CHAPTER 10

68 6 1
                                    

Valac dan Levithan berjalan menuju ruang bawah tanah menggunakan tangga, tangga itu berbentuk melingkar di bawah, tangga tersebut bukan terbuat dari emas melainkan terbuat dari lahar api yang panas meski begitu Levithan tidak merasakan sakit di kakinya.dari anak tangga pertama terdengar suara jeritan dari para manusia. Sebetulnya Levithan sangat takut ketika mendengar suara jeritan itu, suaranya samar namu terdengar jelas kalau mereka membutuhkan pertolongan.

Sesampainya di bawah Terlihat pintu besi yang terkunci dengan banyak kunci 18 buah. "Apa yang ada di balik pintu ini?"

Membukan pintu tersebut tidak dengan sembarang orang, Valac membuka kunci tersebut dengan kekuatannya. "Kamu tidak perlu tahu apa yang ada di dalamnya, dan sekali lagi aku ingatkan jangan melihat kearah dinding kanan maupun dinding kiri, fokus kedepan."

Levithan menelan air liurnya, dia sangat khawatir. Pintu terbuka Valac dan Levithan masuk kedalamnya, terlihat di depan ada pintu dengan tinggi 8 ribu kaki gunung everst.Pintu tersebut terbuat dari besi baja dan satu kunci yang sangat besar. kunci tersebut berbentuk lingkaran dengan gambar naga di tengahnya. Benar suara jeritan terdengar sangat jelas, di kanan dan kiri dinding terlihat roh manusia sedang di siksa dengan sangat kejam, itu adalah balasan mereka ketika di dunia berbuat kejahatan dan melanggar perintah tuhan.

Kunci itu di buka oleh kekuatan Valac sendiri, membutuhkan kekuatan yang amat besar untuk membuka kunci dari pintu itu. Pintu terbuka dan perlahat kekuatan Valac menghilang, Levithan dan Valac memasuki kedalam pintu gerbang itu. Valac menggunakan kekuatan fikirannya untuk memanggil hewan itu, tidak lama hewan itu datang.

Tidak seperti yang Levithan bayangkan hewan itu bertubuh sangat mungil berjalan mendatangi tuan Valac dengan sangat gembira, dia datang mendusel di kaki tuan Valac. Levithan sangat tertarik dengan hewan tersebut dia tertawa dengan sangat puas melihat Hewan tersebut tidak sebanding dengan apa yang dia bayangkan.

"HAHAHA, maaf tuan Valac ini hewan peliharaanmu kecil sekali perutku sakit ketika melihat hewan ini hahaha."

Valac tertawa dan menundukkan kepalanya, dia menatap hewan itu, hewan mungil itu memiringkan kepalanya tanda bertanya. Hewan tersebut adalah naga dengan mata yang besar namun bertubuh kecil seperti kadal. Levithan menghampiri hewan tersebut dan mengelus kepalanya dengan satu tangan.

"Kamu menggemaskan sekali AAAA-!! siapa nama hewan ini."

"Namanya Amarok."

Levithan mengembungkan pipinya menahan untuk tertawa. "Bahkan namanya saja sangat menggemaskan."

Levithan kembali melihat kesekeliling bangunan, dia berjalan seorang diri karena penasaran. Dia melihat sebuah cakaran besar di dinding berapi. " Tuan Valac ini cakaran apa? apa mungkin kamu punya hewan lain selain . . ."

Levithan menoleh kearah tuan Valac dan pembicaraannya terhenti setelah dia melihat Amarok berubah menjadi sagat lapar, mulutnya di penuhi air liur, giginya seperti gigi harimau dengan taring keduanya di atas terlihat seperti cula badak. Matanya terlihat sepeti mata elang dengan wajah kelaparan seperti hyena yang siap mencabik dirinya, kedua kuku kakinya sangat besar seperti cakaran elang yang mencengram hebat, sayap besar berwarna putih dengan besi pelindung dia balik bulu sayapnya, bulu di tubuhnya sangat terlihat lembut seperti bulu burung.

Levithan sangat lema melihat itu dia duduk di lantai dengan kaki berbentuk huruf W. tingginya Amarok benar-benar 8 kaki gunung evrest. Levithan melihat ke atas dengan pupil mata bergetar tidak lama dia tidak sadarkan diri. Tuan Valac sudah menduga hal ini akan terjadi dia terseyum kecil melihat tubuh Levithan yang pingsan tidak berdaya.

Levithan terbangun, dia membuka matanya secara perlahan, dia sadar dia tidak lagi ada di kandang Amarok. Dia berada di sebuah kamar mewah di istana. Seseorang duduk di depan sebuah piano besar.

"Sudah sadar? aku pikir kamu tidak akan takut dengan hewan miliku."

Levithan tersadar dengan penuh semangat dia duduk dan berbicara kepada orang itu. " Tuan maafkan aku, aku tidak bisa melihat hewan milikmu lagi."

