Saat Levithan berteriak mereka berdua kembali kedalam kamar kecil. Levithan menunduk dan menangis sedangkan Azazel hanya bisa menepuk pundaknya memeberi isyarat untuk bersabar. Saat itu juga sebuah dentuman hebat terdengar jelas. Dentuman itu berasal dari langit di luar istanah. Levithan terdiam dari taangisan, mendengar itu dia menatap Azazel mereka berdua saling menatap satu sama lain dan berlari menuju keluar istanah. Suara dentuman itu semakin jelas di atas langit suara itu berada di luar Neraka.
Para raja iblis dan malaikat berlarian keluar istanah dan melihat situasi sekarang. Para manusia yang sedang di hukum di dalam Neraka terhenti mendengar suara keras itu.
" Suara apa ini." Ucap Balor dengan penasaran. Abbadon mengetahu suara dentuman ini, dentuman terdengar 3 kali pertanda kiamat bagi umat manusia.
"Ini bukan suara biasa, ini adalah pertanda kalau dunia manusia sudah menuju kehancuran luas yaitu kiamat."
Levithan menatap Azazel dia menggenggam erat kedua bahu Azazel. " Aku mohon kepada kamu tolong perlihatkan keadaan dunia dengan kekuatanmu itu!"
Levithan berteriak kepada Azazel dia sangat menginginkan keadaan dunia manusia pada saat ini. " Aku mohon tolonglah, aku ingin mengetahui keluargaku di dunia manusia."
"Tentu tidak semudah itu, aku hanya bisa melihat masa lalu para iblis dan malaikat, aku tidak bisa melihat alur kehidupan manusia."
Levithan melemah, dia terlihat tidak percaya dengan ucapan Azazel namun Abaddon datang menghapiri mereka. " Aku bisa melakukan itu."
Levithan menoleh kearah Abaddon dia memberikan tangan memohon. Abaddon langsung mengeluarkan kekuatannya memperlihatkan ke semua para iblis dan malaikat. Dia mengeluarkan sebuah asap yang mengapung di udara dengan berbentuk lingkaran, di dalamnya terlihat bapa pendeta dan para biarawati yang merawat Levithan di dunia sedang berdoa mereka semua terlihat sangat tenang berdoa seperti manusia berdoa pada umumnya. Di dalam gereja terlihat Vassa teman Levithan sedang berdoa bersama dengan bapak pendeta.
Di tangan Vassa dia memegang sebuah rosario di tangan dengan beberapa bentuk liontin merah dan bunga. Bapa pendeta juga memegang sebah rosario yang sama. Abaddon terseyum melihat itu begitupun dengan Levithan dia terlihat hampir meneteskan air matanya.
"Mereka semua yang berada di dalam gereja sangat taat kepada tuhan, jika mereka telah mati arwah mereka akan menjadi arwah mulia."
Levithan mengusap matanya menghindari air matanya jatuh, "Bapa, Vassa aku tahu kalian menyayangiku tapi maaf aku akan membuat alam akhirat menjadi damai agar tidak terjadi masalah apapun. Tuhan bersama kalian selalu."
Beel menepuk pundak Levithan dan Ifrit merangkul sebelah pundak Levithan. " Tidak perlu menangis mereka semua baik-baik saja."
"Ucapanmu itu seperti sedang berdoa ya, baru kali ini aku dengar iblis sekelas bangsawan berdoa kepada tuhan."
kepala Beel di tepuk oleh Balor " Kamu ini tidak ada sopannya ya Nak."
Mereka bertiga tertawa bersamaan, Abaddon menutup kembali pengelihatannya. "Sekarang sudah saatnya kita bersiap untuk perang."
Semua para iblis dan malaikat kembali memasuki istanah Abaddon, beberapa dari mereka kembali berlatih fisik dan kekuatan mereka. Balor berlatih seorang diri, Levithan berlatih bersama Beel dan Ifrit, Lucifer berlatih bersama Coyote. Para malaikat membuat strategi khusus melawan Legion. Di sisi lain Beel memancing Levithan untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya. Beel meminta Levithan melakukan itu karena dia ingin melatih Levithan lebih dari itu.
"Aku tahu kamu bisa Levithan sekarang lawan aku, anggap saja aku ini Legion dan Ifrit adalah Appolion."
Levithan menghembuskan napasnya dalam sekejap dia mengeluarkan aura kekuatan di dirinya, aura merah pekat dengan sayang besar yang menjulang keatas. Tangan kanannya berubah seperti cakaran elang, Levithan membuka matanya, Mata kanannya berubah warna menjadi warna hitam dan mata kirinya tetap berwarna biru tanpa perubahan. Dirinya melayang di udara dengan jarak sekitar 2 meter dia atas tanah. Beel dan Ifrit mengeluarkan kekuatan mereka, bersiap melawan Levithan. Levithan terbang menuju Beel dan Ifrit dia mencoba menghisap kekuatan Beel dan Ifrit, namun cahaya besar menyelimuti seisi ruangan.
