pintu itu sudah tak pernah ia ketuk. sebab baginya, pulang adalah hal yang menakutkan hingga ia memilih untuk berlama-lama berada di luar--diterpa berbagai hal. terakhir yang aku dengar, jalan yang ia lalui begitu terjal dan beberapa kali ia terjatuh. tubuh lemahnya itu sering tertiup angin dingin dan juga harapan yang dipupuk orang sekitarnya ikut terbawa angin--hilang entah kemana. belum lagi hujan sering membasahi tubuhnya serta menghilangkan jejak-jejak pada hal-hal yang sedang ia coba bangun--bak membangun istana di pasir pantai, begitulah ia. belum lagi saat kemarau tiba, ia harus dua kali berusaha sebab peluh yang menetes untuk segala usaha yang ia lakukan itu tak hanya untuk dirinya.
tapi bagaimanapun ia, setelah banyak hal di luar yang ia lalui, lihatlah, sekarang ia berada di sana. di sebuah pintu yang sudah lama tak ia ketuk.
"Terima kasih sudah pulang. Aku menyambut kedatanganmu dengan suka cita." pintu itu terbuka, seseorang menyapanya hangat. "Akan aku peluk segala cacat dan kurangmu, akan aku rangkul semangat dan juangmu, serta aku akan menepuk tanganku untuk segala usaha dan hasilmu."
rasanya sudah lama sekali ia berjalan, sampai ia melupakan pintu yang sudah lama tak ia ketuk itu. kalau saja ia tak memutuskan untuk rehat, entah akan jadi apa ia.
kini ia datang dengan segala penerimaan pada dirinya yang tak sempurna, dengan segala kesalahan dan kegagalan yang sudah ia lalui. tak lupa ia juga datang dengan segala canda dan tawa sebab ia sadar hidup adalah taman bermain.
"terima kasih sudah berjalan sejauh ini, mari melanjutkan perjalanan ini dengan melalui lebih banyak wahana seru lainnya, kau bilang hidup adalah taman bermain 'kan? meski terkadang kau merasa sendiri dan terlalu berat bagimu. tak perlu lari ataupun bersembunyi, kau hanya perlu ingat kemana kau harus pergi, pintu ini tak akan kemana-mana, ia selalu menerimamu sebab pintu ini adalah bagian dari dirimu."