Lost_1-9

255 23 3
                                    

Namjoon's POV On.

"Anakku,"

Napasku tercekat, jantung ini berhenti berdetak selama beberapa saat.

Anak?

Jadi dia-

Aku melepas pelan-pelan tautan erat jemariku dan Jimin. Aku sepertinya mengerti apa yang dimaksudkan Eomma dan Abeoji.

T-Tapi-

Aku menjauhkan tubuhku lebih jauh dari Jimin.

Eomma dan Abeoji menemukan apa yang mereka cari dan rindukan selama ini.

Seharusnya aku bahagia.

Tapi mengapa-

Hatiku retak.

Well, setelah dipikir lagi. Aku anak sulung, memang sudah seharusnya aku menyukai seorang perempuan.

Nam Joon's POV Off.

Nyonya Kim dan Jimin berpelukan erat, begitu hangat dan sarat akan kerinduan. Wanita paruh baya itu kemudian menatap Namjoon namun masih tetap memeluk Jimin. Tatapannya menyiratkan syukur dan terima kasih, "Bagaimana kau bisa menemukannya Namjoon-ah," Lalu ia memeluk Jimin lagi, mengecup surai Jimin penuh afeksi.

"Eomma, Minnie kangen," Suaranya sedikit serak efek tangis bahagia yang menganak sungai.

Tuan Kim memeluk kedua manusia terkasihnya itu.

Namjoon termenung melihatnya, setelah satu tahun yang lalu dia melihat kedua orang tua—orang tua angkatnya itu mengikhlaskan kehilangan putra kecil mereka 'Minnie' ia tak menyangka akan kembali merasa, dia bukanlah siapa-siapa di dalam keluarga ini.

Baru saja ia merasakan kasih sayang orang tua tanpa menyangkut Si Minnie itu dalam waktu yang terbilang sebentar, ia kembali harus merasakan bahwa ia bukanlah siapa-siapa.

Bagaimanapun,

Dia butuh pernyataan sejelas-jelasnya. Dia tak ingin hatinya retak hanya karena kesalahpahamannya.

Hatinya retak, pertama karena ia sadar kisah asmaranya mungkin akan berakhir seperti ini saja. Lalu, kenyataan di mana ia harus merasakan kembali menjadi 'bukan seseorang yang berharga' membuat retakan itu semakin parah.

Namjoon masih menunggu dengan sabar.

Dia akan berpegang pada prinsipnya.

Kenyataan bisa begitu indah juga begitu pahit.

Namun kenyataan pasti akan terungkap, jika tidak sekarang, maka di waktu yang akan datang.

Biarlah hatinya retak, terbelah, atau bahkan hancur sehancur-hancurnya.

Karena jika kenyataan semakin dipendam, akan semakin parah luka yang ia terima jika itu keluar di waktu yang akan datang.

Semakin cepat, semakin baik.

Namjoon yakin inilah hal terbaik yang memang seharusnya terjadi.

Asalkan semua orang yang ia sayangi bahagia, ia akan ikut bahagia.

•••

Namjoon membuka pintu ruangan kerja sang ayah, dia duduk ketika dipersilahkan.  Tuan Kim dengan wajah serius menyodorkan sebuah dokumen pada Namjoon dibalik meja kerjanya.

Dokumen adopsi.

Namjoon sudah tahu dia bukanlah darah daging sepasang suami-istri itu. Cukup dengan semua pernyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa ini! Apa maksud semuanya?!

Anak mereka sudah ditemukan dan ia harus menghilang dari hadapan mereka, seperti itu?!

"Iya Abeoji, aku sadar betul posisi diriku. Aku akan menuruti keinginanmu jika aku harus keluar dari rumah ini ataupun membayar seluruh biaya hidup yang Abeoji habiskan untukku selama ini, aku-"

"Tidak, masalahnya bukan seperti itu, ada satu hal yang belum kuceritakan padamu. Tentang bagaimana bisa kami menemukanmu,"

"Abeoji dan Eomma bilang kalian menemukanku kedinginan dan hampir mati di jalanan yang gelap bukan?"