Valac mengayunkan tangannya dan menekan satu partitur di pianonya. "Tidak apa-apa semua iblis memang seperti itu ketika melihat Amarok. Kamu bukan satu-satunya orang yang pingsan saat melihat Amarok, salah satunya ayahmu."

Levithan terkekeh mendengar itu" Ayah? Lucifer itu, padahal tampangnya saja menyeramkan ternyata dia takut dengan hewan itu."

"Tadi saat aku membawamu ke kamar ini Mammon menertawakan kamu dia bilang kamu sangat lemah sama lemahnya dengan ayahmu."

Levithan mengerutkan keningnya dan memasang wajah amat kesal "Kakek tua, lihat saja aku akan balas perbuatanmu itu."

Valac terseyum ketika Levithan memenyebut Mammon kakek tua. Levithan kembali bertanya.

"Tuan Valac bisakah aku kembali kedunia manusia?"

Valac sedikt terkejut mendengar ucapannya itu. "Untuk apa kamu kembali ke alam dunia manusia?"

"Saya rindu teman-teman saya dan saya rintu bapak yang setiap hari menemani saya beribadah di hadapan tuhan."

"Kamu tidak bisa kembali Levithan, dunia manusia sedang dalam pengawasan para raja iblis bangsawan. banyak para iblis yang menyamar jadi manusia mungkin salah satunya adalah Legion."

"Tapi aku rindu teman-teman, rindu sekolah, rindu makanan di dunia aku hanya ingin kembali, terlebih lagi menjadi manusia itu sangat enak kita bebas melakukan hal baik apapun sedangkan di neraka ini iblis tidak boleh berbuat baik kepada siapapun. Iblis tidak boleh bersikap baik menolong para roh manusia yang sedang di siksa atas perbuatanya."

Valac menghelang nafasnya dia menghampiri Levithan. "Levithan kita juga tidak dapat berbuat baik karena sudah di atur, alam akhirat mempunyai hukum juga sama dengan di alam Manusia. Manusia punya hukum, punya norma, di alam Akhirat pun sama, memang para iblis punya hak apapun bebas namun kebebasan bukan ujung dari segalany tetap ada aturan yang harus kita taati."

Levithan menundukkan kepalanya di sisi lain dia rindu dengan taman-tamannya di dunia manusia namun di dunia akhirat pun dia sangat menyukainya agar mengingatkan dia terhadap kehidupan manusia yang baik maupun yang buruk.

Valac menepuk pundaknya "Di lain hari kalau alam akhirat sudah kembali dengan biasa tanpa ada peperangan kamu dapat kembali ke alam manusia bertemu dengan teman-temanmu."

"Aku ada satu lagi pertanyaan."

Valac siapa mendengarkan pertanyaan itu "Katakanlah."

"Aku haus aku ingin minum apakah ada air di sini?"

Valac terenyum dia membalikan madnnya dan berjalan ke belakang "Tentu saja ada." Valac memberikannya sebuah batu yang berbentuk seperti gelas dan menungkan Lahar api panas.

"Ini dia minuman, kamu hauskan?"

Levithan mengerutkan keningnya dan tersenyum paksa "Bukan air itu, air yang lain yang jernih."

"Oh, itu kami tidak punya di neraka mungkin kamu bsia minum ini karena kamu sama sama iblis."

Levithan melihat kearah samping tanda menolaknya, dia bergumama dalam hatinya "Lebih baik kau mati dari pada di suruh minum lahar itu."

Tuan Valac melihat Levithan dia menaruh kembali gelas batu tersebut "Apa ada yang salah dengan air ini? aneh sekali dia."

Levithan keluar dari kamar tuan Valac untuk menemui Asmodius ibunya. Samar-samar terdengar suara seseorang memanggil namnya " Levithan."

Levithan menoleh ke belakang namun tidak terlihat seseorang yang memanggil namnya. Suara itu terdengar kembali " Levithan." Levithan kembali menoleh ke kiri dan tidak ada siapapun di sana. Saat dia melangkah dia merasakan roh manusia menembus tubuhnya roh itu tidak berbentuk seperti kabut asap yang berdiri tegap.

Leithan menoleh kembali ke belakang untuk memastikan roh itu adalah seseorang yang dia kenal, namun sayangnya lagi-lagi dia tidak melihat apapun selain kabut asap itu.

Levithan tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres dia teringat sesuatu di kepalanya, dia berlari menemui Araqiel, dia teringat ucapan Araqiel bahwa Araqiel bisa membuka pintu portal antara surga dan alam manusia. dia menemui Araqiel bersama dengan Asmodius. Levithan membungkungkan badannya sedikit tanda beberi hormat dan kembali berdiri.

"Ratu, ada yang ingin aku bicarakan kapadamu ratu."

"Bicaralah."

Bersambung. . .

Manusia Titisan Iblis (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang