Suara dentuman musik yang kencang masuk indra pendengaran Arvin saat Ia membuka pintu besar club itu. Ini pertama kalinya ia mengunjungi club ini, dan baru pertama kalinya juga ia mendengar adanya club ini. Sepertinya ini club yang cukup privasi, karena tidak begitu ramai dari club-club yang ia sudah pernah kunjungi. Terlebih lagi dia diminta untuk menunjukan id keanggotaannya, hanya dengan menyebut nama Jeremy Kevlar. Dia langsung dipersilahkan masuk. Sungguh luar biasa temannya itu.
Arvin kembali membuka ponselnya untuk menanyakan keberadaan buddynya itu. Namun, seseorang menubruk bahunya hingga membuat ponselnya terlepas dari genggamannya, untung saja Arvin mempunyai refleks yang sangat bagus. Dengan cepat Ia menangkap ponselnya, samar-samar Ia mendengar suara minta maaf dari orang yang menabraknya. Tanpa bersalah orang itu berjalan begitu saja, karena sudah cukup kesal. Arvin menarik lengan Pria tanpa bersalah itu.
"Loh? Lo?"
"Bang Arvin?"
"Ngapain lo disini?" Tanya Arvin dengan nada tidak suka. Sebelum berangkat kesini ia sudah bertemu dengan anak ini. Terus bertemu lagi disini? Sempit banget Jakarta.
"Oi. Juna!" Sebuah suara memanggil sang pemilik nama pria didepannya. Arvin dengan refleks mengikuti asal suara itu, Ia bisa melihat Jeremy sudah duduk manis disamping pria yang memanggil Juna.
Situasi apa ini sebenarnya. Tanpa ambil pusing Arvin melengos begitu saja meninggalkan Juna. Juna yang menatap punggung Arvin hanya bisa mencibir pria itu. Ia pun heran entah kenapa Arvin terlihat sinis ketika melihatnya, apa mungkin apa yang ia khawatirkan itu benar?
"Kok lo gak baca chat gue?"
"Sorry sorry, dilipet banget itu muka."
"Whatever."
Arvin mengambil sebotol bir bintang dari tangan Jeremy dan meneguknya begitu saja. Jeremy hanya bisa menghela napas, untung buddnya kalau engga udah Ia kemplang itu kepalanya. Jeremy memberikan high five kepada Juna yang baru saja tiba.
"Jadi temen yang Ezra ajak itu si Juna toh."
"Hai bang Jer."
Arvin mendelik melihat Juna duduk disamping temannya yang bernama Ezra itu. Wajah baru nih—lumayan juga, pikir Arvin.
"Iya bang. Udah kenal toh sama Juna?"
"Kenal dong kan pernah manggung bareng pas acara Charity."
"Oh iya ya."
"Kemana junior angkatan lo yang lain."
"Tau tuh—katanya sih udah pada otw." Jeremy mengisi gelasnya dengan es batu sebelum menuangkan whisky. "Jun, mau minum apa?"
"Gue bir aja bang. Bawa mobil soalnya."
"Ok." Jeremy mengakat tangannya, memanggil waiters untuk datang ke mejanya.
"Lo member disini Jer?" ucap Arvin setelah menghabiskan sebotol bir rampasan dari Jeremy.
"Yup, perdana juga gue kesini." Jeremy tertawa renyah. "Kalo lo jadi member bakal banyak keuntungan yang lo dapet, jadi ya sekalian aja."
"Tau-tauan dari mana lo club kayak begini?" Arvin menunjuk sebuah stage dengan sebuah Pole yang berhadapan dengan mejanya. Club dengan Pole dancer di dalamnya? sungguh langka di Jakarta. Bahkan setahu Arvin Ia tidak pernah mendengarnya.
"Dari anaknya temen bokap." Jeremy terserum asimetris lalu menegguk whiskynya. Arvin hanya mengganggukkan kepalanya. Entah mengapa Ia merasa sedikit asing.
"Kapan mulai?"
"Sebentar lagi kayaknya." Tepat setelah Jeremy berkata. Lampu di club itu meredup dan semua lampu tersorot ke polo stage dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Feelings
FanficPernahkah lo merasakan yang namanya mati rasa? Perasaan dimana lo tidak bisa merasakan apa yang lo sendiri rasakan. Rasa sakit, rasa dikasihi, rasa dicintai, rasa dibenci, rasa mencintai. Semua perasaan itu tidak bisa lo deskripsikan dengan jelas...