Tuan Kim menghembuskan napas berat, kepalanya menggeleng pelan, "Kami berbohong waktu itu,"

"Maksud Abeoji?"

"Tentang jalanan yang gelap memanglah benar, tapi faktanya hanya sampai sana. Kau bukan kami temukan dalam keadaan hampir mati karena kedinginan. Tapi aku sendiri yang membuatmu hampir tak terselamatkan,"

Kedua alis yang lebih muda bertaut, dia tak menangkap apa yang berusaha dibicarakan ayah angkatnya ini. Tidak masuk akan bila ayahnya itu mungkin menyerangnya atau mungkin menabraknya hingga hampir tak terselamatkan, ya—'kan?

Tuan Kim kembali menghembuskan napasnya, seolah menceritakan apa yang ia pendam itu benar-benar beban yang begitu berat.

"Aku dan istriku sedang panik mencari Jimin yang menghilang karena merajuk, kami terlibat pertengkaran di dalam mobil dan tanpa sadar kakiku menginjak pedal gas semakin dalam. Dan pada saat itulah kau muncul dari persimpangan dengan tubuh babak belur dan wajah yang panik luar biasa,"

Namjoon menatap tak yakin, "Babak belur? Kenapa?"

"Aku tak tahu, pada saat itu waktu berlangsung begitu singkat. Dalam sekedip mata tiba-tiba aku menyadari kalau aku menabrakmu. Aku dan istriku segera membawamu ke rumah sakit. Aku dan istriku mengadopsimu karena kau ternyata adalah seorang anak yang tak mempunyai ayah. Dan ibumu juga adik perempuanmu meninggal pada malam aku secara tak sengaja menabrakmu,"

Mata Namjoon memerah, namun ia tak yakin perasaan apa yang ada dalam dirinya.

"Dokter bilang kau mengidap amnesia retrograde, amnesia sementara, kepalamu cidera karena terbentur sesuatu saat kecelakaan terjadi. Memorimu tentang informasi segala macam ilmu yang pernah kau pelajari tak akan hilang, namun memorimu selama kau menjalani hidup sampai saat itu tidak dapat kau ingat. Kami bahkan mengetahui namamu hanya karena name tag di baju sekolah yang kau pakai,"

Namjoon masih mematung. Setetes air mata jatuh. Ia tak tahu mengapa ia menangis, dia tak dapat menentukan arah perasaannya. Marah! Kecewa! Bingung! Sedih!

"A-Abeoji-,"

"Istirahatlah Namjoon-ah, maaf Abeoji baru memberitahukan hal ini padamu,"

"Tak usah memikirkan tentang membalas biaya hidup atau memutus hubungan kita oke? Abeoji tak akan mengusirku atau semacamnya. Untuk saat ini istirahatlah karena memang hari sudah larut."

•••

Namjoon menutup pintu kamarnya, tubuhnya meluruh sesaat setelah pintu itu tertutup rapat.

Awalnya masih hening, lalu Isak tangis mulai terdengar, sudah tak terhitung lagi air mata yang keluar dari ujung matanya. Untuk pertama kalinya ia menangis meraung-raung seperti ini. Terlalu sakit. Hatinya terluka terlalu parah.

Fakta terakhir untuk hari ini. Fakta terakhir yang melebarkan luka hati yang tadinya hanya berupa retakkan. Fakta yang paling menyakitkan untuk hari ini.

Selamat malam Kim Namjoon. Nikmati malam yang penuh tangis ini.

Karena kau belum tahu fakta lainnya.

Fakta yang kau ketahui malam ini tidaklah seberapa.

Masih ada fakta lainnya yang bersembunyi dibalik sana.

Bersiaplah.

Jangan habiskan perasaan yang begitu menyakitkan itu begitu saja malam ini.

Setidaknya sisakan beberapa untuk puncaknya nanti.

Karena kau baru menapaki pintu masuknya.

Bersambung....

Happy Hours ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang