Qosama Afkar Bashira

43 6 2
                                    

"Kebimbangan itu sesungguhnya telah engkau atur ya Rabb. Semua itu telah engkau sekenariokan. Tapi sungguh, berilah petunjukmu agar hatiku tidak salah memilih keputusan. ❤️"

"Assalamualaikum non Zahra... Apakah non akan berangkat ke kajian...?"

Sapa Pak Arif, sopir pribadi yang disuruh Umi Zahra, setiap hari Pak Arif mengantarkan kemanapun Zahra pergi.

Sebenarnya Pak Arif adalah kerabat dekat Zahra namun, karena kebutuhan ekonomi yang mendesak ia menawarkan diri untuk bekerja dirumah Zahra sebagai sopir. Padahal, keluarga Zahra sangat ingin memberikan bantuan uang untuk membantu Pak Arif dan keluarganya. Namun Pak Arif menolak. Dia ingin mendapatkan uang dengan jerih payahnya.

"Bukan Pak, saya akan pergi kerumah Shira. Disana ibunya mengadakan syukuran untuk menyambut Shira yang pulang dari Surakarta setelah menempuh pendidikannya dan akan pindah meneruskan pendidikan di kota ini." Jawab Zahra ramah

"Masya Allah. Bukankah itu teman non sewaktu kecil. Bagaimana bisa masih terjalin hingga saat ini." Ucap Pak Arif penuh tanya.

"Shira tak hentinya mengusik saya di media sosial entah angin apa yang membuat Shira ingat saya dan begitu mengenal saya. Padahal di media sosial saya tidak memasang foto saya." Jawab Zahra.

"Itulah Sahabat yang ditakdirkan oleh Allah non."

Seraya membukakan pintu mobil, Pak Arif tersenyum ramah kepada ponakannya. Yang saat ini, telah tumbuh dewasa menjadi wanita yang memiliki akhlak mulia.

"Saya harap Allah selalu memberikan saya sahabat dunia akhirat." Pak Arif mengaminkannya.

Zahra melangkahkan kakinya memasuki sebuah mobil.

Dengan gamis berwarna baby pink, jilbab yang senada, serta panjangnya menutupi dada begitu syar'inya wanita itu berpakaian.

Baginya panas dan gerah ketika memakainya sudah terbiasa sejak kecil. Bagaimana tidak...? Uminya telah membiasakan dirinya seperti itu.

Qosama Afkar Bashira sering dipanggil Shira. Dia adalah teman karib Zahra sejak kecil. Shira memiliki kepribadian ceria, mudah bergaul dengan siapa saja, dan banyak berbicara tak cukup satu patah kata saja, bahkan kecepatan bicaranya sangatlah cepat melebihi cepatnya jet coster.

Atau Jet VIP sedunia. Itu pun jika moodnya Shira baik. Jika moodnya tidak baik, Shira akan diam seribu bahasa.

"Zahra cantik kyuu, unyu kyu, bidadari kyu, embbb apalagi yah...? " Celoteh Shira berteriak dibalik pintu.

"Assalamualaikum Shira..." Ucap Zahra istighfar didalam batinnya.

"Hehehe, Walaikumssalam 😘 Zahra makin cantik aja Shira kalah saing inih. Oh iya Umi udah nunggu Zahra Ayok masuk sebentar lagi acara akan segera dimulai....!!!"

"Iya deh Shira Aku masuk. Oh iya nih aku bawain dari Umi katanya gamis untukmu, Umi yang buat, nyampe ngelembur buat kamu." Zahra menyerahkan paperbag dengan gambar logo butiknya.

Mata Shira berbinar
"Widihhhhhhhh, cantik banget warnanya Zahra, Umi masih sama yah, tau aja warna kesukaan ku. Hehehe 😆 gratis kagak...? Apa gue harus bayar kredit dulu...?" Cerewet Shira kambuh.

"Iyah kata Umi bayar kirim ke rekeningnya." Jawab Zahra ketus.

"Dihhh, jahat banget ngotot gratis nih gue gratis pokoknya." Jerit Shira cempreng

"Lebih ngotot tukang kredit daripada lo...!!!!" Ucap Zahra pergi menemui Umi Shira.

-Didalam Rumah Shira-

"Assalamualaikum Umi" Zahra mencium tangan Umi Nur. Ibunda dari Shira.

"Walaikumssalam Zahra, Alhamdulillah kamu udah dateng sebentar lagi acara mengajinya akan segera dimulai ayok bersiap - siap."

"Na'am Umi."Ucap Shira dan Zahra serempak.

Acara mengaji itu dipimpin oleh seorang Ikhwan yang rupawan cukup membuat mata seorang akhwat tak berkedip atau harus bergelut dengan hatinya karena harus menjaga pandangannya.

Yah walaupun jarak sebenarnya sudah cukup jauh. Tapi Zahra sempat tidak sengaja melihat seorang Ikhwan tersebut yang memimpin acara mengaji kali ini.

Subhanallah, begitulah rupawannya hamba Allah yang satu ini entah bukan hanya wajahnya, suara mengajinya cukup menyejukkan hati. Amat tartil sekali setiap bacaannya.

Banyak para akhwat tidak fokus kepada bacaannya bagaimana tidak, suara Ikhwan tersebut membuat merinding seluruh ruangan dan meneduhkan hati.

"Istighfar, istighfar ya Rabb"

Dalam batin Zahra kali ini, baru ia temui sosok yang menentramkan hatinya sekelebat wajahnya, kini telinganya mendengar dengan jelas apa yang dibacakan Ikhwan itu. Subhanallah hati wanita manakah, yang tak tersentuh olehnya.

Ikhwan tersebut sekejap tadi memandang wajah Zahra yang sempat tidak sengaja melihatnya. Cepat-cepat Zahra menundukkan pandangan.

----

Acara mengaji itu diakhiri dengan beberapa makanan hidangan yang disediakan oleh keluarga Shira.

Tak terasa acara tersebut berakhir semua tamu sudah dipersilahkan pulang oleh pemilik rumah. Begitu juga Zahra yang harus berpamitan pulang karena dia harus menjaga Uminya.

"Umi, Shira, Zahra pamit pulang dulu. Maaf Zahra buru-buru, Zahra mengkhawatirkan Umi dirumah." Pamit Zahra dengan sopan.

"Owch, Baiklah sebentar bawa makanan ini untuk Umi mu. Umi dan Shira akan menjeguknya. " Jawab Umi Shira tersenyum ramah.

"Na'am Umi, Syukron. Zahra pamit Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumssalam" seru Umi Nur dan Shira.

🍁🍁🍁

Insyaallah ceritanya akan update setiap hari Senin. Mohon like and coment.

ZahqirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang