Keputusan

8 2 1
                                    

Aku tak pernah menakdirkan sesuatu yang menggetarkan hatiku.
Aku juga tak pernah menakdirkan iman dan hatiku bergelut.
Semua ini adalah kehendaknya Rabbku.❤️

Suasana pagi mendung, terlihat matahari mulai tertutupi dengan awan gelap. Udara mulai dingin pagi ini terasa mencekam. Jangan lupakan, kabut menutup jarak pandang dari arah kejauhan.

Namun, tak menghentikan semangat seseorang menempuh pendidikan

Diruang kantor, segelas teh hangat terhidang dimeja kayu. Terlihat Bu Lis sedang mencatat dan menunggu seseorang hadir pagi ini.

Tok...tok...tokk
Suara pintu terketuk.

"Masuk" ucap Bu Lis selaku kepala sekolah.

"Assalamu'alaikum Bu." Lelaki bertubuh tinggi datang dengan tangannya memegang sebuah formulir.

"Wa'alaikumssalam duduk Fahri silahkan." Ucap Bu Lis tak sabar dengan keputusan Fahri.

"Begini Bu, insyaallah Umi dan Abi merestui Fahri mengikuti kompetisi ini. Mohon Ibu membimbing saya. Saya tidak ingin mengecewakan Umi dan Abi." Fahri menunduk.

Bu Lis yang mendengar itu wajahnya sumrigah. "Alhamdulillah ya Allah, Ibu turut senang mendengarnya. Pasti akan saya bimbing dengan baik Fahri." Bu Lis tak hentinya bersyukur.

Disela perbincangan itu terdengar ketukan pintu. Oh itu Zahra.

"Assalamu'alaikum Bu, boleh saya masuk...?" Ucap Zahra sopan.

"Wa'alaikumssalam silahkan nak."
"Na'am Bu." Zahra mengambil formulir didalam tas.
Membuat Bu Lis berkeringat dingin disepanjang pelipisnya.

Zahra menyodorkan formulir itu kepada Bu Lis. Semua terdiam, begitu juga Fahri penasaran dengan keputusan apa yang Zahra ambil.

"Hiksss....hiksss...hiksss" Bu Lis menangis.
"Ada apa Bu, kenapa menangis...?" Tanya Fahri tiba-tiba.
"Ibu terharu kalian berdua sudah ditunjuk Allah mewakili festival ini."

Zahra yang mendengar ucapan Bu Lis ikut kaget sekaligus bingung.
"Jadi....???? Akhi Fahri juga diperbolehkan Bu...?" Ucap Zahra.

"Iya Zahra kamu dan Fahri akan mewakili. Bersiaplah selesai pulang sekolah besok kalian akan mengikuti bimbingan selama 3 pekan berturut-turut. Karena bulan depan kalian sudah menghadapi ajang tersebut. Saya harap kalian tidak mengecewakan Umi dan Abi dirumah. Dan juga pihak sekolah." 

Zahra dan Fahri mengangguk paham.

------

Bertemu 3 hari pekan berturut-turut. Astagfirullah hal azim ya Allah bagaimana perasaanku ini. Bagaimana dengan imanku yang selalu bergelut dengan perasaan ku ya Rabb. Zahra sendiri tak tahu dengan jiwanya.

Kenapa bisa-bisanya Zahra memendam perasaan tersebut kepada Ikhwan. Ikhwan yang belum tentu menjadi mahramnya.

Astagfirullah hal azim. Meneteslah air mata Zahra. Membasahi mukena Zahra.

"Ya Rabb, aku sudah berlebihankah...? Mencintai Fahri secara diam seperti ini...?
Memang siapa Fahri untukku....?
Dia bukanlah suamiku juga bukan calon imamku.

Ya Rabbku, shalatku nyaris saja tak khusyuk karena aku selalu memikirkannya. Hati dan fikiranku seolah tertutupi oleh nama Fahri.

Ya Rabbku, jangan biarkan diriku terlalu berharap kepadanya selain berharap kepadamu.

Ya Rabbku, jangan biarkan aku mencintainya melebihi cintaku kepadamu."

Ya Zahra menangis karena kekhilafannya.

🍁🍁🍁

ZahqirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang