A (Ada)

2.1K 164 47
                                        

• Not Me •
Bukan Aku •

Chapter 9 : A (Ada)

Chara : Masashi Kishimoto
Created : ku_mi_ko_rin_7
Pairing : BoruSara

Happy Reading^^

°

°

°

Author POV

"Sarada ada yang ingin aku bicarakan." Lengan Sarada ditarik Boruto seusai bel pulang berdering.

Sontak Sarada kaget, namun hanya bisa pasrah karena kekuatannya tidak cukup untuk menepis tangan Boruto. Kebetulan dia juga ingin mengatakan sesuatu kepada Boruto.

"Pernyataanmu yang waktu itu aku belum memberi jawaban. Aku rasa aku harus menjawabnya. Emm… jadi aku-"

"Boruto saat itu aku hanya bercanda," sanggah Sarada sebelum perkataan Boruto selesai.

Raut muka Boruto tampak kecewa. Dia memalingkan pandangannya dari Sarada. "Be-begitu ya… Kalau begitu kita berteman lagi, ya! Janji!"

Atmosfernya seketika menjadi canggung. Sarada berusaha menetralisir suasana dengan mengangguk mantap. Walaupun hatinya berkata lain.

Keduanya sepakat mengakhiri obrolan dan segera pulang. Tak ada perbincangan sepanjang mereka berjalan beriringan. Keduanya tengah hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Maaf ya aku kelewatan bercandanya," Sarada tiba-tiba membuka topik pembicaraan.

Boruto mengangguk sesaat. Kini dia tidak ada niatan untuk berbincang dengan Sarada. Entahlah mungkin hatinya sedikit kesal karena Sarada seolah memainkan perasaannya.

"Inojin," Boruto spontan memanggil Inojin yang menempelkan dirinya di tembok depan kelasnya.

"Kebetulan! Sarada pinjam Boruto-nya sebentar ya!" Inojin menarik kuat punggung tangan Boruto Boruto keluar dari gedung sekolah, meninggalkan Sarada yang mematung sendirian.

Derap langkah kaki mereka tak lagi terdengar di pusat kota. Keduanya telah duduk di salah satu bangku umum.

"Kenapa Jin?" tanya Boruto tersenyum simpul.

"Lo suka Sarada?" Boruto terlonjak kaget. Matanya membulat lebar.

"Ke-kenapa lo nanya begitu?" Inojin tidak menjawab. Dia menatap Boruto tajam, meminta jawaban yang pasti.

"Gu-gue…" tak tahu jawaban apa yang harus ia lontarkan, Boruto nampak pucat, "…gak tau."

"Beneran?" Inojin memastikan jawaban Boruto. Si empu berambut kuning hanya bisa tersenyum tipis.

"Bor gue suka sama Sarada." Kali ini Boruto benar-benar terkejut. Tapi dia tetap berusaha tenang.

"Oh gitu. Jin lo gak perlu ngomong ke gue."

"Emang gak boleh gue bilang ke elo?" Inojin beranjak pergi meninggalkan Boruto yang masih termenung.

Inojin bersiul pelan dengan kedua tangannya dibelakang kepala. Bola matanya memandang ke arah langit-langit yang berawan.

Hiruk pikuk kota tak lagi dirasakan oleh pria berperangai serba pucat ini. Dengan angin yang berhembus kencang, dia pun sedikit merasa kedinginan. Di perjalanan menuju sebuah toko tua, dia di hadang oleh salah seorang temannya.

"Lo beneran mau ngelakuin itu?" tanyanya menggeret Inojin ke sebuah gang kecil.

Inojin menepis tangannya, "Kalo mereka gak sebodoh itu, gue juga gak mau ngelakuin ini, Mit!"

Mitsuki, temannya itu mendesah pasrah. Dia menghantam dada bidang Inojin pelan. "Lo gila!" katanya.

Inojin tertawa terbahak-bahak, "Tugas lo bukan ngurusin mereka doang, kan? Gimana Sumire?" sambungnya terlihat serius.

"Gue gak tahu harus bilang apa ke dia," lirih Mitsuki muram. Kelopak matanya hampir terpejam.

"Udah ah, gue mau beli kuas. Bye!" Inojin yang tak tertarik dengan percakapan mereka memilih pergi.

Sementara Boruto, dia masih saja duduk termenung sendirian. Satu demi satu kata yang dikeluarkan Inojin terputar terus di pikirannya seolah kaset rusak. Jika bisa dia ingin mengulang kembali waktu agar dia dapat menjawab bahwa dia sangat mencintai Sarada kepada Inojin. Namun sayang, tidak ada waktu yang bisa diulang.

"Aku harus bagaimana?" batinnya beradu dengan hatinya.

°°°

Iris onyx-nya menyapu bersih pemandangan kota dari kaca jendelanya. Rasanya senyap, tak ada satu pun yang bisa menandingi suara dari dalam benaknya. Dia menyesal dan berusaha melupakan kejadian tadi siang, namun apa daya memori itu terus membekas di kepalanya.

"Gue terlalu pengecut untuk ditolak Boruto," gumam Sarada sendu. Tatapannya merundung.

Secangkir teh di meja kecil ia raih. Beberapa kali ia meniup minuman miliknya lalu menyeduhnya pelan-pelan. Musik yang ia putar juga ia resapi liriknya, begitu dalam dan tampak seperti telah ia jalani. Hari-hari yang ia lewatkan dengan mencintai Boruto, semuanya sangat nyata hingga ia ingin membencinya saja.

Tirai jendela tiba-tiba ditutup sang ibu yang entah dari kapan sudah disana. Telapak tangan ibunya menyentuh pipi gembul Sarada, "Ada apa?" tanya Sakura, ibunya.

"Tidak ma," elak Sarada tak ingin ibunya tahu.

"Kamu bertengkar dengan temanmu?" tebak Sakura melepaskan tangannya yang berada di pipi Sarada. Melihat kursi kosong di depan Sarada, Sakura duduk menghadap Sarada.

"Tidak ma," Sarada masih menyangkal.

"Kamu menyukai seseorang?" tebak Sakura lagi, kali ini dia sedikit menggoda putri semata wayangnya itu.

Sarada ingin menyanggahnya, meskipun begitu lidahnya kelu seakan tidak mau berbohong.

"Benar, ya? Ada apa?"

Sarada menceritakan semuanya kepada Sakura dari sudut pandangnya. "Bukannya kamu sedang memainkan perasaannya?" Sakura menanggapi santai sembari menyeduh teh yang tadi ia bawa.

"Hah?" tanya Sarada yang tak mengerti perkataan ibunya.

"Dia sudah memikirkanmu sampai-sampai ingin membalas dengan jujur perasaanmu padanya, tapi kamu bilang itu hanya bercanda. Bukannya itu sama saja memainkan perasaannya?" jelas ibunya menggenggam tangan Sarada, "Urusan dia mencintaimu atau tidak itu belakangan Sarada. Yang terpenting adalah sampaikan yang benar rasamu!" tambah Sakura.

Dengan cepat Sakura membersihkan meja Sarada, dia mengangkut dua cangkir dan berlalu dari kamar Sarada.

"Aku harus bagaimana?" katanya dalam hati.

Terkadang ada cinta yang ditakdirkan untuk terkubur perlahan, tanpa ada seorangpun yang tahu.

______________________________________

Vote dan komen ya minna💗
Arigato💖💝
Kisha sayang kalian💓

Not Me : Bukan Aku [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang