Tiga Belas | The Truth Untold

2.4K 393 139
                                    

Dery menghentikan mobilnya beberapa meter tak jauh dari rumah Diandra. Mobil-mobil lain sudah parkir duluan dan di sisi lain sudah dipenuhi banyak motor, jadi mau tak mau harus berjalan sedikit lagi untuk mencapai rumah Diandra.

Sementara Deby dan Rana turun lebih dahulu, Dejun masih tidak berkutik. Pandangan cowok itu kosong dan hancur. Matanya kelihatan sembab dan lelah karena efek tidak bisa tidur semalaman. Sorotan mata Dejun memancarkan duka yang teramat dalam. Dery belum pernah melihat Dejun seperti ini, selama waktu pertemanan mereka.

"Jun, kita udah sampai." Kata Dery dengan setenang mungkin.

"I don't want to go." Jawab Dejun dingin.

"Jun—"

"I said I don't want to go!! FOR FUCK'S SAKE!!" Nada suara Dejun meninggi, cowok itu menoleh ke arah Dery dengan nafas terengah-engah dan mata berair.

Jujur Dery sedikit sakit hati karena dibentak seperti itu, tapi dia coba mengerti posisi Dejun. Maka dari itu Dery hanya menghela napas, tidak balik membentak balik sahabatnya itu.

Kaca mobil Dery diketuk.

"Kalian duluan aja. Nanti kita berdua nyusul." Kata Dery setelah membuka kaca mobilnya.

Baik Deby maupun Rana sempat menatap Dejun dengan khawatir sebelum akhirnya pergi dari hadapan mereka. Tidak mencoba bicara apapun.

Dery menutup kaca mobilnya. "Lo pikir gimana perasaan Diandra kalau lo gak mau dateng ketemu dia?"

Air mata Dejun akhirnya mengalir membasahi pipinya ketika Dery menyebut nama Diandra. Dia lelah karena menangis semalaman, kini air mata yang susah-susah ia tahan pada akhirnya jatuh juga.

Selama beberapa saat, Dery tidak bicara lagi dan hanya membiarkan Dejun menangis tanpa suara. Dery tahu bahwa Dejun benar-benar terpukul. Mereka tetap pada posisi masing-masing dan ketika Dejun sudah sedikit tenang, Dery baru buka suara lagi. "Ayo, Jun."

Dejun mengusap air matanya dengan kasar sebelum akhirnya turun dari mobil. Tak lama, Dery berdiri di sampingnya. Mereka berjalan beriringan menuju kediaman Diandra yang pagarnya diberi bendera kuning.

Rumah Diandra dipenuhi dengan banyak orang. Dejun tidak mau ambil pusing dan hanya berjalan bersama Dery, serta menyalami beberapa orang yang ada. Ketika mereka masuk ke dalam, Deby dan Rana sudah duduk dengan tenang di ruang tamu, tak jauh dari peti.

Kaki Dejun rasanya lemas dan tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Dery merengkuh pundak sahabatnya dan mereka berjalan pelan menghampiri Mama Diandra dan Ryujin yang duduk di ujung ruangan.

Sama seperti dirinya, mata Ryujin kelihatan merah dan tatapan gadis itu linglung. Sementara itu Mama tidak berhenti menangis. Beberapa orang tampak berusaha menenangkannya. Ketika mereka berdua selesai menyalami Mama Diandra, Dejun baru sadar jika ada perempuan lain yang merengkuh bahu Ryujin dan tidak melepaskannya sama sekali.

Dejun ingat, itu Sihyeon. Sahabat Diandra.

Dejun akhirnya menghampiri peti yang menjadi tempat Diandra disemayamkan. Ada foto berbingkai yang diletakkan di samping peti itu. Dejun merasa diejek. Di, gimana bisa lo senyum kayak gitu waktu gue ngerasa hancur kayak sekarang?

Ini... bukan mimpi. Rasa sakit di hati Dejun terlalu nyata untuk disebut sebagai mimpi. Luka di ulu hatinya luar biasa menyakitkan karena dihantam oleh kenyataan.

Kenyataan bahwa Diandra tidak ada di sisinya lagi.

Dejun memegang sisi peti Diandra, memandangi wajah gadis itu dengan perasaan terluka. Beberapa bagian wajahnya membiru karena luka yang dia dapat dalam kecelakaan.

[2] Once In A Lifetime - Xiaojun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang