Ayya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu tersenyum kecut, ternyata sudah jam dua lebih. Pantas saja ia sudah kelaparan. Ayya menatap dua orang yang duduk di depannya. Dan melihat seorang yang ada di sampingnya.
"Ini pada nggak makan siang?" tanya Ayya.
"Bentar." kata mbak Disa.
"Duluan aja." timpal Mas Rizal.
Ayya melihat ke ruangan Bu Rimbi yang ternyata juga sedang sibuk dengan layar komputernya. Tidak heran jika para penghuni ruangan ini kebanyakan adalah orang-orang jomblo. Peduli dengan diri sendiri saja tidak. Bagaimana dengan orang lain? Ayya menoel Oki yang tidak menjawab pertanyaannya.
"Ki, ayo makan." ajak Ayya.
"Lima menit lagi."
"Ya ampun. Gue keburu laper." keluh Ayya.
"Ini nggak pada makan?" Ayya tersenyum lebar pada Bu Rimbi yang sudah berdiri di belakangnya.
"Makan Bu." jawab Ayya dengan senyuman bahagia sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Yuk. Saya udah laper banget." kata Bu Rimbi sambil merangkul lengan Ayya.
Setelahnya bukan hanya Ayya dan Bu Rimbi. Tapi staf accounting yang lain juga mengikuti mereka berdua untuk makan siang di employee dinning room. Seperti hari biasanya. Ayya dan yang lain berjalan melewati koridor dan kantor departemen lain.
"Ayy, yang ketahuan kissing sama Bu Dara siapa?" tanya Bu Rimbi.
"Nggak tahu namanya Bu. Tapi, malah sekarang ada gosip lain."
"Gosip apa?"
"Bu Dara yang kissing sama Pak Rambang." bisik Ayya.
"Hahahaha! Serius kamu?" Entah kenapa kabar itu membuat Bu Rimbi tertawa bahagia.
"Belum pasti Bu. Masih gosip. Memangnya kenapa Bu?"
"Bu Dara itu judes gara-gara kelamaan jomblo."
"Bu Rimbi juga dong." kata Ayya dengan tawa.
"Emang saya judes?" Ayya menggeleng cepat.
"Enggak. Bu Rimbi baik banget."
"Gombal kamu." Bu Rimbi tertawa pelan.
Setelah hampir sampai di depan lift. Tawa kecil Ayya perlahan mulai menghilang. Awalnya Ayya tidak terlalu memperhatikan. Tapi setelah jarak semakin dekat, Ayya baru sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Atau lebih tepatnya memperhatikan Ayyara.
Langkah kaki Ayya mulai terlihat aneh karena gugup. Ayya juga mengalihkan pandangan ke berbagai arah setelah tahu siapa seseorang itu.
Ya, lelaki itu adalah Nevan. Pria tampan tadi pagi sedang mengamati Ayya dengan seksama tanpa peduli orang lain yang sedang bersamanya atau bersama Ayya. Ayya masih berpura-pura tidak melihat. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun ketika mereka benar-benar sampai di depan lift. Dan berita buruknya, Nevan mendekati Ayya tanpa sungkan dan membuat Ayya benar-benar salah tingkah.
Sedetik kemudian Nevan sudah berada di depan Ayya, menghalangi jalannya dan memberi isyarat agar Ayya mau sejenak berbincang dengannya. Ayya menoleh ke arah Bu Rimbi yang juga menatapnya kebingungan.
"Ayyara..." sapanya dengan lembut membuat debaran halus itu kembali muncul.
"Oke..." gumam Bu Rimbi sembari melangkah menjauh.
"Iya. Nevan?" balas Ayya dengan senyum gugup.
"Mau ke mana Ayyara?" tanya Nevanlagi
"Mau makan siang." Ayya tidak mau terlalu ramah, ia menjawab pertanyaan Nevan seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night
General Fiction[MATURE ROMANCE] DIHAPUS SEBAGIAN (Sad story! Kalau nggak mau nangis jangan dibaca.) "Karakter, organisasi, tempat, perusahaan, pekerjaan dan kejadian dalam tulisan ini hanya fiktif." __________________________________ ―semuanya terlalu indah sekal...