.
.
.
.BASTIAN memasuki pintu Cafe sembari membawa sebuah tas hitam di tangannya. Kedatangan pemuda itu disambut oleh napas tertahan dari para kaum hawa. Mulanya, tubuh jangkung dan postur tegap Bastian berhasil menjadi magnet agar semua mata meliriknya. Lalu, ketika mereka tahu wajah menawannya serupa gambaran dewa, berkedip menjadi sulit dilakukan apalagi memalingkan pandangan (mungkin, lebih baik dimulai dari bernapas kembali).
Bastian mengambil meja nomor 17—tempat yang strategis untuk sebuah pertemuan; privat dan nyaman.
Tas hitam yang ia bawa berisi laptop baru. Semua pekerjaannya akan dimulai dari sana. Benjamin memang menjanjikannya waktu dua hari, tapi Bastian tahu temannya itu lebih gesit dari orang lain. Untuk alasan itulah Bastian meminta tolong padanya.
Benjamin baru saja mengiriminya beberapa lampiran berkas untuk Bastian isi, yang kemudian akan dikirim ulang untuk ditanda-tangani pihak Kampus. Bastian tebak, pekerjaan Benjamin akan selesai malam ini. Kalau bisa lebih cepat, kenapa tidak?
Tadi Bastian sempat berjalan-jalan di rumah sakit lantaran dia bosan. Dia melihat dua lelaki berwajah familier—mereka berada di satu Kampus yang sama dengannya, yang juga dirotasi ke rumah sakit ini—sedang bercengkrama seru dengan perawat-perawat cantik. Tampaknya hari pertama masih aman-aman saja mengingat wajah dua pemuda itu terlihat sok dan tengil. Belum waktunya mereka berjaga 24 jam.
"Selamat sore, Mister," sapa pramusaji. "Anda ingin pesan apa?"
Bastian melihat menu, lalu menyebutkan dua coffe dan dua dessert yang tertera. Dia kembali fokus pada laptopnya, mengabaikan kegugupan sang pramusaji.
Gadis itu mengulang nama pesanan dan menyelipkan kata 'pesanan Anda akan segera datang', kemudian berjalan mundur dengan wajah tersipu. Begitu mencapai meja kasir, ia bergabung bersama rekan-rekan kerjanya dan berkomentar betapa Bastian sangat rupawan jika dilihat dari jarak dekat. Mereka gembira sekali membahas seputar Bastian dengan mulut berbisik satu sama lain; mulai dari bau aftershave, suara serak nan dalam, warna bola mata, hingga tahi lalat manis di pelipisnya. Obrolan para pekerja itu terjeda ketika satu orang lagi memasuki pintu Cafe mereka.
Nah, kali ini seorang gadis yang cantik bak dewi yunani. Rambut coklatnya yang tergelung berantakan memberi kesan seksi—yang membuat orang bertanya-tanya sebagus apa pula kalau itu ditata dengan benar. Selera fashionnya tampak sederhana saja, namun entah kenapa jika dia yang mengenakannya jadi terlihat modis. Tubuh tingginya berlekuk. Kulit eksotisnya nyaris bercahaya. Semua yang ada pada dirinya mampu membuat wanita manapun iri tanpa sebab.
Netra coklat yang dibalut bulu mata lentik nan lebat itu hanya mengerling ke satu arah, yaitu pada meja Bastian. Tanpa ragu, tanpa ekspresi, dan tanpa canggung dia berjalan mendekat. Melalui sikap dan cara berjalannya yang penuh keanggunan dan kebijakan, orang-orang akan percaya bahwa dia memiliki kehormatan tinggi.
Mengetahui gadis baru itu berakhir duduk di hadapan Bastian, sontak para pramusaji mengeluarkan suara semacam tersedak dan tercekik. Sampai dimana mimpi mereka tadi? Seharusnya mereka tahu kalau pria tampan itu mustahil single.
Setidaknya, hari ini meja nomor 17 mereka enak dipandang.
"Oh, Laren." sapa Bastian begitu melihat seseorang yang mengisi tempat di hadapannya. Tidak ada yang berubah, pikir Bastian. "Kau haus? Aku baru pesan minuman."
Sepupu perempuannya itu duduk tegak dengan tangan berpangku pada meja. "Tidak terlalu. Apa yang kau lakukan disini?"
Dagu Bastian mengedik pada laptopnya. "Melakukan pekerjaan kecil, dan ... menunggumu."
Laren belum merubah raut wajahnya. Sejak awal ia berwajah datar. Bastian akan selalu mengerti bahwa Laren tidak punya banyak ekspresi (bawaan lahir), kendati raut yang ia tunjukkan ini adalah perasaan senangnya. "Maksudku, apa yang kau lakukan di kota ini, Bastian? Kupikir kau tidak berniat kembali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Little Lady
Romance#Romance #Drama #(A little bit)Comedy •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Bastian bersumpah kalau Bella dulunya adalah bocah perempuan yang manis walau agak merepotkan. Sekarang, 7 tahun telah berlalu. Bella membuat peru...