Masa terberat bagi Seokjin adalah saat ini. Saat Jimin sudah bisa memanggilnya. Saat Jimin sudah bisa mengenalinya sebagai Ibunya. Saat Jimin akan menangis di depan pintu jika Seokjin akan pergi.
Apalagi ditambah drama bayi itu yang langsung memeluk kakinya, seolah mencegahnya agar tidak pergi. Seperti sekarang.
"MIMI!"
Bahkan tinggi bayi itu hanya sebatas lututnya. Begitu kecil.
"Mamih harus pergi, Jimin"
"MIMI!"
"Jimin mandi dulu ya? Sudah sore"
Kali ini si pemilik rumah yang membantu bicara pada si kecil.
"MIMI!"
Tapi ditepis keras oleh si bayi dengan berteriak.
Seokjinpun akhirnya mengangkat si bayi yang mungkin akan bergulung-gulung di lantai jika dibiarkan lebih lama lagi.
"Jimin" memanggilnya.
"Mimi"
Jimin menyandarkan kepalanya di dada Seokjin dan mencengkram erat pakaian sang Ibu. Sudah tidak berteriak seperti tadi.
"Jimin anaknya siapa?"
"Mimi"
"Kalau anaknya Mamih, dengarkan apa kata Mamih"
"Mimi"
Bayi itu tidak mengerti apa yang Seokjin ucapkan. Yang ia tahu hanyalah memanggil sebutan 'Mimi' untuk orang yang menggendongnya sekarang.
"Bagaimana kalau aku bilang kau mati saja?"
"Eomma!"
Seokjin langsung mendekap si bayi setelah sadar kalau dirinya berteriak. Pasti Jimin kaget.
"Ya sudah, kau mau ikut pulang atau tidak?"
Seokjin menciumi sebentar puncak kepala si bayi sebelum memberikannya pada wanita yang berdiri menunggu di depannya. Dengan memaksa si bayi agar mau melepaskannya.
"HUWAAAA!!!"
Dan tentunya meninggalkan dengan tangis pilu yang sangat keras dan lantang.
-*123*-
"Jinseok"
Seokjin yang tengah melamun itu langsung saja tersentak begitu mendapat sentuhan di bahunya. Tepukan keras lebih tepatnya.
"Heum?"
"Kau melamun lagi"
Seokjin hanya tersenyum tipis dan mulai berdiri. Seperti tahu apa yang sang suami inginkan darinya.
"Kau belum mengganti panciku, Namjoon" peringatnya sambil membawa gelas yang Namjoon bawa ke dapur.
"Yah, kau kan bisa beli sendiri"
Seokjin berdecih sambil mencuci gelas Namjoon di wastafel. Tidak membiarkan pria itu melakukannya sendiri karena rasa sayangnya terhadap peralatan dapurnya.
"Kau akan mati ya?"
Seokjin berjengit saat tiba-tiba suara itu datang tepat dari sebelah telinganya. Bahkan hembusan nafas Namjoon begitu terasa di pipinya.
"Kau menyumpahiku mati?!"
Diinjaknya kaki yang berada tepat di belakangnya.
"Jangan mati"
Pergerakan Seokjin yang akan memukul wajah sang suami dengan sabunnya itu terhenti seketika. Terhenyak atas jawaban yang Namjoon ucapkan itu.
"Namjoon"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby [NamJin]
Fanfictionbukan iklan bedak bayi ya 😅 Lanjutan dari No Baby ~ #namjin #namjoon #seokjin #jinseok #mpreg #fanfiction