Jangan Jadikan Dosa

17 3 0
                                    

"Jika kau benar mampu, datangilah walinya. Jangan mendatangi anaknya.
Jika kau belum mampu,
cukupkanlah kau simpan dulu rasa di dalam hati"❤️

-Kediaman Fahri-

Selesai sholat magrib. Keluarga Fahri duduk didepan meja makan.
Menyantap hidangan makanan malam. Dengan seperti biasa, Abi Fahri memegang koran kabar hari ini. Sekedar membaca berita apa saja yang ramai dibicarakan kini.

Fahri yang datang dari arah tangga menghampiri Abi.

"Ehemmm" suara serak Fahri dibuat.
Abi Fahri mengalihkan pandangannya tepat Fahri duduk didepannya.

"Assalamu'alaikum Bi, boleh Fahri berbicara dengan Abi." Fahri menunduk tak berani menatap kedua bola mata Abi.

"Wa'alaikumssalam Fahri. Ada apa berbicara saja seperti biasanya kenapa ini terlihat beda...?" Menaruh koran dimeja.

"Begini Abi." Fahri menyodorkan lembar formulir dari Bu Lis kepada Abi.

Mata Abi mengernyit. "Kamu ditunjuk sebagai maskot Putra Fahri dengan berpasangan Putri...? Astagfirullah kenapa harus kamu Fahri...?" Ucap Abi sedikit nada keras.

Umi Fahri yang sibuk memasak menghampiri keduanya.
"Ada apa Abi, kenapa Abi berteriak...?"
"Ini Anakmu Fahri, ditunjuk menjadi maskot sekolah berpasangan dengan Putri Umi. Bagaimana Abi tak kesal...!!!"

Kali ini Abi Fahri terdengar marah.

"Afwan Abi. Ini bukanlah festival dimana ajangnya harus bersentuhan tangan. Tidak Abi. Namun, Fahri akan mengikuti kehendak Abi. Jika Abi tak mengizinkan Fahri akan menurutinya. Semua tergantung dengan keputusan Abi dan Umi." Ucap Fahri menunduk dengan penuh rasa bersalah.

Umi yang melihat tingkah Fahri turut prihatin. Ia percaya dengan Fahri bahwa Fahri mampu menjaga dirinya dengan akhwat tersebut.

"Baik, Fahri tapi ada satu syarat dengarkan Abimu ini." Tegas Abi menatap mata lekat putranya.

"Na'am Abi." Serak suara Fahri.

"Menikahlah dengannya jika memang benar kau memiliki perasaan terhadapnya kelak. Pintalah dan utarakanlah dengan cara baik.  Utarakan niatmu pada walinya nanti. Ingat pesan Abi jangan jadikan perasaan mu sebagai ladang dosa kepada Rabbmu. Kau tahu kan Fahri hukum memandang seorang akhwat yang bukan mahrammu...?" Pesan Abi tegas.

Semuanya terdiam. Mendadak ruangan itu menjadi sunyi.
Fahri bimbang harus bagaimana lagi. Sebetulnya ia memang memiliki sedikit perasaan kepada gadis itu. Namun, Fahri berfikir sejenak ia masih menempuh pendidikan. Ia ingin membahagiakan kedua orang tuanya dahulu sebelum ia menikah. Menikah adalah Ibadah. Fahri paham dengan itu. Astagfirullah hal azim.

Batin Fahri, sungguh ya Allah maafkanlah hambamu ini yang telah menyimpan perasaan ini kepada makhluk mu ya Allah. Astagfirullah hal azim.

Istighfar Fahri ucapkan berkali-kali didalam batinnya.

"Dengar tidak Fahri...!!!" Abi kembali bersuara.

"Na'am Abi. Fahri mendengar nasehat Abi." Suara berat Fahri ucapkan.

"Sudahlah Abi jangan membuat Fahri takut. Mari kita makan, Umi yakin Fahri juga akan paham betul dengan itu." Umi Fahri mencairkan suasana.

"Ingat nak, Abi menyayangimu. Abi sudah tua dan orang tualah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak ketika diakhirat nanti. Abi tak mau perasaan mu yang berlebihan nanti menjadi ladang dosa. Sebab Umi dan Abimu ini takkan akan sanggup melihat putranya semasa didunia melakukan hal Allah SWT murkai. Karena kamu adalah tanggung jawab Abi dan Umi" Serak Abi berat dan lembut.

Fahri meneteskan airmata mendengar nasehat Abi. Tubuhnya memeluk Abi.

"Afwan Abi. Maafkan Fahri."

Umi pun ikut memeluk erat mereka berdua.

Sedih mencekam keluarga tersebut.

🍁🍁🍁

ZahqirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang