Front Office

6.2K 533 33
                                    

Namanya Ayyara Yuan Maheswari. Berumur 24 tahun. Bekerja di Emerald Hotel. Salah satu hotel bintang dari belasan Hotel dan Resort milik Ararya Holding Company. Emerald bukan hanya satu. Kalau dipikir-pikir di Jakarta saja ada dua nama Emerald. Belum di Bali, Bandung, Surabaya dan di kota besar lain di Indonesia. Bahkan nama Emerald juga ada luar negeri. Ayyara beruntung bisa menjadi bagian dari Departement Accounting, Emerald Hotel.

Awalnya, Ayyara tidak pernah berniat bekerja di Hotel. Ia hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya. Itu sebelum dia bertemu dengan Raizel. Setelah mengenal Raizel, Ayyara punya hobi baru. Hingga ia mengikuti kemanapun Raizel pergi, dan berakhir menjadi seorang pegawai Hotel. Meskipun ternyata Raizel tidak bekerja di Hotel yang sama dengannya.

Tapi, itu cerita lama. Sudah hampir satu tahun kisah cinta mereka berakhir. Itu terjadi saat Ayyara atau yang lebih akrab dipanggil Ayya. Mulai mempertanyakan komitmen di antara mereka. Pada akhirnya Raizel memilih mundur karena dia masih punya cita-cita yang ingin ia capai. Dan Ayya, memilih tersenyum dan menerima keputusan Raizel dengan hati yang lapang. Meskipun dia terus menangis dan menyanyikan lagu patah hati selama berhari-hari.

Bukankah kalau kita menyayangi seseorang. Kita tidak boleh mengikat mereka terlalu erat?

Bekerja di Hotel bukanlah hal yang buruk. Bertemu dengan orang yang berbeda setiap hari. Intinya, jika ada yang datang, maka harus ada yang pergi. Dan Ayya masih terus mengingat pesan dari Bu Rimbi saat wawancara kerja dulu.

"Kalau baperan, jangan kerja di Hotel. Karena kamu akan sering ketemu sama laki-laki tampan yang sikapnya sopan. Tapi jangan lupa kalau mereka bisa jadi bajingan."

Maka dari itu Ayya selalu mempertahan dirinya agar tidak terpengaruh dengan senyuman manis lelaki tampan manapun. Apalagi lelaki tampan yang sudah bersama seorang wanita di sampingnya.

Kecuali dia. Yang Ayyara temui di Front Office pagi ini.

Setelah menerima tugas dari Bu Rimbi selaku manager accounting. Seperti biasanya Ayya bergegas menuju menuju front office untuk menyelesaikan beberapa kesalahpahaman. Sebenarnya mereka bisa saja menggunakan telepon untuk meminta seseorang yang bersangkutan datang ke kantor. Tapi, Bu Rimbi sedikit takut jika Bu Dara ada di Front Office dan menerima panggilan telepon itu. Maka, untuk menjaga perdamaian pagi itu. Ayyara menawarkan diri.

"Mbak, dapat salam dari Bu Rimbi. " Ayya tersenyum lebar sembari menyerahkan beberapa lembar kertas pada seorang wanita cantik yang berdiri di konter Front Office.

"Bentar ya Ayy. Gue masih merinding." katanya sembari mengusap-usap lengannya.

"Merinding kenapa? Ada hantu?" Ayya celingukan dan menemukan staf yang lain yanh ternyata juga berwajah pucat.

"Hantu mah..." wanita cantik itu menjentikkan jarinya. "... kecil. Ini Lebih serem dari hantu." katanya.

Mendengar itu Ayya tertawa pelan. "Bu Dara ya? Emangnya kenapa? Ada apa? Kok pucat semua?" cecar Ayya tidak sabar.

"Ada yang abis kissing. Gila. Bentar ya Ayy, mau minum dulu." pamit Citra dan Ayyara mengangguk sembari memperhatikan punggung wanita cantik yang memasuki ruangannya itu.

Untung saja Bu Rimbi benar-benar tidak melakukan panggilan. Ternyata Bu Dara sudah ada di sini beberapa saat yang lalu.

"Selamat pagi."

