"Mas..." panggilku.
Kamu mengikuti langkahku, berjalan ke arah bibir pantai. Sedang yang aku lakukan berlari dengan kencang.
"Mas..." kini aku berteriak, dan kamu masih sama saja berjalan pelan sambil terus memerhatikanku.
"Mas..." teriaku frustrasi hingga akhirnya aku lelah, menyudahi lariku dan duduk di pasir putih ini. Dari jauh, samar kulihat kamu tersenyum tipis.
"Sudah larinya?" katamu setibanya di sampingku dan duduk.
"Lelah." keluhku.
"Hanya itu yang didapat?"
Aku mengangguk.
Kamu tertawa.
Aku menatapmu dengan bingung, "ada yang lucu?"
Kamu menghetikan tawamu, menatapku dengan fokus.
"Tidak ada."
"Lalu mengapa tertawa?" kataku jengkel.
"Aku baru menyadari sesuatu." ucapmu, sambil menarik napas.
"Apa?"
"Dalam hidup ternyata bukan perihal siapa yang melaju dengan cepat, karena itu sangat melelahkan padahal tujuanmu sudah di depan mata tapi kamu malah kehabisan napas terlebih dahulu." kamu menjeda kalimatmu, "tapi langkah demi langkah yang kamu titih dari bawah dan tak pernah henti, itulah yang akan membawamu pada tujuan dengan selamat."
Aku mengangguk setuju, "aku percaya sekali, hidup bukan perlombaan tentang siapa yang menang dan kalah karena setiap dari kita punya garis finishnya masing-masing."
Kamu mengangguk setuju, dan kita sama-sama tersenyum.