Vassa terkejut mendengar ucapa dari Xieara dia membulatkan demua matanya, pupil matanya sedikit bergetar. " Kamu tahu dari mana?"
Xieara menatap kembali kearah batu tersebut "Di batu ini terukir nama Levithan."
Vassa perlahan memutarkan tubuhnya dan melihat kearah batu tersebut, dengan mata kepala sendiri Vassa melihat jelas nama Levithan terukir di baru itu dengan tulisan sangat besar. Matanya meneteskan air mata, nafasnya tidak teratir, dadanya sesak dan terasa sakit. Dia menjatuhkan badannya dengan posisi badan lemas. Tangannya bergetar, pikirannya sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.
"Kamu ingin menemuinya kan?"
dengan suara bergetar dan menangis dia menjawab " Levithan."
Xieara memegang kepala Vassa dan menghisap jiwanya dengan sangat tenang namun menyakitkan, nyawanya di paksa keluar dari tubuhnya, kedua mata Vassa berubah berwarna putih dan sedikit mengeluarkan cahaya. Vassa merasa kesakitan namun dia tidak bisa berteriak, tangannya menggengam mawar putih dengan sangat kuat, hingga membuat luka di telapak tangannya, darah terus mengalir di tangannya, perlahat sosok Xieara berubah menjadi sesosok malaikat kematian yang sangat keji yaitu Appolion. Appolion menikmati jiwa Vassa hingga setitik jiwa di akirnya. Setelah Appolion menikmati itu tubuhnya menjadi lebih kuat, aura kematian semakin pekat. Dia membuang tubuh Vassa di atas batu itu.
Di batu itu tidak tertulis nama Levithan dia menubanhnya dengan kekuatan ilusinya, nama di batu tersebut perlaht terganti dengan nama Banner Robet. Appolion membuat sebuah luka di tubuh Vassa seolah kematiannya di sebabkan karena pembunuhan ulah manusia. Setelah membuat beberapa kali luka dia kembali ke dunia Akhirat. Dengan portal yang menarik tubuhnya.
Tubuhnya Vassa di temukan oleh pihak kepolisian di keesokan harinya, tubuhnya membiru namun darah di tangannya terus bercucuran, dia masih menggengam mawar putih di tangannya. Bapa pendeta di gereja melihat berita seusai ibadah di gereja dia melihat itu dan sangat terkejut. Dia bahkan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi duduk.
"Anak itu, Anak yang sering kegereja dan berdoa. Levithan kamu kemana."
Kembali ke dalam alam iblis.
"Levithan." Levithan mendengar suara bisikan dari seseorang yang menyebut namanya, suara itu seperti suara seseorang yang dia kenali. Akibat dari suara itu Levithan kalah melawan Beel dan Ifrit dia terpental jauh hingga menghantap dinding dan membuat retakan yang cukup besar.
"Aduh, sakit juga ya."
Beel dan Ifrit memberhentikan kekuatannya, begitu juga dengan Levithan kekuatannya mereda ketika dia terhantam ke dinding. " Kamu ini kenapa Levithan?" Tanya Beel dari kejauhan.
" Maaf, aku sedang tidak konsentrasi."
Beel dan Ifrit menghampiri Levithan. " Kamu sepertinya masih terlalu banyak pikiran, istirahat saja kita akan mencoanya besok." Ucap Ifrit.
"Baiklah."
Ifrit memberikan tangannya untuk menolong Levithan, Levithan menerima itu dan mereka berdua membantu Levithan dan membawanya dengan merangkul Levitha ke kamar kecil kembali. Sesampainya di kamar kecil Beel dan Ifrit menaruh levithan di tempat tidur dan mereka berdua meninggalkan kamar tersebut.
Levithan tiduran di atas kasur dan menatap atap kamar tersebut, banyak jiwa manusia yang sedang menjalani hukuman di neraka, mereka terliat menjerit kesakitan dan menangis. Namun suara mereka tidak bisa di dengar oleh Levithan, meskipun itu di dalma kamar kecil. Levithan memejamkan kedua matanya dan bergumam di dalam hatinya.
"Aku merindukan keluargaku di dunia manusia, aku ingin pergi kesana melihat kondisi mereka. Aku kangen Bapa, aku kangen Vassa akukangen Orlandoas, aku kangen teman-temanku di sekolah,"
Levithan membuka kembali matanya dia merekan sesak di dadanya, rasa sesak itu perlahan berubah menjadi rasa sakit. Tidak lama dari itu dia mendengar suara bisikan itu kembali. Lagi-lagi suara itu memanggil namanya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak ada satu orang pun di kamarnya selain dia. Dia sangat kebingungan siapa yang memanggil namanya.