Suara seseorang membuat Ayya berjingkat kaget. Ayya mengalihkan pandangan pada arah suara tersebut. Dan kembali terkejut, setelah melihat lelaki yang begitu tampan dengan senyum yang sangat manis.

"Selamat pagi Bapak, ada yang bisa saya bantu?" sapa Ayya dengan senyuman layaknya seorang karyawan Hotel.

"Iya Mbak, saya dari grup Architeam. Untuk lunch bisa dijadwal ulang nggak Mbak? Soalnya pagi ini kita ada acara, takutnya kita balik Hotel sore." tanya lelaki tampan itu dengan suara merdu.

"Kalau boleh tahu, mau dirubah jam berapa ya Bapak?" tanya Ayya sambil melihat wajahnya yang serius.

"Saya boleh pinjam telepon nggak Mbak? Mau tanya temen saya yang ada di kamar satu kosong empat dua." ucapnya lagi.

"Boleh Bapak, silahkan." Ayya memberi ganggang telepon yang sudah kupencetkan nomornya.

Lelaki tampan itu terlihat menunggu dengan wajah serius. Sesekali Ayya meliriknya dan menemukan jika lelaki tampan itu juga melihatnya. Dan senyuman manis itu kembali muncul setelah wajah Ayyara merona.

"Halo, Fan? Ntar kita balik jam berapa ya kira-kira? Gue lagi konfirmasi lunch nih." pria itu sedikit manggut-manggut.

Ayya melihat ke arah lain dan melihat staf Front Office lainnya juga sedang melayani tamu lainnya. Ayya tidak bisa meninggalkan tamu itu begitu saja.

"Oke! jam dua ya?! Ya udah. Bangun dong lo! Anak-anak urusin. Hmm. Ya udah, gak enak ama Mbaknya. Gue ditungguin.. Yook! " kemudian panggilan telepon itu selesai.

"Jadi jam dua ya, mbak." kata lelaki itu memberitahu inti dari percakapan telepon.

"Baik, nanti saya konfirmasi dengan restoran Bapak." jawab Ayya dengan ramah.

"Oke, makasih Ayyara..." jawabnya dengan senyuman manis.

"Sama-sama Bapak." Ayya membalasnya dengan ramah.

"Nevan. Panggil aja Nevan. Kayaknya kita seumuran." ucapnya lagi yang membuat wajah Ayyara semakin memerah.

"Iya. Nevan sama-sama." balas Ayya.

"Sampai ketemu lagi, Ayyara." ucapnya yang hanya dibalas dengan senyuman kecil oleh Ayya.

Kemudian Nevan melangkah pergi menjauhi front office. Sedangkan Ayyara masih memperhatikan punggungnya. Setelah tiga langkah, Nevan menoleh dan tersenyum lagi pada Ayyara.

"Cieeee... yang mau mengakhiri masa jomblonya!" staf front office yang pamit minum sudah kembali dengan tawa menggoda Ayya.

"Apa sih! Cuma baca nametag. Apanya yang mengakhiri jomblo." Ayya tersipu malu.

"Kali aja jodoh! Hahaha!! Lunch jadi jam 2 ya?"

"Iya. Udah di tanda tangan?"

"Udah!" sambil memberi lembaran kertas yang di tanda tangan. "Ntar gue salamin ke Nevan ya!"

Ayya hanya menjawab dengan senyuman kecil. Lalu kembali ke kantor departemen accounting. Dalam langkahnya, Ayya sedikit membayangkan tentang Nevan.

Tinggi badannya mungkin sekitar 180. Tubuhnya yang terlihat ramping dengan memakai celana warna krem. Dia memakai kemeja putih yang lengannya sudah ditekuk, membuat kulitnya yang seputih susu, semakin terlihat bersih. Wajahnya yang ramah, mata yang akan membentuk bulan sabit ketika dia tersenyum.

Ahh!! Membayangkannya saja sudah membuat pipi Ayya merona. Harusnya dia tidak pergi ke front office pagi ini. Karena Ayya jadi penasaran, apa yang akan terjadi jika mereka bertemu lagi.

Debaran halus itu muncul. Tidak seharusnya Ayyara jatuh cinta pada seseorang yang jelas-jelas akan pergi. Karena jatuh cinta pada pandangan pertama itu tidak ada.

__________________________________

Gimanaaa??
Suka nggak???

Through The Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang