kerang."
"Yah, padahal enak. Yaudah ganti aja nanti gue traktir mi ayam."
Baik Dejun maupun Diandra menghabiskan waktu dengan ngobrol. Diandra gak jadi tukang keong lagi karena mereka lagi berhenti dan Dejun juga buka kaca helmnya, makanya kedengeran lebih jelas.
Setelah sekitar sepuluh menit kepanasan dan kejebak macet lampu merah, Dejun akhirnya berhasil masuk ke jalan raya yang lebih besar. Untungnya jalanan dikelilingi oleh pohon rindang, jadi mereka gak kepanasan lagi.
Gak lama, Dejun belok ke jalan yang lebih kecil, melintasi rel kereta api tanpa palang dan berhenti di tempat bakul yang jual perlengkapan berkendara seperti sarung tangan, masker, dan lain sebagainya. Mata Diandra langsung tertuju pada aksesoris bebek karet yang menjadi incarannya.
Mata Diandra berbinar dan sibuk memilih bebek yang ditata oleh si abang.
"Nyari yang couple, neng?" Tanya si abang, lalu menunjukkan dua bebek karet yang helmnya serupa, hanya beda warna saja. Biru dan merah. "Ini ada sisa satu set."
"Couple?" Gumam Diandra, terlihat bingung.
Lalu Dejun tersadar. "Eh, bukan, pak. Kita gak pacaran."
"Lhoalah, saya kirain pacaran. Abis berduaan ke sininya. Kalau beli yang couple lebih murah."
"Yaudah, pak. Saya ambil yang itu aja." Maksud Diandra adalah bebek couple yang ditawarkan oleh si abang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Once In A Lifetime - Xiaojun (✔️)
Fanfiction"I always wanted to tell you something..." Part Two of WayV Universe => Disarankan baca Hendery - AU dulu karena spin off ini mengandung banyak spoiler. Tapi kalau gak juga gakpapa. ©️ 2019