Tiga

59 28 9
                                    

Dimana pun dan siapa pun, aku akan berterima kasih kepada kamu ataupun kalian yang selalu merasa bahagia hadirnya aku di muka bumi ini.


H A P P Y   R E A D I N G😊

🌈🌈🌈

Ava sudah duduk di bangkunya sedari tadi, kali ini tak ada semangat untuk menatap ke depan hanya sekedar memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Biarkan untuk kali ini saja aku bersedih atas kehilangan seseorang yang selalu menjadi sesuatu yang membuatku ingin berada di dunia ini, seseorang yang kadang memberikan warna dalam hidupku, namun setelah ini benar-benar tak akan ada lagi. setelah ini aku harus kuat!! Tak ada lagi sedih dan air mata, meski semua menyakitkan dan membuatku seperti tercekik dan susah untuk bernafas namun aku di tuntut untuk jadi gadis yang kuat!! Jika semuanya pergi dan meninggalkanku saat aku terjatuh maka aku hanya perlu menghibur dan mengutkan diriku sendiri. Jika semua orang mampuh meninggalkan ku tanpa beban, maka diriku sendiri yang mampuh menolong dan menemani diriku sendiri. Sudahlah jangan terlalu membiarkan kesedihan ini jadi senjata yang kuat untuk membuatku terjatuh dan terpuruk, Aku akan berusaha untuk tak bergantung krpada orang lain meskipun padanyatanya manusia selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.

"Sssttt... Heh" Suara dan colekan di tangan Ava membuatnya melirik ke arah sampingnya.

Ava menatap tajam ke arah teman sebangkunya, laki-laki ini sungguh menyebalkan menurut Ava. Ava menatap sini seolah bertanya 'apaan sih' seolah mengerti dia hanya menggelengkan kan kepalanya tanpa merasa takut Ava yang menatapnya horor.

"

Serem banget sih lo jadi cewek" celetuk Favian

"Bacot" ucap Ava

"Kasar lagi"

"Gue bisa denger yah"

Sedangkan Favian hanya menampilkan deretan giginaya, Ava sudah merasa kesal sekarang moodnya sedang tidak bisa di ajak bercandan dan teman sebangkunya terus saja mengomel tentang hal yang menurut Ava kurang berfaedah atau bahkan sangat tidak berfaedah.

Ava hanya berdiam sambil menatap ke arah depan dengan pandangan kosong, sedangkan Favian tak lagi mengeluarkan suara, mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Hingga bel pulang pun terdengar mereka tetap saling diam, meski sebenarnya Favian ingin berbicara atau sekedar bertanya namun dia urungkan niatnya setelah melihat Ava. Tatapan Favian sulit untuk di artikan oleh siapapun yang melihatnya.

"Woyy Fian lo mau pulang kaga?" Teriakan tersebut membuat mereka mengarahkan pandangannya ke arah pintu kelas. Ada empat laki-laki di sana yang sedang berdiri.

Yang berada paling depan bernama   Jaris Hyuga yang tadi memanggil Favian. Sedangkan di belakang Jaris ada Gio gibran, Naufal saadan, dan yang berada paling belakang adalah Brian Qiyas. Mereka adalah sahabat Favian namun mereka berbeda kelas walaupun hanya sekarang yang berbeda kelasnya.

"Emang udah pulang" tanya Favian polos

"Lah goblok bener dah sahabat kalian gue" ucap Naufal

"Masih sahabat lo juga saplak" ujar Gio yang berada di belakang Naufal

"Eh dugong jangan main noyor kepala orang sembarangan dong" balas Naufal sambil membalas toyoran dari Gio

"Eh lo berdua anaknya konda bisa diem gak?" Ujar Jaris. Sedangkan yang berada paling belakang hanya berdiam diri sekali-kali menggelengkan kepalanya siapa lagi kalau bukan Brian si es.

SANDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang