Jangan lupa Vote 😘
__________________________________
"Selamat sore, bisa minta tolong sambungkan dengan Ayyara?"
"Mohon maaf. Saya berbicara dengan Bapak siapa?"
"Dengan Nevan, saya mau bicara dengan Ayyara departemen accounting."
"Baik, ditunggu sebentar Bapak. Saya sambungkan ke accounting. Selamat sore."
"Selamat sore."
Nevan berusaha bernapas dengan tenang agar Ayyara tidak mendengar sesuatu yang membuatnya curiga. Menghilang tanpa kabar selama tiga minggu bukanlah keinginan Nevan. Mengingat saat ini ia masih berbaring di atas ranjang dengan tangan kanan yang masih di gips. Wajah penuh luka. Dan salah satu kaki yang belum boleh digerakkan. Beruntung tangannya yang lain masih bisa memegang ponsel Naura.
"Selamat sore dengan accounting Oki, ada yang bisa saya bantu?"
"Selamat sore, saya bisa bicara dengan Ayyara?"
"Mohon maaf. Hari ini Ayya cuti. Kalau boleh tahu, saya bicara dengan siapa?"
"Saya Nevan. Saya boleh titip pesan? Atau boleh minta nomor ponsel Ayyara?"
"Silahkan titip pesan. Tapi untuk memberikan nomor ponsel, saya tidak berani."
Nevan menarik napas panjang merasa kecewa setelah mendengar penolakan itu. Namun, hal itu cukup masuk akal. Tanpa banyak mengeluh, Nevan menyebutkan nomor ponselnya yang baru dan meminta tolong pada Oki supaya Ayyara menghubungi nomor tersebut. Tentu saja Nevan tidak mau membicarakan alasan kenapa ia menghilang tanpa kabar. Nevan tidak mau membuat Ayya khawatir.
Setelah panggilan telepon itu selesai. Oki menempelkan sticky note yang berisi nomor ponsel Nevan itu pada layar iMac yang berada di meja kerja Ayya. Bersama sticky note lain yang berisi pesan-pesan dari Bu Rimbi, Bu Dara atau tugas yang perlu dikerjakan oleh Ayya. Karena menulis pesan lewat email bisa gampang terlupakan.
***
"Nangis lagi." celetuk Berlian karena Ayya tidak berhenti menarik lembaran tisu dari kotak yang ada di mobil Berlian.
"Nanti gue ganti tisunya." ucap Ayya sembari mengusap air matanya.
"Bukan soal tisu Ra. Lo pikir gue nggak mampu beli tisu? Sialan." Berlian meremas setir kemudinya kesal.
"Sorry..."
"Sorry sama diri lo sendiri. Khusus hari ini, boleh nangis sepuasnya karena Nevan. Tapi besok, lo udah nggak boleh nangis lagi."
"Nggak janji gue." kata Ayya dengan gelengan pelan dan menarik ingusnya.
"Lo nggak budek kan? Lo denger kan satpam tadi bilang apa? Nevan udah pindah. Rumahnya kosong. Dan dia nggak pernah kelihatan lagi. Itu artinya elo ditinggalin."
"Berl..."
"Nangis aja nggak pa-pa."
"Gue salah apa ya? Kenapa nomornya nggak aktif. Masa iya sih dia ganti nomor?"
"Dia dinikahin kali."
"Kok lo gitu sih Berl?" Ayya mencebikkan bibirnya kecewa.
"Ya terus? Emang Nevan tinggal di bulan sampai pakai alasan nggak ada signal?"
"Lo jahat banget ya Berl..."
"Biarin. Supaya lo cepet sadar."
"Iya. Iya. Gue nggak nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night
Ficción General[MATURE ROMANCE] DIHAPUS SEBAGIAN (Sad story! Kalau nggak mau nangis jangan dibaca.) "Karakter, organisasi, tempat, perusahaan, pekerjaan dan kejadian dalam tulisan ini hanya fiktif." __________________________________ ―semuanya terlalu indah sekal...