Levithan kembali menatap keatap kamar dan tidak lama dia tertidur. Di dalam mimpinya ada seseorang wanita dengan rambut yang sangat indah dan seorang laki-laki tua yang sedang tertawa dan bercanda bersama, perlahat sesosok itu menghilang seperti debu yang tertiup angin dan saat itu lah Levithan mendengar suara itu kembali. Suara yang memanggil namanya kembali.
"Levithan. . . kembali."
Levitha langsung membukakkna matanya, dia terbangun dari tidurnya hanya karena mimpi aneh itu. tidak lama suara pintu di ketuk dari luar terdengar, Levithan menoleh kearah pintu tersebut. " Levithan, ini aku Mammon."
"Masuk saja."
Mammon memasuki kamar tersebut dan melihat Levithan yang sedang duduk di atas kasur. "Kamu kenapa, terlihat cemas gitu."
"Aku dapat mimpi buruk saat tidur."
Mammon tertawa kecil mendengar itu, Levithan melihat Mammon dengan wajah heran. "Kenapa kamu tertawa?"
"Kamu mimpi saat istirahat, tuhan sedang bersama kamu. padahal kamu itu iblis namun tuhan bersama kamu."
"Apa maksud kamu?"
"Tuhan memberi mimpi kepada umat manusia untuk berkomunikasi kepada mereka, entah itu menyuh mereka bersyukur ataupun hal lainnya." Jelas Mammon.
Levithan mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tersenyum paksa. Mammon menatap Levithan. " kamu suka ya hidup di dunia manusia?"
"Iya suka, banyak teman, banyak hiburan, banyak tugas saat sekolah."
"Andai ini semua belum terjadi, apa yang kamu rindukan di dunia manusia."
"Aku rindu dengan sekolah dan teman-teman yang selalu mengajakku jajan ke kantin dan setiap pulang sekolah selalu berdoa bersama bapa dan yang lainnya."
Mammon terkejut mendengar itu dia menatap Levithan dnegan ketidak percayaannya dan bergumam dalam hatinya. "Kamu itu iblis bangsawan di alam ini namun kamu juga patuh dan percaya adanya tuhan, baru ini aku melihat sosok iblis sepertimu. Iblis yang baik hati, iblis yang taat agama dan berbakti kepada tuhan beserta pelayan tuhan, apa mungkin aku boleh mengucapkan ini? mungkin tidak mungkin iya, mungkin aku akan bersalah dan di sidang di kementrian alam akhirat bersama dengan dewa. Damai sejahtera bersamamu."
Levithan menatap Mammon dia sangat heran dengan tatapannya itu." Kamu kenapa?"
Mammon langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. "Tidak, tidak apa-apa."
"Oh iya, aku penasaran apa di neraka ini mempunya hewan peliharaan?"
Mammon mengerutkan keningnya. "Hewan peliharaan? apa itu?"
"Kalau di dunia manusia ada hewan peliharaan seperti kucing, anjing, ikan dan masih banyak lagi."
Mammon memetik jarinya dan menatap Levithan kembali. "Tentu punya, tapi sayangnya hewan ini bukan punya aku melainkan tuan Valac."
"Tuan Valac mempunyai hewan peliharaan?"
Mammon mengangkat kedua alisnya dan mengajak Levithan bertemu dengan Valac. Pintu terbuka dengan keras hingga mengejutkan tuan Valac.
"HELLO MY LORD."
Valac membualatkan matanya dan menatap Mammon." KAMU GILA YA."
Levithan terkekeh mendengar balasan Valac kepada Mammon. "Anakku Levithan ingin melihat hewan peliharaan kamu."
Valac mengerutkan keningnya dengan wajah penuh bertanya-tanya "Peliharaan?"
Mammon memeragakan gerakan naga dengan kedua tangan di atas kepala seolah-olah itu tanduk. Valac menyadari hal itu kemudia ia memetikan jari telunjuknya. "Ah, dia! apa anakmu yakin ingin bertemu dengan hewan itu?"
Mammon menatap levithan seolah memberi isyarat bagaimana. Levithan hanya mengangukkan kepalanya tanda yakin.
"Oke! kita bawah tanah, tapi syaratnya adalah jangan menoleh kearah dinding apapun fokus jalan kedepan atau kamu akan mendapat mimpi buruk."
Bersambung. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Titisan Iblis (SUDAH TERBIT)
FantasyLevithan adalah anak remaja yang di asuh oleh pihak gereja. sejak dia masih bayi Dia tidak pernah tahu siapa kedua orang tuanya. Di usianya yang menginjak 16 tahun dirinya mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Sang kakak Orlandoas memberi tahu bahwa...