Hari ini langit tiba-tiba mendung. Tapi aku masih saja tak kenal lelah sedari tadi masih berjalan-jalan entah mencari apa, tak ada tujuan yang pasti bahkan aku bisa melewati jalan yang sama untuk kesekian kali.
Hahaha.
Aku menertawakan diriku sambil terus bertanya;
Memangnya apa yang kamu cari?
Aku menggeleng mantap dan menyuarakan ketidaktahuanku.
Ya.
Aku ini, tak tahu apa-apa bahkan tentang diriku sendiri dan inginku saja aku tak tahu tapi mengapa masih saja ada orang-orang yang bersuara seakan mereka tahu tentangku?
Memangnya siapa mereka? Saat aku saja tak tahu siapa aku yang sebenarnya.
Hahahaha
Aku kembali menertawakan diriku sendiri, tapi aku tidak bahagia. Melainkan aku menangis.
"Mas..." aku mengenggam tangan kamu dengan erat. Dan tiba-tiba saja aku menangis, hatiku menjerit dalam hati karena kekosongan yang menghimpit hingga membuat dadaku sesak.
Kamu menatapku dengan tatapan yang sama, meneduhkan bukan menuduh yang bukan-bukan saat perlahan air mataku jatuh ke pipi.
"Mengapa?" tanya kamu dengan tampak kebingungan namun, aku melihat kamu menenangkan dirimu terlebih dahulu bahwasannya ini bukan pertama kalinya kamu melihatku seperti ini.
Aku tahu kamu panik dan kebingungan tiap kali sakitku mulai datang tapi aku ingin kamu tahu jika hanya kamu yang bisa membuatku tenang. Bahkan saat mataku mulai kunang-kunang, menatapmu tetap membuatku senang.
Kamu membawaku ke dalam pelukmu, menenggelamkan semua pelik yang aku rasakan. Meski aku masih menangis tapi dirimu tetaplah magis yang membuatku bisa terlupa pada hal-hal yang ingin membuatku nangis.
Mas.... Dengarlah, kuberi tahu ini padamu sebagai rasa syukurku pada Tuhan yang telah menciptakan kamu dan mengirim kamu dalam hidupku.
Dengarlah ini baik-baik;
Mas, jika ada hal-hal yang tak membuatmu senang dan menangis. Kumohon janganlah berlarut. Karena aku hanya menginginkan kau di peluk kebahagiaan.
Mas, jika harimu buruk. Ingatlah aku yang tak pernah menginginkan kamu terpuruk.
Mas, jika kamu merasa gagal akan sesuatu. Ingatlah jangan terlalu kalut. Karena bagiku, kamu berhasil menyelamatkanku dari kemelut.
Mas, jika suatu saat kamu merasa tak diinginkan dan tak dicintai. Ingatlah aku yang selalu menginginkan dan mencintai setiap inci segala apa-apa yang ada di dirimu.
Karena kepalamu adalah rumah untuk aku bisa memecahkan rumus kerumitan kehidupan.
Karena telingamu adalah rumah untuk aku yang sedari dulu tak pernah di dengarkan.
Karena matamu adalah rumah untuk aku yang sedari dulu selalu diabaikan.
Karena tanganmu adalah rumah untuk aku yang sedari dulu lepas dari genggaman.
Karena kakimu adalah rumah untuk aku yang sudah kehilangan arah.
Karena tubuhmu adalah rumah untuk aku yang sudah lupa akan hangat sebuah pelukan.
Karena hatimu adalah rumah yang tak akan pernah aku tinggalkan.
Untuk aku, kamu segalanya, terima kasih sudah ada.