Situasi sekarang adalah situasi dimana Levithan akan berhadapan dengan Legion di alam akhirat namun bagaimana kalau aku akan menceritakan sebagian kepada kalian sesuatu yang mengerikan di dunia manusia. Itu terjadi yang membuat hati Levithan semakin hancur.
Dunia Manusia
Vassa teman Levithan sedang berdoa bersama dengan keluarga levithan, Sang pendeta dan beberapa biarawati di sana mereka merindukan Levitha dan Orlandoas. Sudah hampir 3 bulan mereka menghilang tanpa kabar, mereka menghilang seolah di telan oleh bumi. Selesai berdoa Vassa kembali memberikan salam kepada bapa pendeta selaku ayah Levithan.
Vassa menekukkan kakinya sedikt dengan tangan memberi maaf kepada bapa pendeta. " Bapa apa Levithan dan Orlandoas belum juga kembali?"
"Belum nak."
Vassa kembali membuka matanya. "Bapa sudah menghubungi pihak kepolisian siapa tau mereka bisa membantu."
Bapa pendeta hanya tersenyum kepada Vassa dan mengelus kepalanya berkali-kali. "Bapa sudah menghubungi pihak berwenang memang mereka sedang mencari Levithan dan Orlandoas namun belum juga di temukan."
Vassa sedikit termenung mendengar itu namun bapa pendeta berusaha menenangkan hati Vassa agar tidak khawatir berlebihan. " Nak, bapa tahu kamu menyayangi Orlandoas dan Levithan namun mereka akan baik-baik saja bapa tahu itu, tuhan bersama mereka. Mereka juga anak baik."
Vassa tersenyum tipis mendengar perkataan itu, dia memberi salam kepada bapa, "Baiklah, Vassa pulang dulu ya bapa, bapa jaga kesehatan."
Bapa pendeta berhenti mengelus rambut Vassa dia terseyum " Iya nak."
Vassa pergi meninggalkan gereja dan berjalan menuju rumahnya, di jalan dia melihat sebuah toko tv yang sedang memperlihatkan tayangan tv berupa berita. Banyak orang yang melihat berita itu di pinggir jalan. Vassa memberhentikan langkah kakinya dan melihat berita tersebut.
"Berita terkini, sebuah lubang besar terlihat di area ladang gandum dengan luas 200 meter. Di perkirakan lubang tersebut terjadi karena bencana alam. Para peneliti menduga ini akibat gempa bumi yang terjadi dengan kekuatan 8 Skala Richter."
Vassa melanjutkan jalannya dan dia pergi ke sebuah bukit kecil, terdapat beberapa batu dengan ukiran para pejuang di sana. Dia pergi menaiki bukit dengan niat duduk di sana untuk menikmati indahnya alam. Di atas sana Vassa bertemu dengan seseorang, seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Dia Xieara teman smp Vassa, dia berada di atas bukit den gan membawa sebatang bunga mawar putih. Dia melihat kearah satu batu di atas sana.
Vassa menghampirinya, dia menyapanya dengan ramah. " Xieara, sedang apa kamu ke sini?"
Xieara menoleh kearah Vassa dan terseyum. " Vassa? sudah lama kita tidak bertemu."
"Kamu sedang apa di sini?"
"Entahlah, aku sedang mencari udara segar. kamu sendiri sedang apa di sini?"
Vassa melihat ke sekeliling pemandangan dari atas bukit. " Sama sepertimu aku sedang mencari udara segar."
"Kamu terlihat cape sekali Vassa."
Vassa menghelangkan nafasnya. "Iya begitulah."
"Apa ada sesuatu di hari ini."
Vassa terkejut mendengar ucapan dia dan menghelangkan napasnya. " Iya, aku kehilangan seseorang yang aku sayangi, seorang teman yang baik hati."
Xieara menatap kearah Vassa dan memasang wajah datarnya. "Teman? sudah berapa lama dia menghilang?"
"Entahlah, sekitar 3 bulan."
Xieara menatap kembali kearah batu tersebut "Apa kamu ingin menemuinya?"
"Pasti, pasti akan aku temui dia."
Vassa menoleh karah Xieara dan menatap matanya. " Kamu kenapa Xieara? apa kamu juga sedang kehilangan seseorang?"
"Tidak."
Vassa melihat kearah genggaman di tangannya, dia melihat Xieara mengenggam bunga mawar putih, dia mengambilnya dari tangan Xieara dan menghirup aroma wangi dari bunga tersebut.
" Vassa." Xieara menatap kearah Vassa dengan wajah datarnya. Vassa menatap balik dengan kepala sedikit miring tanda memberikan isyarat kenapa.
"Apa, seseorang itu bernama Levithan?"
Bersambung . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Titisan Iblis (SUDAH TERBIT)
FantastikLevithan adalah anak remaja yang di asuh oleh pihak gereja. sejak dia masih bayi Dia tidak pernah tahu siapa kedua orang tuanya. Di usianya yang menginjak 16 tahun dirinya mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Sang kakak Orlandoas memberi tahu bahwa...