Ruang Onkologi

2K 281 44
                                    

Peraturannya, semakin banyak Vote semakin cepat update.

__________________________________

Ayyara masih berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ketika perawat itu menunjukkan sebuah ruangan pada Ayya. Perempuan cantik itu tersenyum kecil dan menarik napas panjang untuk yang kesekian kalinya.

Ayya mengangkat wajahnya dan melihat sebuah papan kayu di atas pintu ruangan. Ayya menemukan Ruang Onkologi tertulis di atas sana. Sedangkan di dinding samping pintu tertulis,

dr. Arjuna C. Dharma Sp.B(K)Onk

Ayya penasaran, dokter spesialis penyakit apa yang akan ia temui setelah ini?

Perawat itu mengetuk pintu Ruang Onkologi sebelum membukanya, dan setelahnya Ayya mengikuti jejak perawat itu masuk ke dalam ruangan itu. Ayya melihat tak jauh darinya ada seorang dokter yang berwajah amat tampan sedang duduk di belakang meja kerjanya. Sedangkan Mama sudah menunduk sambil menutupi wajahnya. Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa Mama menangis?

"Selamat sore, silahkan duduk." ucap dokter bernama Arjuna itu dengan senyuman manis.

Ayya tidak menjawab karena otaknya sedang sibuk memikirkan hal lain. Seperti hasil tes kesehatan Raizel yang membuat Mama menangis.

"Mbak, calon istrinya Mas Danendra ya?" tanya dokter itu masih dengan senyuman manis.

"Iya, Dok. Saya calon istrinya." Ayya mencoba tersenyum dengan dada yang berdebar tak karuan. Ayya terlalu takut membayangkan hal buruk apa yang akan ia dengar setelah ini.

Mama mengangkat wajahnya dan menatap Ayya. Ayya semakin kebingungan setelah melihat Mama yang makin terisak. Seluruh tubuh Ayya bergetar hebat dengan tangan kirinya sudah digenggam erat.

"Mama kenapa?" tanya Ayya dengan suara pelan.

"Jadi begini..." Ayya mengalihkan perhatiannya pada dokter yang duduk di depannya. Dokter Arjuna juga menggerakkan layar monitor di depannya, agar Ayya juga bisa melihat yang sebelumnya sudah dilihat oleh Mama.

"Menurut hasil pemeriksaan Tes darah, CT scan, MRI dan PET scan. Kami menemukan sesuatu di dalam otak pasien."

"Maksud Dokter?" Ayya mengerutkan kening tidak mengerti dengan kata-kata yang baru saja ia dengar, meskipun air matanya mulai berjatuhan.

"Kami memindai otak pasien dengan  metode-metode tersebut untuk mengetahui lokasi tumor dan tingkat penyebarannya."

"Tumor?" Ayya masih tidak percaya.

"Dan besar kemungkinan tumor ganas atau bisa disebut juga kanker otak."

Mendengar itu, tubuh Ayya lemas. Dadanya seakan dihantam oleh benda besar dan tajam hingga rasanya sanggup menghancurkan hati Ayya dalam sekali pukulan.

"Pasti bisa sembuh kan Dok?" Ayya bertanya sembari mengusap air matanya. Ayya yakin masih ada kemungkinan lain selain sesuatu yang ada dalam pikirannya.

"Sementara ini, untuk pengobatan pada pasien kanker, yang dinilai bukan kesembuhannya. Melainkan tingkat ketahanan hidup pasien."

Ayya mulai menangis sedangkan Mama sudah menangis histeris sambil memeluk tubuh Ayya. Tapi Ayya merasa jika ia harus tetap kuat. Ia harus bertanya kemungkinan lain atau metode kesehatan untuk pengobatan Raizel.

"Bagaimana Dokter bisa menyimpulkan kalau itu kanker?" sekali lagi Ayya masih berusaha menyanggah pendapat Dokter Arjuna.

"Jadi, pagi ini saya sudah berkonsultasi dengan pasien. Tentang keluhan sakit kepala yang pasien rasakan dan semakin meningkat selama dua bulan terakhir. Pasien juga mulai mual, dan mimisan dalam dua minggu terak―"

Through The Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang