Shook_1-7

237 22 0
                                    


Kim Namjoon sudah resmi lulus.

Dan beberapa hari ini.

Jimin sadar betul.

Dia mulai tersenyum bahkan untuk hal terkecil seperti langit yang begitu cerah hari ini.

Jimin yang begitu datar dan merasa hanya memiliki emosi marah tiba-tiba bisa tersenyum kapan saja. Satu fakultas heboh untuk beberapa hari.

"Jangan-jangan anak itu gila." Begitulah 90% rangkuman pemikiran satu Fakutas Seni Tari.

Tapi soal berhadapan dengan Kim Namjoon, dia masih akan selalu tersulut amarah.

Aneh.

•••

Pukul 4 sore, saat Jimin tengah bersiap olah raga sore, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.

Sosok itu Kim Namjoon, dengan bunga yang sama.

Dan senyuman yang sama.

"Cepat ganti bajumu!"

"Hah?"

"Astaga, apa kau mendadak tuli hmm?" Namjoon melenggang begitu saja melewati sang empunya rumah.

"Gak apa, aku akan menerimamu apa adanya Ji,"

"Memangnya ada apa sih? Aku mau olah raga," Jimin baru saja akan melenggang ke luar rumahnya, meninggalkan rumahnya dengan orang lain yang ada di dalam sana.

Entah mengapa dirinya menaruh kepercayaan besar secara cuma-cuma pada Kim Namjoon.

"Ayo ikut denganku,"

Jimin hampir saja terjungkal karena Nam Joon tiba-tiba ada di sebelahnya.

"Tadi 'kan dia ada di dalam?! Lalu- kenapa  sekarang dia bisa ada di sampingku?!"

"K-Ke mana?" Tanya Jimin, dia berusah payah menyembunyikan keterkejutannya.

"Ke rumahku,"

"Ck! Untuk apa memangnya?! Apa untungnya bagiku?!" Jimin terus berlari, menambah sedikit kecepatannya.

Hari ini semua kelasnya dibatalkan, dan jam olahraganya diganggu?! Oh ayolah!!!

Mengapa tak ada hari Senin di pukul 4 sore tanpa seorang Kim Namjoon?!!!

"E-Ehh!!!" Jimin berteriak kali ini, bagaimana tidak terkejut?!

Tubuhnya tiba-tiba sudah ada dalam gendongan seorang Kim Namjoon.

Dia mendongak, gerutuan dan kalimat pedas sudah di ujung lidah. Tapi yang ia lakukan malah memperhatikan setiap inchi wajah orang yang tengah menggendongnya ala bridal style itu.

Pandangannya semakin turun,

Rahang tegasnya,

Tiba memandang leher, dia malah terpesona dengan jakun yang sesekali naik turun, astaga, apakah Jimin seberat itu?!

"Berhenti memandangiku seperti itu selagi aku masih bisa menahan diri," Jakun itu ikut naik turun.

Jimin baru sadar diri ketika didudukkan di kursi penumpang, tepat di samping sang pengemudi yang tak lain adalah orang yang sepertinya telah membuatnya terpeson-

Eh?!

What?!!

Jimin menampar pipinya sendiri.

Astaga!

"Itu tidak mungkin! Kim Namjoon yang benar-benar mengesalkan ini?! Tidak mungkin! Aku benar-benar tidak suka padanya! Dan selamanya akan seperti itu!"

•••

Mereka baru saja memasuki halaman luas rumah milik keluarga Kim yang tak lain dan tak bukan sang kepala keluarga adalah sang pemilik universitas tempat Jimin mengejar ilmu.

"Ah iya, aku baru ingat pertanyaan yang kau tanyakan beberapa menit yang lalu, kau akan aku kenalkan pada keluargaku-," Namjoon melepaskan seatbelt yang mengunci tubuhnya.

Sepanjang perjalanan mereka memang tak membahas apa pun.

"-Dan aku rasa menjadi bagian dari keluarga Kim cukup menguntungkan untukmu," Nam Joon melepaskan seatbelt dari tubuh Jimin juga.

Namjoon keluar dari mobil, memutarinya berinisiatif membukakan pintu untuk Park Jimin. Sementara Jimin masih membeku.

Dia mengingat-ingat pertanyaan apa yang ia ajukan.

Baiklah, itu tentang kenapa ia diajak ke sini dan apa keuntungan untuknya.

Dan jawabannya adalah dia akan diperkenalkan pada keluarga Kim Namjoon dan Dia akan menjadi-

WHATT?!!

Pintu di sebelahnya terbuka, Namjoon dengan senyuman hangatnya dengan senang hati membukakan pintu untuknya, "Please."

Park Jimin! Sadarlah!!!

"Fix, Kim Namjoon memang gila."

Bersambung....

Happy Hours ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang