Kamu tahu Zahra, sesuatu yang kita genggam erat namun selalu gagal...?
Angin,
Angin adalah sesuatu yang kita coba
genggam erat namun
Selalu gagal. Seperti saat ini kita, dan hanya kuasa Allah lah yang mampu mengenggam eratkan diriku padamu Fahri... ❤️Kringgggg...kringggg..kring....kringggg
Bel berbunyi, tanda seluruh siswa pulang, Karena pelajaran telah usai. Tapi tak berlaku pulang bagi mereka yang masih memiliki sebuah urusan.
Zahra memainkan kedua kakinya, dengan masih mengendong tas ranselnya. Rintik-rintik hujan sukses menguyur beberapa lahan yang kering. Didepan lab Zahra berdiri memainkan air hujan dengan tangan putih mungilnya.
Dengan arah berlawanan, seorang lelaki bertubuh tegap tinggi berlarian kecil menyusul Zahra didepan lab Kesenian.
"Kehujanan...?" Kata Zahra diiringi anggukan Fahri.
Fahri masih sibuk dengan dirinya yang setengah basah.
"Suka dengan hujan...?" Deg, suara Fahri lembut menggetarkan hati Zahra lagi-lagi.
"I...ya, a..ku suka hujan ini adalah pemberian Allah. Tapi hujan juga bisa menjadi sebuah mala petaka, dan kenikmatan." Ucap Zahra diselingi gugup.
Tangan Fahri perlahan-lahan mengikuti gerakan Zahra memegang sebuah hujan.
"Kamu tahu Zahra, sesuatu yang kita genggam erat namun akhirnya selalu gagal." Tanya Fahri masih melihat rerintikan hujan.
Zahra menjawab dengan cepat "Tidak."
"Angin, angin adalah sesuatu yang kita coba genggam erat namun selalu gagal."Zahra mengernyitkan dahi. Lamunannya buyar seketika setelah Bu Lis datang dengan Pak Anton.
"Kalian sudah menunggu cukup lama...?" Tanya Bu Lis dengan seragam setengah basah kuyup.
Keduanya menggeleng pertanda tidak.
"Ya sudah ayo masuk, nanti Zahra saya bimbing, dan Fahri kamu dibimbing dengan pak Anton. Mengerti...?""Baik Bu." Jawab mereka serempak.
----
Didalam ruangan lab Kesenian terlihat begitu sepi. Ya, ruangan ini digunakan untuk menyimpan beberapa poster, lukisann, kerajinan, barang kreasi, alat musik. dll. Semua tertata begitu rapi.
"Zahra...!!!" Panggil Bu Lis.
Zahra yang asyik memperhatikan sekitar ruangan kesenian membalikkan badannya dan menaruh tas ransel biru kesayangannya. Kini kedua kakinya berjalan menghampiri Bu Lis yang tenggah memanggilnya.
"Zahra kamu sudah siap kita berlatih sekarang."
"Baik Bu, saya siap." Ucap Zahra yakin.
"Kita latihan dulu, besok desainer akan datang. Dia mengambil promosi dari kamu dan Fahri untuk fiting bajunya yang akan kamu kenakan pada festival."
Perkataan Bu Lis sangat singkat namun membuat Zahra paham apa yang dimaksudnya. Zahra mengangguk pertanda bahwa ia mengerti.
"Kamu tertangkap basah nak." Kaget Fahri.
"Embbb.... Pak Anton."
Pak Anton geleng-geleng menatap Bu Lis dan Zahra yang tenggah asyik latihan dari sebrang sana."Cantik, Sholehah, akhlaknya baik. Siapa yang tak jatuh hati pada gadis mungil itu." Ucap Pak Anton tanpa dia sadari Fahri mendengarkannya.
"Ah, masak Pak yang mana Pak yang cantik murid atau gurunya." Ledek Fahri menggoda Pak Anton.
"Gurunya dong... Walaupun badannya setengah lebar." Pak Anton masih memperhatikan Bu Lis.
"Lebar tetep cantik kan Pak...?"
"Iya....aaaaaa" Pak Anton yang tersadar dengan ucapannya melototi Fahri yang tenggah tertawa cekikikan."Lamar dong Pak Bu Lis jangan dipandang mulu, ingat dosa" ucap Fahri setengah tertawa cekikikan.
"Kamu itu ya...!!!! Sini Bapak jewerr....!!!!!" Pak Anton menjewer kuping Fahri namun Fahri lari dengan gesit.
"Heh, ada apa ini pak kog malah main kucing-kucingan ingat durasi." Bu Lis menunjukkan jam tangan yang ia pakai.
"Hehehe, begini Bu Pak Anton-----" belum sempat Fahri melanjutkan omongannya sudah dibekap oleh Pak Anton.
"Begini Bu, Fahri bilang kebelet jadi mau ketoilet tapi dia langsung pergi aja, jadi saya kejar deh."
Bu Lis mengeryitkan dahi, ia tak mengerti maksud Pak Anton dan Fahri bertingkah aneh.
"Asshhh, ya sudah Fahri cepat ke toilet dan kembali ke sini. Saya mau mengurus Zahra. Ingat Pak Anton jangan kejar-kejaran...!!!"
Bu Lis pergi, memberi peringatan keduanya. Baru Pak Anton melepaskan bekapannya.
"Astagfirullah Pak, berbohong itu dosa."
Kini keduanya saling menatap, lalu Fahri terdiam. Pak Anton cukup menakutkan jika sudah melotot.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahqir
RomanceZahqir (Hamzah & Haqiratul) Getaran Lantunan Mu yang membawaku terhanyut cinta dalam diam. Nama yang selalu kusebut dalam doa. Hanya aku dan Rabb ku yang mengetahui. Rapat, sangat rapat nama itu didalam hati kecilku. Jika kau mencintai dia pintalah...