PROLOG

319 16 4
                                    

Seorang pemuda tengah berada di depan rumah seseorang. Di hadapannya, seorang lelaki yang lebih dewasa menatapnya dengan tatapan tajam dan menginterogasi. Seketika, ingatannya kembali ke beberapa momen emas saat pertama kali bertemu dengan seorang. Bukan sekali dua kali ia tersenyum getir mengingat kebodohan yang pernah ia perbuat. Bukan sekedar kebodohan remaja pada umumnya. Kebodohannya membuat semua marah padanya. Kebodohannya membuat hati seseorang terluka. Cuma gara-gara sebuah prinsip.

Dirinya sendiri bahkan tak mengerti, mengapa saat itu mulut bajingannya berkata demikian. Semua orang tahu, dia adalah seorang lelaki yang cuek soal perempuan. Tapi pada saat itu, semua orang juga tahu bahwa dia brengsek. Sialan. Bodoh. Tak punya perasaan.

Bohong jika dia tak menyesal, bohong jika dia merasa bersalah. Bahkan dia pun tak bisa mengelak kalau dia benar-benar sialan. Banyak orang bilang waktu dapat menyembuhkan segalanya. Tapi, waktu juga bisa kasih Lo hal baru buat diperjuangin. Tinggal nunggu keberuntungan berpihak ke Lo atau nggak.

***

"Terlambat, dia udah enggak pernah lagi berharap lu datang. Dia nggak mau sakit hati lagi," ucap seorang laki-laki yang lebih dewasa, membuat si pemuda memudarkan senyumnya.

"Tapi, gue udah berubah. Gue udah sadar sekarang. Gue yakin dia juga masih sayang sama gue. Gue bodoh nggak menyadari rasa cinta gue cuma gara-gara prinsip aneh. Gue terlalu gengsi buat ngungkapinnya. Gue--"

"Cukup!" teriak lelaki yang lebih dewasa mampu membungkam pemuda itu. "Gue nggak rela dia sama cowok goblok kayak lu! Udah cukup lu bikin dia sakit hati, gue minta lu pergi!"

"Kasih gue kesempatan," pinta si pemuda, namun lelaki di depannya melemparkan pandangan membunuh. Mau tak mau dia beranjak pergi, namun ia kembali terhenti. "Oke gue pergi, tapi tolong kasih ini ke dia. Gue janji nggak bakal ganggu hidupnya. Anggap sebagai permintaan maaf gue. Gue mohon!" ujarnya sambil memberikan kotak kecil kepada pria dihadapannya. Tanpa menunggu jawaban, pemuda itu melangkahkan kakinya menjauh. Merelakan semuanya. Nyesel karena kebodohannya sendiri.

***

Gimana prolognya?


Lanjut?

Kalo lanjut komen ya!

Eh votenya juga:)

Oh iya, follow IG author @azzahra_syaharani @lemonulis biar tau update soal work gue di Wattpad 🤍

OVERDUE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang