Pendatang

29 4 0
                                    

" Sekejap mata itu, mampu meneduhkan hatiku. Salahkah dengan jantung ini yang berdetak begitu saja...?" ❤️

Setelah sampai dimasjid Al-Azhar. Fahri tak sengaja melihat gadis yang selesai sholat hendak membereskan mukenanya.

"Assalamualaikum ukh." Sapa Fahri lembut

Zahra yang sedang merapikan mukenanya mendongakkan kepalanya keatas melihat siapakah orang yang menegurnya.

Deg

Astagfirullah hal adzim
Hati Zahra bergemuruh, bergelut hebat didalam batinnya. Bagaimana sosok suara meneduhkan itu hadir disini Ya Rabbb...?

Sekejap, mata Zahra memandang lelaki itu. Namun, dengan cepat ia menundukkan kepalanya lagi. Takut akan larangan Allah bahwa para muslimah harus mampu menjaga pandangannya.

"Walaikumssalam akhi. Afwan, Maafkan saya tidak tahu kehadiran akhi." Suara Zahra bergetar serak, tenggorokannya tiba-tiba kering, bukankah sangat bahagia hatinya, karena orang yang dia kagumi dalam diam menyapanya secara langsung.

"Na'am ukh. Tidak apa-apa. Maafkan saya, saya kira anda adalah anggota rohis ternyata tidak maaf ukh, saya menganggu silahkan dilanjut permisi."

Begitu lembutnya suara Fahri. Iyah suaranya tak pernah berubah. Zahra mengenal betul suara meneduhkan hatinya itu.

Cepat-cepat Fahri pergi meninggalkan gadis itu. Batin Fahri begitu bahagia sekaligus rasa perasaan aneh begitu datang, melihat mata gadis itu hanya dalam hitungan detik, hatinya bergelut dengan imannya.

Cepat ia mengucapkan istighfar.  Dan menunaikan sholatnya.

----

Teng...teng...teng

Bunyi bel SMA Al-Azhar mengema menandakan sebentar lagi akan dimulai aktivas mengajar ilmu yang menjadi  santapan otak bagi para pelajar.

"Assalamualaikum anak-anak."

Suara Bu Ririn, mengejutkan para murid-murid yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Klam... Seketika suara-suara riuh itu menghilang.

Semua siswa terdiam takut akan guru bertubuh lumayan besar itu jika mereka mulai gaduh lagi. Bu Ririn bisa saja marah, dan langsung keluar kelas.

Iyah XII IPA 3, penghuni kelas itu sangat menjaga citra kelas mereka. Tidak ingin jika guru mata pelajaran apapun, akan mencoret nama baik citra kelas XII IPA 3. Kelas itu dihuni oleh Zahra.

"Wa'alaikumssalam Bu." Serentak siswa membuka mulut mereka

"Baiklah anak-anak, ibu sangat senang hari ini, karena kita kedatangan murid muslimah dari kota Surakarta. Saya harap kalian akan bersahabat dengannya, Ibu yakin kalian sudah dewasa pasti kalian bisa menjalin hubungan dengan rukun tanpa melanggar HAM yang berlaku." Ucap Bu Ririn dengan muka seriusnya.

"Hahahaha." Semua anak tertawa kecuali Zahra.

"Sudah-sudah cukup. Mari nak silahkan masuk." Bu Ririn mempersilakan.

Gadis berjilbab putih dengan seragam putih abu-abunya memasuki ruang kelas.
Semua terdiam ketika gadis itu masuk.

Wajar saja, ruang kelas IPA lebih didominasi perempuan dibandingkan laki-laki.

"Assalamu'alaikum." Sapa gadis itu ramah.

Gadis bermuka agak bulat, dengan pipi yang lumayan chabi, hidung yang tdk begitu mancung, kulitnya bersih dan cukup dikategorikan putih, jangan lupakan lesung pipitnya. Saat ini ia sedang tersenyum ramah. Jilbab panjangnya menjuntai begitu panjang, ia mengenakan kacamata bulat.

Menambah lagi kecantikan naturalnya.

Senyum bibir Zahra mengembang, ia tau siapa sosok gadis itu.

"Okeh, baiklah anak-anak perkenalannya nanti saja pada saat jam istirahat. Kita akan memulai pelajaran Kimia kita. Silahkan duduk nak. Kamu bisa duduk dekat dengan Zahra. Bolehkan Zahra...?" Tanya Bu Ririn.

Zahra mengangguk tanda setuju.

Duk, tangan gadis itu menyenggol Zahra yang duduk sedang asyik dengan catatannya.

Bukan gak sengaja, tapi gadis itu memang seperti ingin menggoda Zahra.

"Apaan lo, kenapa lo bisa tau gue dikelas ini dan satu hal lagi. Kenapa dunia itu sempit sampe lo bisa ngintilin gue." Ucap Zahra masih asyik dengan catatannya.

"Wkwkwkwkwk, Shira gitu lohhh, gimana....??? Surprise kagak...? Surprise dong. Zahra gimana sih, lupa apa kata pepatah...?" Shira mulai lagi.

"Kagak tuh, gue mah biasa aja lo dateng. Karena gue udah nebak endingnya bakal gini, gue selalu di ikutin Kunti yang berisik terus. Pepatah apa jugak, bawa-bawa pepatah segala."

"Kata pepatah, kalo kita sering ketemu gini itu artinya kita tuh jodoh." Shira mengambil bukunya dan memulai mencatat.

"Huweekkkkkkk, jodoh...? Astagfirullah Shira, gue masih waras kuadrat nyampe diakar-akar, dibagi, dikali, di sin, cos, tangen, gue masih bener-bener waras." Jawab Zahra melihat raut muka Shira yang cekikikan tanpa dosa.

Zahra, gadis pendiam itu juga bisa banyak bicara seperti Shira. Itupun hanya dengan Shira ia terlihat berbeda. Bagi Shira, Zahra sahabat yang asyik, sahabat yang mengingatkan kejalan Allah. Dan mungkin orang diluar sana enggan bergaul dengan Zahra karena Zahra sosok pendiam, cuek, dan hanya berkata sepentingnya.

Tapi bagi diri Shira sendiri, mungkin orang lain itu tidak mencoba lebih berteman dengan Zahra.

"Itulah Zahraku, sahabatku sahabat yang ditakdirkan Allah untukku. Bismillah  semoga kami dapat selalu bersama sampai diakhirat kelak, dijauhkan dari neraka mu."

Batin Shira tersenyum, lesung pipinya mengembang manis.

🍁🍁🍁





ZahqirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang