Hilang dan Kembali

509 31 3
                                    

Aku membaca lagi obrolan-obrolan kita. Menggulirnya hingga ke pertama kali kamu mengucapkan hai padaku. Manis dan lucu, ya? Percakapan kita dahulu. Kamu selalu bisa menanggapi leluconku yang macam kerupuk itu, lalu kita sama-sama tertawa dan aku merasa bahagia.

Sungguh sederhana.

Mas. Tapi sudah dua hari ini kamu sama sekali tak membalas pesanku.

Ada apa?

Mas, sebenarnya akupun ingin menemuimu sebab aku rindu. Tapi, di fase saat ini aku harap kita saling mengerti bahwa yang paling baik adalah menjaga diri masing-masing terlebih dahulu hingga nanti saatnya kita bisa tumpahkan segala rindu dalam bentuk peluk hangat dan cium manja.

Tapi, aku cemas.

Apa sudah bukan aku lagi yang berada di hatimu? Hingga kamu seolah menghilang? Apa kamu membiasakanku tanpa hadirmu biar sewaktu-waktu jika kamu menghilang aku tak akan terkejut?

Mas, apapun itu tolong beri tahu aku. Biar rindu saja yang menyiksaku asal bukan prasangka-prasangka burukku padamu.

Aku hanya terlalu sibuk.

Katamu dua hari yang lalu.

Sibuk? Terlalu sibuk menjauhiku? Benar, begitu?

Jangan memikirkan apa-apa. Jangan berusaha untuk memancing keributan sebab kamu tahu pada akhirnya itu akan menyakitimu.

Aku terdiam saat membaca pesan itu lagi.

Lantas, apa dengan membiarkan aku bergerumul dengan pikiranku sendiri itu tak menyakitiku?

Aku hanya butuh kabarmu serta obrolan-obrolan tak penting kita, itu saja.

Balasku saat itu.

Lalu sampai saat ini kamu tak membalas pesanku. Berkali-kali aku ingin menghubungimu, tapi egoku memaksaku untuk tetap menunggu.

Teng!

Aku menatap ponselku, sebuah pesan yang sudah aku tunggu.

Wanita ya, kalau sedang merindu memang menyebalkan sekaligus menggemaskan.

Kemudian aku tersenyum, berbicara dalam hati; Masku sudah kembali.















Dimasa quarantine ini siapa yang justru makin dekat sama pasangan atau sebaliknyaaa???

Cungg cungg

Catatan KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang