Chapter 6

24 1 0
                                    

    Waktu terus berlalu, 1 bulan setelah kejadian itu sudah terlewatkan, terkadang vania mampir ke rumah vano dan vano pun juga demikian, karena mereka berdua dalam fase masih saling memahami satu sama lain.
Waktu yang di habiskan vano dan vinia cukup untuk menilainya, mereka sering tertawa ya walaupun vano terus menggoda vania hingga vania kesal dibuatnya.
Di sekolah mereka belum pernah bertemu dan vano tidak mempunyai kontak vania di hpnya, begitupun dengan vania karena vania ingin fokus dengan belajarnya.
Perlahan sikap vano kini sudah berubah menjadi lebih memahami vania begitupun dengan vania.

   Hari senin tepat melakukan upacara disekolah vano bangunnya kesiangan, karena kemarin jalan dengan vania dan yaa menjadi andalan guru BK yang ada di sekolah SMA MAHARDIKA, vano cukup di katakan memang agak bandel tetapi dia pintar.

“Pak mohon maap ya saya telat lagi hehehe”. Pak joko guru piket yang di depan gerbang hanya geleng geleng saja dan berkata.

“Cepat masuk jangan sampai saya melihat kamu lagi di piket saya”.

“Siap pak”. Sambil hormat tegap layaknya mengikuti pramuka.

Akhirnya vano segera ke lapangan karena upacaranya segera di mulai.

“Arrhgg topi gue pasti ketinggalan lagi, loe bawa topi gak, ck gue lupa topi gue ketinggalan”. Umpat Vano ke temannya.

“Ada, bentar gue ke kelas dulu, biasanya sih bebeb gue teladan pasti dia bawa”. Ujar fiko.

Fiko satu kelas dengan vania yaa yang di maksd fiko adalah vania akhirnya fiko meminjam topi ke vania.

“Beb bawa topi banyak kan pasti, gue pinjem dong”. Ucap fiko dengan panggilan sayangnya ke vania.

“Fiko sayang kok kamu gak bawa topi sih, nih aku rela gak pakai topi demi kamu”.Ujar clara teman vania yang sedari dulu menyukai fiko, tetapi fiko tidak pernah membalasnya, karena fiko tidak suka cewek ganjen dan fiko menyukai vania, tetapi vania hanya menganggapnya teman.

“Apaan sih loe minggir gak, gue kesini buat nia, bukan ke loe, so loe minggir husss !! ”. Mulut pedas fiko kepada clara membuat clara selalu sakit hati, walaupun begitu clara tidak pernah menyerah untuk menyukai fiko. Tetapi fiko menyukai vania sejak vania kelas 1

“Bab beb bab beb emang gue bebek, loe kan udah bawa topi, kok masih minjem gue”. Tanya vania heran. 

"Itu temen gue si vano anak IPA 2 sebelah kelas IPS 1”.  jawab fiko dengan enteng

Hahh vano ?? gak.. gak mungkin, disini nama vano bukan dia aja kan pastinya, ah udahlah gak penting.
Gumam vania saat mengasihkan topinya.

Yaa tepat sekali, firasat vaniakali ini salah yang di maksud vano adalah vano reinaldi yang dijodohkan dengannya.
Setelah upacara selesai, vano segera ke kelas fiko untuk mengembalikan topi yang dipinjamkan kepadanya.

“Nih topinya thanks”. Ucap vano ke fiko.

“Harusnya loe berterima kasih noh sama yang punya bebeb gue hehehe,gue juga minjem kali no”. Sambil menunjuk vania yang tertawa ria bersama teman temannya berjalan menuju kelasnya.

Vano membelakkan matanya karena yang ada di depannya benarkah dia vania.

“Vania maksud loe, apa loe bilang tadi dia bebeb loe”. Sambil mengangkat alis sebelahnya dan memandang fiko.

“Lah kok loe tau vania, mending lo sendiri tadi yang minjem topinya, ahh elo ada ada aja”. Kekeh fiko yang membuat vano juga ikut terkekeh.

“Dia beneran bebeb loe fik”. Tanya kepo vano kepada fiko.

“Ya gak lah bro, mana mau dia sama gue, gue udah usaha dapetin dari kelas 1 malah, tapi kayakna dia enggan banget lirik kegantengan gue, cuman gue sering ngajak dia keluar sih ke toko buku, karna selera kita sama-sama suka baca buku,  jadi ya itu salah satu cara gue deketin dia”. Jelas fiko pada vano.

“Yaelah loe masih gantengan gue kali,  liat aja loe akan tau dia gak akan nolak ajakan gue kali ini”. Jawab vano yang membuat fiko syok memikirkan bagaimana bisa mereka kenal dan bagaimana bisa vania tidak bisa menolaknya kapan mereka kenal.

“Ekhm,.. makasih udah pinjamin topi nya”. Ucap vano menghentikan langkah vania saat masuk ke dalam kelas bersama temannya.

Vania kaget, ya benar dia adalah vano yang meminjam topinya dan teman teman vania juga pada bingung,  bagaimana bisa seorang vania yang bodoamat dengan laki laki manapun, tiba tiba kenal dengan cool boys vano.

“Terus sini mana topinya.” Sambil menunjuk topinya.

“Eits.... gue kasihnya di rumah aja ya, kan nanti gue ke rumah loe, oh ya pulang sekolahnya bareng gue aja nanti gue kesini”.
Vano membalikkan badan dan berjalan menuju kelasnya sendiri, membuat para teman temannya seakan tidak percaya apa yang barusan cool boys itu katakan.

BECAUSE OF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang