5

250 31 6
                                    

Perlahan Mark mendekat, betapa hancur hatinya mendapati sosok kakak yang sangat berharga baginya sudah terbujur kaku.

"Maafin Mark kak hiks Mark lemah, Mark ngga bisa jagain kakak hiks hiks, tapi Mark udah iklas... kakak pasti lebih bahagia disana, terimakasih udah jadi kakak, ibu sekaligus ayah buat Mark. Mark janji bakal jagain kak Liana hiks" Mark beranjak dia benar-benar tak kuat tangisannya emosinya semua berkecambuk didalam dadanya.

Acara pemakaman berlangsung penuh tangisan baik dari Liana, Mark bahkan ibu Liana. Beberapa kali Liana sempat tak sadarkan diri tak kuat menahan sakit diperutnya karena diotaknya berkecamuk berbagai pikiran-pikiran yang sulit dijelaskan.

Setelah acara pemakaman selesai. Mark langsung membawa Liana pulang, tak lupa dia juga menelefon dokter untuk memeriksa kondisi Liana. Mark takut sesuatu yang buruk menimpa janin dalam kandungan kakak iparnya itu.

"kondisinya masih baik-baik saja, mohon keluarga tidak membiarkan dia sendirian yang membuat pikiran ibunya terlalu stress takutnya menimbulkan kontraksi berlebihan sehingga membahayakan janin" ucap dokter yang baru saja memeriksa kondisi Liana

"baik, terimakasih dok"

Sedari tadi ibu menemani Liana didalam kamar, sementara Mark kedatangan orang-orang dari pihak bandara yang entah membahas apa.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hari berganti, minggu berlalu. Tepat dua minggu sudah Liana menjadi seorang janda, Mark setiap hari mengunjungi Liana membawa berbagai macam makanan yang Liana pesan. Mark melarang Liana untuk keluar rumah karena kondisi Liana masih sedikit mengkhawatirkan, ibu juga sesekali pulang kerumahnya sendiri dan disaat itu Mark pasti menginap di rumah Liana.

Hari ini Liana mendapat telefon dari pihak bandara, entah apa mereka tidak menjelaskan secara detail namun Liana diminta untuk datang ke kantor makaskapai yang dulu menaungi Taeil.

Liana pergi tanpa memberi tahu Mark, pikirnya dia tak mau terus-terusan merepotkan Mark. Apalagi kemarin Mark sempat bercerita bahwa perusahaannya sedang mendapatkan proyek besar. Ibunya pun sedang pulang kerumahnya untuk sekedar membersihkan rumah itu.

Di kantor itu, Liana disambut hangat oleh beberapa orang, mungkin mereka tau Liana adalah istri salah satu pilot di maskapai itu.

"mari ibu saya antar ke ruangan tuan Park" Liana mengekori resepsionis tadi menuju salah satu ruangan. Bisa ditebak ruangan itu adalah milik petinggi disini.

"silahkan, tuan Park sudah menunggu anda sedari tadi"

"terimakasih banyak nona" ucap Liana ramah.

"kembali kasih ibu" wanita tadi pergi, Liana mengetuk pelan pintu ruangan itu.

"silahkan masuk" ucap seseorang didalam sana.

"maaf, saya Liana istri pilot yang bernama Taeil"

"ahh mari silahkan duduk nyonyah Taeil, maaf saya membuat anda datang jauh-jauh kemari"

"tidak apa tuan" Liana duduk di sofa berhadapan dengan tuan Park.

"perkenalkan saya direktur utama maskapai yang menaungi kapten Taeil selama ini"

"ahh salam kenal tuan Park"

"kami turut berduka cita atas kepergian kapten Taeil nyonyah"

"terimakasih tuan"

"dan maaf jika selama kapten Taeil bekerja disini banyak kekurangan kami"

Liana tersenyum kecut, mendengar semua ucapan tuan itu. Bukan kecewa bukan marah hanya saja seperti mengorek luka yang masih belum kering.

SECOND HUSBAND - MARK NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang