4

249 32 3
                                    

"tuan, tuan anda mendengar saya bicara"

"saya kebandara sekarang"

BIP!

Mark mematikan panggilan ponselnya dan berlari tunggang langgang.

Dengan kecepatan penuh mobil Mark membelah keramaian kota Seoul, pikirannya kalut sudah cukup bagi Mark ditinggal kedua orang tuanya tapi jangan dengan Kak Taeil. Taeil satu-satunya yang Mark punya.

Mark berlari keruang informasi, menghampiri petugas yang beru saja menghubunginya. Di cengramlah kerah baju petugas itu. Mata Mark memerah emosinya kian meningkat.

"dari mana lo tau kakak gue udah meninggal hah?? " Teriakan itu membuat beberapa orang diruangan itu bergidik ngeri.

"sabar tuan sabar, kami baru saja mendapat informasi itu. Dan jenazah kapten Taeil sudah dalam perjalanan menuju Korea"

"dari mana lo tau itu kakak gue" Mark belum mau melepaskan cengkramannya.

"pakaiannya masih utuh begitu pula jazadnya harap kendalikan emosi anda tuan"

Badan Mark jatuh ke lantai begitu juga dengan air matanya, dia menangis sejadi-jadinya.

"Tuhan... tak cukupkah engkau mengambil kedua orang tuaku haaahhhh" teriakan Mark cukup keras seakan menggambarkan betapa sakit hatinya.

Beberapa petugas bandara membantunya bangkit dan mendudukannya dikursi, setelah berapa lama dia menguatkan diri untuk pulang menemui Liana.

Hari sudah malam, Mark memutuskan untuk pulang dengan bus umum, dia tak sanggup untuk mengemudi.

Mark berjalan gontai menghirup udara malam kota Seoul yang bercampur debu halus. Mengingat saat sekolah dulu dia selalu pulang malam karena menunggu kakaknya yang bekerja paruh waktu ditoserba kecil dekat sekolah, hati Mark seakan terisis mengingat setiap kenangan itu.

Dia menjatuhkan diri, bersandar ditembok dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Memikirkan berbagai kata yang akan dia ucapkan pada Liana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memikirkan berbagai kata yang akan dia ucapkan pada Liana. Kata yang tak melukai hati Liana lebih dalam lagi.

Jalan demi jalan Mark telusuri dan sampailah ia didepan sebuah rumah. Mengingat kerja keras Taeil siang dan malam, rumah ini pantas dikatakan mewah.

Ting tong!! 

"kak!!!"

"Mark udah pulang, koo ngga kedengaran suara mo-" pertanyaan Liana terpotong karna Mark tiba-tiba memeluknya erat.

Suara isakan Mark hampir tak terdengar, namun Liana bisa merasakan getaran tubuh adik iparnya itu.

"hiks iya Mark kakak udah tau, kamu yang iklas yaa hiks" ucap Liana pelan disertau tangisan.

"kak... maaf Mark lemah seharusnya Mark yang nenangin kakak hikss hikss"

"Mark semuanya udah digariskan sama Tuhan, kita cuma tinggal menjalankannya aja umur, jodoh, dan rejeki ga ada seorangpun yang tau. Kakak yakin Taeil udah bahagia disana yaa kamu harus kuat, keponakanmu butuh om yang kuat buat dia bertumpu kelak" ucap Liana panjang, hatinya bahkan lebih sakit sangat sakit namun dia memikirkan Mark yang selama ini sudah ditinggal kedua orang tuanya.

SECOND HUSBAND - MARK NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang