Jimin terus memacu langkahnya.Menghindari seorang Kim Namjoon yang begitu keras kepala bukanlah hal yang mudah.
Tanpa sadar ia terus berjalan tanpa memperhatikan kalau lampu tanda pejalan kaki boleh berjalan telah berwarna merah dan-
Tiiiinnn!
Untungnya tubuhnya ditarik oleh seseorang dan saat ini secara reflek dirinya berada di dalam dekapan orang itu.
Eh?!
Tunggu!
Apa?!
Jimin menengadahkan kepalanya,
KIM NAMJOON.
Dengan-
"Senyumannya yang begitu manis dan menawan, dan lesung pipi itu-,"
"-oh astaga! Aku pasti sudah gila berpikir yang tidak-tidak tentangmu,"
Jimin tersadar dari lamunannya-
Ralat,
Dari acara 'mari menikmati ketampanan seorang Kim Namjoon'-
Tunggu!
Apa?!!!
Jimin mendorong tubuh yang lebih tua, merapikan bajunya.
Di samping yang lebih tua ternyata ada seorang nenek dengan kursi rodanya dan belanjaan buahnya.
"Astaga Nek, Nenek mau nyebrang ke mana?" Jimin samar-samar mendengar percakapan yang dimulai oleh Kim Namjoon, sunbaenya.
"Ke sana Nak," Nenek itu menunjuk ke arah kanan.
Lampu untuk pejalan kaki telah berubah menjadi warna hijau.
"Mari aku bantu Nek,"
Jimin melihat jelas hal itu. Kim Namjoon bahkan tak menggubris sang nenek yang menolak halus niat baiknya, nenek itu pada akhirnya menerimanya tentu saja.
Jimin mengikuti mereka dari belakang, tanpa sadar.
"Nenek punya anak?"
"Iya, Nenek punya 2 anak laki-laki,"
"Loh? Tapi kenapa Nenek belanja sendiri?"
"Hari ini mereka sibuk Nak, untuk belanja buah-buahan seperti ini saja masa' Nenek meminta tolong pada mereka?"
Keduanya terkekeh.
Tanpa sadar Jimin pun terkekeh.
Mereka terus mengobrol hingga ujung perbatasan zebra cross.
Dengan Jimin yang setia mendengar obrolan mereka dalam diam
"Dia-,"
"-baik,"
"Sangat baik,"
•••
"Astaga Ibu!" Seorang pria menghampiri mereka dengan tergopoh-gopoh saat Namjoon telah setengah jalan mengantarkan wanita yang sepertinya sudah berusia lebih dari 70 tahun itu ke rumahnya.
"Kau begitu baik, terima kasih," Ucap Nenek itu ketika kursi roda dan belanjaannya kini beralih pada pria yang tadi memanggilnya, "ibu,", putranya.
•••
Jimin kembali tenggelam dalam selimutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Hours ✔
Fiksi PenggemarSaat-saat menyenangkan yang diciptakan seseorang, begitu Jimin benci namun sangat ia rindukan ketika semuanya menghilang bak ditelan bumi.