2

360 37 2
                                    

Mark pergi keruang informasi, memantau setiap perkembangan mengenai keadaan kakaknya.

"ini udah hampir tiga jam kenapa masih belum ada kabar sih" Mark frustasi karna sejak dikabarkan jatuh 5 jam lalu tapi belum ada kabar apapun mengenai keberadaan pesawat itu.

"tuan, saya mengerti perasaan anda tapi tidak kah anda berfikir secara logika?? itu laut lepas tuan kru kami juga butuh waktu untuk sampai kesana, belum lagi menyisir setiap jengkal laut yang amat luas. Jadi tolong untuk tidak memperkeruh keadaan" ucap seorang petugas di ruangan itu.

"maaf, saya kalut. Istri kakak saya sedang hamil muda pikiran saya benar-benar tidak bisa bekerja sekarang"

"perbanyak berdoa saja tuan, semoga ada mujizat untuk kapten Taeil dan kru yang lain"

"iyaa itu pasti"

Sementara itu Liana masih tidak sadarkan diri diruang kesehatan bandara ditemani sang ibu. Tiba-tiba tubuh Liana bergetar nafasnya menderu, keringat dingin mengalari dari pelipisnya. Ibu yang saat itu menemani putrinya hanya bisa menggenggam erat tangan Liana sembari menangis tak bersuara.

"Liana bangun sayang Liana" panggil ibu pelan.

"haahh Taeil, Taeil bu "

"belum ada kabar tentang suamimu nak"

"tadi Taeil datang bu, dia mengelus perut Liana. Dia datang dengan seragam kerjanya bu" Liana kembali menangis dan memeluk ibunya erat.

"itu mimpi sayang hiks pesawatnya saja belum ditemukan bagaiamana bisa Taeil datang kemari hiks " Liana semakin mengeratkan pelukannya pada ibu, ia takut benar-benar takut bagaimana jika itu tadi bukan mimpi melaikan arwah Taeil yang mencoba berpamitan padanya dan pada jabang bayi yang ada diperut Liana.

Mark menatap nanar dari balik pintu tak kuasa menahan tangisnya sampai ia terduduk di lantai yang dingin.

Hari semakin malam, hujan disertai petir seakan menggambarkan keadaan hati keluarga dan sanak soudara awak pesawat maupun penumpang dari pesawat yang dikemudikan Taeil. Liana juga ada disana. Doa terus mereka panjatkan sampai ada suara yang memecah keheningan di ruang informasi.

"badan pesawat sudah ditemukan!! " kata seorang petugas bandara. Membuat Liana beranjak dari duduknya.

"lalu bagaimana anak saya??"

"bagaimana istri saya?? "

Orang-orang itu seakan berebut untuk mendapat jawaban dari petugas bandara. Liana tak mau kalah, meski dengan langkah gontai dia berusaha menerobos kerumunan orang-orang itu, untungnya ada Mark yang siap siaga disebelah Liana tubuhnya seoalah menjadi tameng untuk istri dari kakaknya itu.

"bagaimana suami saya apa dia ditemukan apa kapten Taeil ditemukan?" teriak Liana lantang

"tolong tetap bersabar, kami akan berusaha semaksimal mungkin tetap berdoa dan jaga kesehatan kalian semua, dan maaf hanya itu yang dapat kami sampaikan"

Kabar itu kembali membuat Liana limbung, namun tak sampai pingsan. Mark menuntun Liana keluar dari kerumunan dan mendudukannya disebelah ibu yang sepertinya sudah mulai lelah.

"kak, kita pulang dulu yaa. Besok Mark janji bawa kakak kesini lagi ya" ucap Mark yang berjongkok didepan Liana sambil mengegenggam erat tangan kakak iparnya.

"aku mau disini aja Mark" balas Lianan cepat.

"kak, dengerin Mark. Kakak ngga boleh maksain diri kakak. Inget sama bayi yang ada dikandungan kakak.Kita pulang yaa"

"ayo nak, pulang dulu besok ibu temani lagi disini"

Liana mengaguk mereka bertiga akhirnya pulang, meski dengan berat hati namun Liana tak boleh egois.

Liana kembali kerumah diantar Mark, ibu ditinggal dirumahnya dahulu untuk mengemasi beberapa pakaian karena akan menemani Liana hingga beberapa waktu kedepan.

Selesai mandi Liana memberikan pakaian tidur Taeil untuk Mark, karena Mark akan ditidur disini malam ini.

"ini, kamu bisa pakai untuk malam ini Mark" ucap Liana memberikan pakaian pada Mark yang tengan duduk di sofa sembari terus mencari informasi.

"iya makasih kak-"

"aaaauuuhhh " teriak Liana cukup keras tiba-tiba perutnya terasa nyeri.

"kak, kenapa duduk kak duduk" Mark mendudukan dan menenangkan Liana.

"aahh kenapa sih sayang hmm" Liana mencoba mengelus perutnya yang terasa semakin sakit.

"ahhh Mark" teriak Liana lagi membuat Mark semakin bingung, dia beranjak untuk mengambilkan Liana segelas air putih.

Satu teguk dua teguk tapi tak membuat perut Liana membaik. Mark berinisiatif mengelus perut Liana namun dia bimbang takut Liana merasa tidak nyaman.

"Mark, bisa elusin perut kakak" ucap Liana tiba-tiba membuat Mark sedikit tercengang.

Tanpa ba bi bu Mark memposisikan dirinya duduk dilantai, kepalanya sejajar dengan perut Liana. Tangannya lembut mengelus perut kakak iparnya itu dan sesekali berdialog membuat Liana merasa nyaman dengan perlakuan Mark.

"hallo sayang, ini om Mark. Om adeknya papih Taeil. Kamu sehat-sehat yaa disana. Sayang jangan buat mamih kamu kesakitan yaa, kasian dia. Besok kalo kamu udah lahir om janji nemenin kamu main setiap hari"

Liana tersenyum tipis tangannya refleks mengelus rambut Mark, dan membuat sang empunya mendongakan kepalanya kaget.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SECOND HUSBAND - MARK NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang