Hallo semua~
Maaf ya baru bisa melanjutkan FF ini lagi. Sebelumnya aku emang mengalami yang namanya Writer's Block dan juga beberapa kesibukan di rl.
Bersyukur banget sih gara-gara stay at home gini aku jadi bisa lanjut nulis lagi 😭 padahal sebelumnya sampai give up. Gak tau lagi mau lanjutin gimana huhu
Anyway, biar tidak lupa aku akan kasih ingatan kalian sedikit. Hehe
Author-nim: kalian masih ingat scene yang itu tuh.. yang itu loh~ yaudah nih aku ingetin lagi ya 🤭
Adrian melihat Feyya berjalan menuju gedung klub. Jangan bilang gadis itu akan pergi sendirian mengambil tasnya. Adrian menghampiri Faresta dan Jeremy yang tengah merapihkan alat musiknya.
"Eh.. gue ambil tas dulu ya." Ia menepuk pundak Jeremy dan langsung pergi begitu saja.
"Eh woy! Ian! Tas lo udah kita bawain!!" Seruan Jeremy tidak membuat Adrian berhenti. "Lah, itu anak gimana dah.."
Faresta hanya mengangkat bahunya. "Biarin aja, yang capek kan dia sendiri ini."
Adrian mengikuti Feyya dari belakang, namun tidak ingin gadis itu sadar jika ia mengikutinya. Adrian hanya ingin memastikan bahwa Feyya tidak apa-apa.
Adrian mengumpat dibalik pintu ruangan BEM. Ia melihat gadisnya itu membawa 2 tas yang ia yakini satunya milik si Ghina. Lagian, itu anak kemana lagi. Tiba-tiba ngehilang gitu, kan kasian si Feyya bawain tas dia. Mana keliatannya berat lagi. Ingin rasanya ia menampakkan dirinya lalu membantu Feyya membawakan tasnya.
Adrian terlonjak kaget saat lampu koridor menyala.
"Wah.. keliatan mau dikunci.. Ehㅡ!"
Dengan panik Adrian berlari menuju tangga, menuruni tangga dan kembali bersembunyi di lantai 2. Tepatnya dibalik dinding dekat tangga, Ia mendengar suara langkah Feyya yang terburu-buru.
SREK
Bulu kuduknya naik seketika saat mendengar gesekan meja dari ruangan klub melukis. Masa sih masih ada orang...
Feyya terlihat menuruni tangga dengan menggendong tas ransel Ghina yang berat itu. Adrian berdiri tegak saat melihat tali sepatu kets Feyya tidak terikat, ia memantau gerakan kaki Feyya, kalau begini bisa-bisa gadis itu tersandung dan terjatuh dari tangga. Benar saja...
Adrian berlari dengan cepat menuju Feyya, menangkap tubuh mungil itu. Namun sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepadanya, ketika menangkap tubuh Feyya, Adrian terpeleset dan terjatuh bersama tubuh Feyya yang menindihnya.
Adrian merasakan sesuatu lembut namun cukup keras menghantam bibirnya. Ia membuka matanya, betapa terkejutnya saat melihat wajah Feyya didepan matanya. Terlebih lagi, sesuatu lembut yang menghantam bibirnya dengan keras itu, yang ternyata adalah bibir gadis kesukannya itu.
Mata Adrian membulat, mengerjapkan matanya berusaha meyakinkan kalau yang didepannya hanya ilusi. Mata Feyya terbuka, gadis itu terlonjak kaget dan langsung beranjak dari atas tubuh Adrian.
Pikiran Adrian masih kosongㅡkejadian tadi membuat otaknya terhenti.
"M-maafㅡ" ucap Feyya pelan, ia memegangi bibirnya. Bibirnya terasa sedikit kebas akibat tubrukan itu.
Perlahan Adrian duduk dari posisinya, ia meringis merasakan badannya yang sakit terutama bagian pergelangan kakinya.
"Ya Ampun... bibir kamu berdarah Ian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined Feelings
FanfictionPernahkah lo merasakan yang namanya mati rasa? Perasaan dimana lo tidak bisa merasakan apa yang lo sendiri rasakan. Rasa sakit, rasa dikasihi, rasa dicintai, rasa dibenci, rasa mencintai. Semua perasaan itu tidak bisa lo deskripsikan dengan jelas...