B (Baru)

1.3K 151 21
                                    

"Membangun ikatan yang baru dengan hati yang masih terjerat masa lalu. Setelah duabelas tahun mengantarkanku padanya. Sekali lagi, dengan ikatan baru."

°

°

°

• Not Me •
Bukan Aku •

Chapter 14 : B (Baru)

Chara : Mikio Ikemoto
Created : ku_mi_ko_rin_7
Pairing : Boruto x Sarada

Happy Reading^^

°

°

°

Author POV

Ketika itu, semuanya telah tertanam di ingatan Sarada. Selepas bentakan Boruto bergema, tangan mungilnya menahan lengan Boruto agar tak pergi. Gebrakan meja terdengar lagi. Himawari tak mengindahkan dua orang di hadapannya. Ketukan sepatu mengiringi langkahnya yang merambak. Menyisihkan si jelaga dan pemuda di depannya.

Boruto melepas cengkraman Sarada, membawa kakinya berjalan sengaja agar Sarada juga mengikutinya. Bukan jalan menuju taman, sekolah, maupun salah satu dari rumah mereka, melainkan suatu tempat yang tak banyak Sarada ketahui mengapa Boruto menuntunnya ke kuburan. Sedikit ragu, kakinya menyamakan posisi Boruto yang berhenti di salah satu nisan.

Tertera 'Uzumaki Shion' disana, nama yang tak dikenal Sarada. Boruto memejamkan mata, berdoa, dan meneteskan tangisan sekencang-kencangnya. Pewaris Uchiha itu dibuat iba. Sarada memang tak tahu siapa yang sedang ditangisi Boruto, tapi dia tahu bahwa Shion adalah orang yang benar-benar berharga bagi temannya.

Boruto menghapus jejak air mata juga isak tangisnya, "Gomen ne. Aku jadi gak keren ya sewaktu menangis begini?"

Tak ada balasan dari Sarada, ia terlarut dalam dugaannya sendiri hingga mengabaikan tuan muda Uzumaki di sebelahnya.

"Sarada? Oi, Sarada? Sarada!"

"Eh, a-ano… Kenapa Boruto?"

"Kamu melamunkan apa? Aku lagi bicara, nih."

Poni panjang yang menutupi indra penglihatannya disibakkan, "Enggak ada Boruto. Oh, ya, kamu gak mau jelasin kenapa bawa aku kesini?" tutur Sarada kemudian.

"Dia ibuku."

Situasi yang lengang berisikan suara gaduh alam. Sarada meremat baju yang ia kenakan. Ada yang salah dari penjelasan Boruto barusan. Mari kita putar ulang kejadian, Boruto berkata sendiri ibu kandungnya adalah Uzumaki Hinata, kan? Bukan Uzumaki Shion, kan?

Satu pertanyaan terlintas. Sarada hendak merespon, namun dia gelisah bila emosi Boruto kian membuncah.

"Ah, kamu mau bertanya apa itu benar iya, tidak?" Seakan tahu apa yang ingin disampaikan mimik Sarada, Boruto melanjutkan kalimatnya.

"Dia ibuku, satu-satunya ibu yang aku akui. Bahkan kalau aku terlahir dari rahim orang lain, dia tetap ibuku," ujar Boruto menggertakan gigi, rahangnya mengeras.

"Di mata publik aku diakui sebagai anak dari ibu Shion, istri pertama ayah, walau sebenarnya aku anak dari Hinata-san," tambahnya menatap ke bawah.

"Maaf, maksudnya ayahmu pernah selingkuh dengan bibi Hinata?"

"Yeah… Ayah belum menikah dengan Hinata-san saat itu, jadi terpaksa keluarga Uzumaki membuat identitasku sebagai anak Uzumaki Shion. Sedari awal mataku melihat dunia, hanya ibu yang merawatku. Padahal dia tahu aku bukan anaknya, tapi dia selalu tulus membesarkanku," jelasnya kembali normal, tanpa penekanan emosi yang tinggi layaknya tadi.

Sarada dibuat diam seribu bahasa. Dia bisa apa? Berharap mengungkapkan sesuatu pun diurungkan niatnya.

"Untuk bocah yang sudah berumur tujuh tahun, kehilangan orang yang selalu di sisinya adalah bencana bagi psikisnya. Ini mirip dengan broken home, mungkin. Tak lama Hinata-san datang ke kehidupan Uzumaki membawa adik kecilku. Dia juga merawatku, sayangnya ketika itu aku sangat menutup diri seusai kepergian ibu. Sampai tanpa sadar aku dan Hinata-san berhenti berinteraksi," tambahnya seraya mengenang kejadian pilu baginya.

"Tapi bagaimana kamu bisa yakin, Boruto? Bagaimana kalau kamu memang anak dari Shion-san, bukan Hinata baa-chan?"

"Seandainya saja juga begitu, Sarada. Sayang sekali aku pernah mencocokkan golongan darahku, namun bukannya sama dengan ayah atau ibu, justru golongan darahku persis dengan Hinata-san. Ditambah aku pernah menemukan catatan keguguran ibu," cakap Boruto menjelaskan jawabannya.

Tanggapan apa yang harus ia berikan? Sarada lantas mematung, tanpa memajang ekspresi sekali pun.

Boruto mengulurkan tangannya, "Ayo pulang."

Sarada mengangguk, meraih uluran tangan Boruto. Rautnya berbinar disertai jantungnya yang berpacu cepat. Dilengkapi rona-rona tipis di pipinya, Sarada sudah benar-benar bak orang kasmaran.

Jalan yang panjang menampakkan langit jingga di penghujung petang. Tangan mereka yang saling bertaut, menguatkan hati untuk melaju ke masa yang akan maju. Pikiran konyol yang seketika muncul di otak Sarada jadi kekehan kecil baginya.

Sebelum kisah ini berakhir…

"Kamu kenapa, Sarada? Tiba-tiba ketawa gak jelas begitu," papar Boruto menyipitkan kelopak mata.

"Kayaknya enak juga ya bisa menghentikan waktu, jadi kita bisa bergandengan tangan terus," imbuh Sarada masih terkekeh.

Dan suasana baru tercipta dengan berbeda di antara kita

"Pffftt… Sekalipun waktu jadi secepat cahaya, aku akan menggenggam tanganmu, mustahil kulepaskan."

"Bo-Boruto, jangan berkata manis, sialan!"

Tawa kencang keluar dari mulut Boruto. Tangan yang bertaut harus rela terlepas. Boruto mengacak helaian rambut berwarna raven milik Sarada, "Jaa ne!" Lalu raganya berputar, kembali menuju kediaman Uzumaki.

Boruto tetaplah Boruto.

"Boruto…" lirih Sarada membuat Boruto memalingkan muka, menatap lurus ke arahnya.

"Hm?"

"Hinata baa-chan mungkin pernah melakukan kesalahan, tapi dia juga orang yang baik. Aku rasa kamu harus minta maaf padanya. Jangan takut memulai yang baru! Aku akan selalu mendukungmu, Boruto."

Boruto mengangguk. Telapak tangan kirinya melambai, segera bergegas pulang.

Apapun yang terjadi. Semuanya akan menjadi baru, tapi tidak dengan perasaan manusia. Pun perasaanku padanya.

______________________________________

Vote dan komen selalu kawand
Terima kasih banyak
Kisha lup yu

💓💓💓💓

Not Me : Bukan Aku [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang