Shook_2-8

232 22 0
                                    

Jimin sekarang benar-benar merasa gugup. Dia akan terlibat acara makan malam bersama keluarga Kim.

Pasti akan ada Tuan Kim, Nyonya Kim, dan  Kim Namjoon.

Baiklah, 3 orang untuk smrumah sebesar ini cukup keterlaluan, mungkin ada beberapa pelayan sih, tapi, tetap saja.

By the way, bolehkan Jimin menyebut rumah ini bukanlah rumah?

Ini mansion, terlalu besar untuk disebut 'rumah'.

Jimin bisa merasakan jemarinya ditautkan dengan milik si sunbae. Entah mengapa dirinya tak menolak. Semakin banyak langkah yang mereka ambil menuju ruangan yang sepertinya adalah ruangan bersantai keluarga Kim, dia malah semakin mengeratkan jemarinya.

"Selamat malam Abeoji, Eomma," Namjoon menginterupsi kedua orang tuanya yang sedang mengobrol mesra.

Mereka terpaut 3 langkah dari pasangan suami-istri yang tengah bermesraan di sofa itu.

Nyonya Kim menegakkan badannya yang semula bersandar di dada bidang sang suami, namun matanya terlihat membola mendapati presensi seorang Park Jimin.

Dan begitu pula sebaliknya.

Tuan Kim yang melihat ekspresi istrinya ikut melihat arah pandang itu dan juga ikut terbelalak.

"Anakku," Lirih sepasang suami-istri itu.

Genggaman erat itu melonggar, yang lebih tua menggeser badannya sedikit lebih jauh.

Sebuah hipotesis langsung singgah di pikirannya, tapi ia tetap butuh penjelasan.

Dan dia menegaskan dirinya, "Well, aku yang paling tua. Aku memang sudah seharusnya menyukai seorang perempuan."

Bersambung....

Happy Hours ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang