Empat

48 26 9
                                    

Sepertinya aku mulai terjebak seolah menemukan candu yang tak bisa ku hilangkan, oleh suatu keadaan dimana aku ingin selalu melihat senyum dan tawamu.

¿¿


___________________________________

Ava baru saja keluar dari kelasnya setelah sedikit berdebat dengan teman barunya siapa lagi kalau bukan Fa-pang entahlah apa lupa lagi dengan nama laki-laki itu, di tambah lagi ada teman-teman yang datang ke krlas dan menggoda Ava itu sangat menyebalkan.

Suasana kolidor cukup sepi mungkin sebagian dari para murid sudah pada pulang, Ava berjalan terus ke arah gerbnh sekolah. Ava melihat ke arah parkiran mata Ava bertemu dengan mata Rayka untuk beberapa saat mereka saling menatap hingga Rayka memutuskan kontak matanya.

Ava segera berlari ke arah Rayka yang sudah memakai helmnya, Ava segera mempercepat larinya sebelum Rayka benar-benar pergi.

"Rayy" teriak Ava agak Rayka melihat ke arahnya, benar saja Rayka menatap ke arah Ava namun dengan mata sinis.

"Ray kamu mau pulang?" Tanya Ava saat sudah berada di depan Ray

"Iya. Minggir lo!!" Ucap Ray ketus

"Aku boleh numpang ke depan gak?"

"Gak boleh!! Awas minggir!!" Ray menolak Ava dengan bentakannya.

"Ray ki kamu gitu sih" ujar Ava dengan lirih

"Gak penting banget lo. Buruan minggir gue lagi buru-buru!!" Sekali lagi Ray membentak Ava

"Tapi Ra-"

"Gu bilang minggir yah minggir!! Lo ngerti bahasa indonesia gak sih"

Sufah ke sekian kalinya Rayka membentak Ava namun Ava tetap saja tak menghiraukan itu meski hatinya terasa sesak di perlakukan kasar oleh seseorang yang masih ia sayangi.

Saat suara motor Rayka yang di nyalakan membuat lamunan Ava buyar, Ava memegang tangan Rayka yang sedang memegang stang motornya.

"Le.pasin tangan lo gue mau pergi!" Ucap Rayka dengan penekanan.

"Gak Ray, salah aku apa sama kamu sampei-sampei kamu jadi kaya gini" ucap Ava matanya sudah mulai memanas

"Lo gak bisa cerna apa kata-kata tadi gue di lapang?"

"Bego banget sih jadi cewek!" Lanjut Rayka.

Tanpa basa-basi lagi Rayka menancap gas motornya hingga membuat Ava yang belum siap menahan badannya pun terjatuh. Sungguh jahat Rayka kepada Ava padahal Ava tak pernah tau apa salahnya selama ini, Rayka hanya mengatakan tak lagi merasakan ada kecocokan di antara mereka.

Ava berdiri lalu merapihkan roknya yang kotor, tanpa Ava sadari lutunya berdarah namun tetap saja Ava tak merasakan itu. Ava menghapus air matanya yang membasahi pipinya lalu berjalan ke arah luar sekolah "lo harus kuat Ava!" Ujar Ava di dalam hatinya.

Ava sudah sampai di halte dekat sekolah sepi itu yang Ava rasakan, Ava mendaratkan bokongnya di kursi halte, Ava merasan perih di lututnya.

"Ah ternyata berdarah" gumam Ava setelah itu Ava mencoba menyingkirkan pasir-pasir yang berda di lukanya.

"Awww sakit anjir" jerit Ava namun tetap dia membersihkannya

"Gimana gak sakit orang berdarah gitu" suara Bas tiba-tiba membuat Ava mendongah ke atas.

"Ko lo bisa di sini? Kapan datengnya?" Tanya Ava ke heranan pasalnya tadi tak ada siapapu.

"Sibuk sendiri sih sampe pangerannya dateng aja gak tau" ucap laki-laki tersebut dengan PDnya.

SANDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang