CHAPTER 1

249 13 0
                                    

Nama dia adalah Levithan. Anak umur 16 tahun yang duduk di bangku SMA, dia tinggal di gereja sejak masih kecil. Dia tidak pernah mengenal orang tuanya sejak masih kecil. Kata orang, dia di temukan di depan gereja dengan menggenggam liontin merah. Di bajunya terdapat nama yang terukir Levithan. Terkadang dia di kasihani oleh orang-orang sekitar.

Pagi itu Levithan memasuki ruang kelas dan menyapa temannya "Selamat pagi teman-teman."

"Pagi juga Levithan." Jawab teman-temannya serentak.

Ada seseorang yang menghampiri dirinya dari belakang, menepuk pundak Levithan dengan wajah yang amat ceria "Levithan! Ayo kita makan ke kantin."

Dia adalah Vassa, Anak perempuan yang sangat baik terhadap semua orang. dia juga salah satu murid tercerdas di sekolah.

"Ayo, Udah lama ngga minum jus."

Salah satu temannya memotong pembicaraan mereka berdua "Hey hey, aku ngga di ajak nih." Dia adalah sepupu laki-laki levithan yang sangat baik meski terkadang dia terlihat sangat bawel.

"Orland ayo ke kantin."

"Oke. " Jawabnya sambil merangkul pundak levithan.

Saat mereka semua ingin pergi ke kantin ada seorang anak dari kelas ipa-3 datang menghampiri mereka. "Levithan, di panggil sama guru BP. di suruh keruangannya."

"Aku ke ruang BP dulu ya kalian duluan saja." Levithan meninggalkan teman-temannya dan bergegas keruang BP. Sesampainya di sana dia langsung mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Tidak lama dari itu dia merasa pusing.

"Agghh . . . " dia memegang kepalanya dan sedikit oleng. Di samping pintu ruang BP terdapat cermin kecil. Saat dia bercermin dia langsung terkejut melihat kedua matanya yang berubah menjadi warna hitam bercorak merah. Tidak lama kemudian pusingnya hilang setelah itu. Seseorang membuka pintu ruang BP.

"Levithan, kenapa kamu diam saja di sini." 

Guru itu memberikan sebuah kertas ujian "Ini ada beberapa nilai yang kemarin belum kamu ambil."

" Iya Pak terima kasih."

Levithan pun mengambil kertas nilai dan membawanya ke kelas.

Malam telah tiba. Levithan yang sedang terdiam di kamarnya sambil menatap bulan di luar jendela. Pikirannya kosong, hanya melamun tidak jelas. Tiba-tiba saja dia kehilangan kontak, seolah dia terbawa ke dalam ruang waktu. Dia mengeluarkan aura merah serta tangan kanannya berubah menjadi lebih besar dan menakutkan. Dia berdiri tegak di antara celah jendela kamar layaknya ingin bunuh diri. Untungnya di bawah ada Orlandoas yang sedang lewat. Orlandoas yang melihat itu pun langsung terkejut. Saat Levithan menjatuhkan diri ke bawah dia sadar, walaupun masih mengeluarkan aura merah.

Dia melihat Orlandoas yang sedang mengeluarkan cahaya portal berbentuk segitiga, segitiga itu pun seolah membungkus dirinya. Tapi aura merah yang dia keluarkan mampu melepaskan segitiga itu dan tubuhnya langsung berdiri perlahan munculah sayap besar di punggungnya, tangan besar itu perlahan berubah berwarna merah, kedua bola matanya berubah menjadi hitamt bercorak merah pekat.

"Orlandoas apa yang terjadi, aku jadi mempunyai tangan besar berwarna merah, dan aura merah ini? dan sayap ini? Apa yang terjadi! " Ucap Levithan dengan sangat panik.

Saat Levithan bertanya itu kepada Orlandoas dia tidak bisa menjawab perlahan tubuh Orlandoas  mulai berubah . Levithan menunduk kebawah melihat serpihan kaca yang berantakan. Betapa kaget dirinya saat melihat matanya yang hitam dan bercorak merah pekat. Saat Orlandoas berubah Levithan pun pingsan tidak sadarkan diri. Aura merah, tangan besar, sayap besar, mata merah, semuanya perlahan menghilang.

Manusia Titisan Iblis (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang