Tubrukan

21 3 0
                                    

Ana uhibbuka fillah, ku mencintaimu karena Allah.
Ana uhibbuka fillah,
ku mencintaimu dalam diamku.
Ana uhibbuka fillah,
sepenggal kata yang dilantunkan pada doaku.❤️

Langkah Zahra terbirit-birit menuju kelas 12 IPA 3 karena Bu Iis sudah memanggilnya sejak tadi.

Brukkkkkkkkkkkk...

Setumpuk kertas jatuh dan sebuah piala. Untung saja, sebuah piala hampir diselamatkan dengan kedua tangan itu.

"Aduhhh, gimana sih hati-hati Alhamdulillah piala gue gak jatuh."

Lelaki berbadan tinggi, berkulit putih itu menunduk badannya segera, mengambil barang-barangnya yang jatuh karena ulah Zahra.

"Afwan Akhi. Saya tidak tahu jika saya menubruk, saya tidak sengaja." Suara seorang gadis yang terdengar serak dan merasa bersalah atas semua sialnya hari ini.

Lelaki itu masih sibuk membereskan barangnya. Ia menenggakkan badannya berdiri. Begitu juga wajahnya.

Zahra menjauhkan jaraknya dengan lelaki itu, agar orang yang melihat tidak salah paham dengannya.

Deg, "ahhhhhhh, gak papa ukhti. Maafkan saya jugak jalannya tidak melihat kalo ukhti sedang berjalan ke arah kemari. Afwan ukh." Lelaki itu merasa bersalah.

Dirinya melihat Zahra menundukkan pandangannya begitu ia melihat. Iyah, Rehan kenal betul perempuan yang ada dihadapannya saat ini.

Perempuan yang telah lama ia cintai dalam diamnya. Hingga sekarang, namun  Zahra tak mengetahui bahwa Rehan selama ini menyimpan perasaan itu tanpa satu pun orang tahu.

Namun, hatinya tak percaya jika yang ada dihadapannya kali ini adalah Zahra. Wanita kelas 12 IPA 3 itu. Yang terkenal dengan pendiamnya tapi cukup pandai dalam hal berceramah dikajian.

Rehan sering mendengar dari adiknya bahwa Zahra pandai dalam hal ceramah. Dirinya pernah mendengar saat Zahra berceramah disebuah kajian tentu saja dari sebuah rekaman yang adiknya rekam saat mengikuti kajian.

Ia tak percaya bahwa wanita sependiam Zahra mampu berbicara dimuka umum. Apalagi saat Zahra melantunkan sedikit hadits dan bacaannya. Subhanallah hati siapa yang tak terketuk.

Bukannya hanya shalihah Zahra juga cantik. Pendiam dan rasa malunya enggan membuat para ikwan menegurnya.

"Maaf akhi saya buru-buru. Saya minta maaf atas kesalahan saja. Tolong maafkan saya." Kali ini Zahra memohon dengan suaranya yang berat.

Tep. Mata Rehan tak berkedip.
Cepat-cepat mengucapkan astagfirullah hal azim.

"Astagfirullah hal azim" tiba-tiba Rehan mengucapkan dengan spontan dan cukup keras membuat Zahra kaget.

"Ada apa akhi...???? Ada sesuatu....???" Ucap Zahra dibuat bingung.

"Mmmmm, ah enggak. Ahhh baik ukhti silahkan saya sudah memaafkan ukhti. Lain kali ukhti berhati-hati berjalan jangan terburu-buru." Nasehat Rehan.

"Na'am Akhi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumssalam warohmatullahi wabarohkatuh"

Zahra meninggalkan dengan cepat, Rehan yang masih terdiam ditempatnya. Takut akan timbulnya fitnah.

Eh, dia kenal aku enggak yah...? Tau nama ku gak yah...??? Hadehhh tadi lupa memperkenalkan diri.

Batin Rehan. Dan bergegas pergi.

---

Kali ini kelas 12 IPA 1 bersorak-sorak ketika langkah Rehan tiba didepan kelas.

Dari samping kelas 12 IPA 1 ada kelas 12 IPA 2 yang pasti tahu betul alasan kelas tersebut bersorak gembira.

"Wihhhhhhh gile ini abang Rehan pulang jauh-jauh dari negara sebrang bawa piala bawa medali emas. Tapi lupa tak bawa calon istri idaman.  Sungguh perhiasan emas, medali emas tiada bandingnya dengan seorang istri Sholehah."

Dalil Fino terdengar begitu keras, kali ini lantunan suaranya seperti lagaknya orang yang membaca puisi didepan pintu.

Tangannya ikut bergerak-gerak seperti menghormati tuan ya mulianya.

Toenggg....
Sebuah boilpont mendarat tepat dijidat Fino.

"Aduhhhhhhhhh...!!!" pekik Fino, tangannya kali ini memegang jidat.

"Assalamu'alaikum Rehan congratulations" Fahri menepuk pundak Rehan.

"Wa'alaikumssalam Fahri. Syukron semua ini berkat doa-doa mu dan doa teman-teman, tanpa kalian mungkin aku takkan membawa pulang benda berharga yang mengharumkan nama sekolahan kita." jawab Rehan ramah.

"Oeyyyyy, kutu kupret kagak berdosa kau setelah melempar ku dengan boilpont mengenai jidatku. Kau tak nak minta maaf...?" Kesal Fino.

"Eh, boilpont gue ya...???? Kagak tuh boilpont Gion tuh." Jawab Fahri enteng.

Jarinya menunjuk Si lelaki bertubuh gendut yang asyik dengan bacaannya.

"Alah ngeles Lo. Udah jangan tunjuk-tunjuk Gion.  Ntar dia marah kayak induk ayam" Fino bergedik ngeri membayangkan.

"Hahahaha" suara tawa nyaring Rehan.

"Lagian elo juga salah Fin. Datang-datang bahasnya calon istri. Gue rekam loh ntar gue laporin ke guru rohis wahhhh bisa kena lo." Kali ini Rehan merasa menang menjahili sahabatnya.

"Ehh, Han tega banget sih lo.  Iya-iya gue minta maaf gak lagi deh. Gue kan cuman becanda tadi gak lebih. Kalo lebih tuh Gion badannya kelebihan. Gue heran sama tuh orang makan muluk. Pantesan yah naik bajaj pun kagak muat." Lirikan mata Fino memperhatikan Gion yang melahap sebungkus roti.

"Heh, istighfar. Kagak boleh gosipin orang Fin. Dosa Fin." Tegur Fahri bersuara.

"Astagfirullah hal azim, duh khilaf setannya banyak banget." Tangan Fino mengusap wajahnya.

"Udah-udah ayok ke kantin gue traktir kalian makan sepuasnya lumayan gue lagi seneng." Ajak Rehan bersemangat.

"Yokkkkkk cus cabut" ucap Fahri.
"Yokkkkkk masuk kang Rehan" ucap Fino.

Ketiga ikwan tersebut sudah bersahabat sejak lama, jalinan sahabat mereka begitu erat. Sampai jarang diantara mereka berseteru. Jika pun ada perseteruan pasti diantara mereka dengan cepat akan memaafkan. Mengesampingkan perasaan mereka masing-masing, ego mereka masing-masing dan memilih jalan kerukunan.

Karena sesungguhnya, Islam tidak mengajarkan umatnya untuk memiliki perasaan dendam,benci,dan tidak memaafkan. Tetapi Islam sangat memuliakan umatnya untuk menjaga silahturahmi dalam hal kerukunan terutama.

🍁🍁🍁

Jangan lupa vote and komen yah.
Nanti aku berikan vote dan komen juga. Syukron. Yuk ajak teman kalian baca Zahqir biar Minggu depan up lagi.🤗




ZahqirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang