Bab 14: Desa

16 6 0
                                    

BAGIAN EMPAT BELAS
"Semuanya terlalu natural, layaknya dirimu. Kamu terlalu indah, untuk disakiti."

**

JUMAT ini aku mulai sekolah, dengan wajah pucat pasi dan aku sudah lumayan bisa berbicara sedikit demi sedikit. Kali ini diantar Jingga dengan satannya, dibawakan bekal roti selai kacang juga susu kotak coklat. Itu memang kegemaranku dahulu, saat SMP.

Aku masuk ke dalam kelas, ada Hani dan Shane yang langsung mendekapku, lalu menanyakan bolak-balik keadaanku. Aku bilamg baik-baik saja.

Aku mengikuti pelajaran dengan baik, namun aku sedang malas menuju kantin. Aku tidak mau ke tempat yang terlalu ramai. Aku terlalu pusing, untuk menghadapi keramaian. Aku pun membuka laptop untuk menonton vlogger ku bercakap-cakap di layar mengenai konflik dunia.

Tiba-tiba ada yang duduk di sebelahku, dia adalah Samudra. Siapa lagi kalau bukan dia? Dia selalu memberi kejutan yang tak terduga-duga.

"Aresha," sapanya.
"Iya?" jawabku.
"Sehabis pulang sekolah kemas pakaianmu, jangan terlalu banyak paling untuk tiga hari," katanya.
"Untuk apa?" tanyaku heran karena tiba-tiba ia menyuruhku berkemas.
"Aku sudah meminta izin Sharonn perihal ini," katanya.
"Oh, oke," jawabku dengan ragu.

Sehabis bel pulang berbunyi, dia pun mengajakku untuk menuju apartemenku langsung. Aku pun mengemasi pakaian dan memasukkannya ke dalam koper mini. Dia pun sama halnya berkemas, membawa koper kecil juga.

Aku bingung tujuanku kemana, berbicara banyak masih sangat perih. Aku pun mencoba mengetikkan sesuatu di laptop dengan ukuran font yang besar.
"Kita mau kemana?"

Dia menjawab, "mau ke planet bunga matahari."
"Seriusan," ucapku.
"Benaran Aresha," katanya sambil fokus mengendarai mobil.

Menembus jalanan tol, ini sangat jauh sepertinya. Dia tak memberitahu, sampai saat ini. Hari sudah gelap pun, dia masih menyembunyikan si bulan ini akan dibawa ke mana.

Di tip mobil dia menyetel lagu. Lagi-lagi playlistku. Kali ini dari Boy Pablo yang berjudul Everytime.

As you can see she hasn't met him yet
She already fell in love, I bet
Her keyboard gets slammed by her fingers
But he replies with "ok" every time, every time
She doesn't know who he is
No, she doesn't know what he's up to, oh
She doesn't know who he is
He doesn't see her
He sees right through her, oh

Katanya sambil berkendara juga bersenandung dengan suaranya yang indah itu. Aku pun memandang wajahnya. Sangat menggemaskan jika sedang menyetir. Wajahnya yang setenang air dapat menimbulkan efek ketenangan juga mendebarkan jantung.

Perjalanan panjang sepertinya, sangat panjang. Aku tidak tahu ini dimana, hujan deras mengguyur beberapa kali.

Aku menepuknya, untuk bertanya ini di mana.
Dia menjawab ke suatu tempat yang tak pernah aku kunjungi. Aku kembali diam.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, menyusuri jalanan lurus atau bebas hambatan. Aku dengannya sampai, di sebuah kota sebelah timur Jawa Barat. Yang memang benar, baru pertama kali aku kunjungi selama hidupku.

Mobilnya terparkir di rumah jadul, catnya kusam namun rapi. Di depannya ada taman yang berisikan bunga-bunga. Rumah modelan tahun 70an aku kunjungi. Dia menurunkan koperku juga kopernya.

Surat untuk SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang