Hari Sabtu kali ini sedikit berbeda dari hari Sabtu biasanya. Biasanya Arvin akan menghabiskan waktu di rumah atau pergi ke Bandung untuk menemui Omanya. Namun, Sabtu kali ini ia diharuskan pergi ke kampus untuk mempersiapkan acara charity yang akan diadakan esok hari.
Dan juga ia sudah berjanji kepada Papanya untuk pergi bersama ke Bandung pada jumat depan. Begitulah rencana yang dibuat Papanya sebelum berangkat ke Jepang. Palingan pria yang ngaku sebagai papanya itu akan mengingkari janjinya lagi.
Entah apa yang membuat pria itu selalu pergi ke Jepang setiap 3 bulan sekali. Sedikit aneh jika dipikirkan, tetapi Arvin tidak mau ambil pusing untuk bertanya. Kemungkinan yang Arvin pikirkan benar, bahwa papanya itu mempunyai istri rahasia di Jepang. Mungkin memiliki seorang anak juga. Jadi, Arvin tidak ingin bertanya tentang hal itu. Jika ia bertanya, sosok pria itu akan semakin terlihat buruk di matanya. Ia yakin akan hal itu..
"Lama banget sih!"
"Sabar dong, hehehe."
"Ih cengengesan lagi!"
Langkah Arvin terhenti, ia melihat sosok gadis yang ia temui kemarin malam di Lift bersama seorang pria. Mereka terlihat saling mengejek satu sama lain sebelum pria itu menghampiri sang gadis untuk mengacak-ngacak rambutnya dan mengambil alih setir dan gadis itu mengitari mobil lalu masuk kedalamnya.
Arvin mengingat kembali pembicaraan yang ia lakukan dengan gadis itu di dalam Lift. Arvin jelas mengingat bahwa gadis itu berada di sini untuk bertemu dengan sepupunya yang tinggal hanya berbeda beberapa lantai di atas unitnya. Memang sih gadis itu tidak memberitahunya apa seksualitas sepupunya. Apakah perempuan atau laki-laki, gadis itu hanya bilang kata 'sepupu', yang sekarang membuat Arvin bertanya-tanya. Siapa pria didalam mobil bersamanya sekarang.
Arvin memicingkan matanya menatap sosok pria itu. Wajahnya memang terlihat familiar. Sepertinya ia pernah melihatnyaㅡ
"Itu bukannya junior yang satu band sama Jeremy, Resta, dan Ian ya?"
Kini Arvin dibuat semakin bingung. Karena bukan hanya itu saja yang teringat olehnya. Ia tiba-tiba teringat dengan sebuah foto yang ia lihat di dalam kamera gadis itu.
"Apaㅡpacarnya?" Dahi Arvin mengerut. Ia merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Gadis itu sepertinya berbohong kepadanya, tidak mungkin hanya seorang sepupu jika ia masih berada disini hingga pagi hari. Kecualiㅡjika gadis itu menginap di tempat sang pria.
Arvin benci pembohong, dan sepertinya gadis itu telah berbohong padanya. Entahlah memang dia benar-benar berbohong atau ini hanya penilaian Arvin saja.
Arvin mendengus seraya menggelengkan kepalanya. Kenapa dia jadi terlalu banyak berpikir tentang gadis itu. Peduli apa dia dengan gadis itu, "Vin vin, kenapa emangnya kalo dia nginep di tempat pacarnya.."
Betul, tidak ada yang salah. Seharusnya dia juga tidak perlu sepeduli ini. Itu adalah hak gadis itu, tidak pantas untuk dirinya mengkritik hal itu. Arvin kembali melangkahkan kakinya menuju motor besarnya yang terparkir saat itu juga ia melihat mobil yang ditumpangi gadis itu dengan pacarnya meninggalkan basement.
.
.
.
"Nyuruh gue jemput pagi-pagi, tapi alhasil gue harus nunggu 20 menit. 20 menit Junㅡ""Kan tadi gue bilang sorry.."
"Lagian lo aneh banget sih. Kan lo bisa jalan pakai mobil sendiri. Kenapa coba mesti nyuruh gue jemput sih!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Feelings
FanfictionPernahkah lo merasakan yang namanya mati rasa? Perasaan dimana lo tidak bisa merasakan apa yang lo sendiri rasakan. Rasa sakit, rasa dikasihi, rasa dicintai, rasa dibenci, rasa mencintai. Semua perasaan itu tidak bisa lo deskripsikan dengan jelas...