DUA PULUH SATU

15 6 0
                                    

Katakan saja jika memang ini adalah sebuah rasa cinta, tapi nyatanya tak semudah itu.

🌼🌼🌼

Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari. Waktu berjalan begitu cepat tak terasa sekarang sudah dua minggu semua berjalan dengan tenang.

Ava sedang di sibukkan dengan latihan untuk ikut perlombaan Pancak silat sebelum menjalani pertengahan semester, karna jika sudah kelas XII dan sudah menjalani semester akhir seluruh kegiatan bagi kelas XII akan di berhentika mereka akan fokus pada UN.

Hubungan pertemananya dengan Favian juga semakin membaik setelah acara maaf maafan, saat di rumah Favian waktu itu.

flashback on

Favian dan Ava sudah sampain di depan rumah Favian, Ava turun terlebih dahulu dari motor Favian lantas di ikuti oleh Favian. Ava menyerahkan helmnya kepada Favian dan di terima oleh Favian.

"Ava." Panggil Favian saat Ava sedang merapihkan rambutnya.

"Hmm." Gumam Ava sebagai jawaban sambil menatap ke arah Favia.

"Sorry atas sikap gue yang kemaren kemaren." Ujar Favian merasa menyesal atas sikapnya terhadap Ava.

"Iya santai aja, gue juga minta maaf soal gue yang kebawa emosi." Balas Ava.

"Yaudah yuk masuk bunda udah nungguin." Ujar Favian sambil berjalan dan mengenggam tangan Ava.

Ava hanya menatap tangannya yang di genggam dengan lembut oleh Favian, mengapa Ava kembali merasakan desiran aneh.

flashback off

"Woy Ava." Teriak seseorang hingga membuyarkan lamunanya.

Ava mencari sumber suara yang memanggilnya, di tatapnya dari arah depan ada seseorang yang sangat menyebalkan menurut Ava.

"Buruan lo mah ko malah ngejogrog di situ." Ujarnya saat sudah berada di depan Ava.

"Ya sabar kali Jay. Lo mah kaya emak-emak rempong." Balas Ava dengan kesal.

"Lah anjir malah ngatain." Ucap Jaya.

"Udah buruan ah." Lanjutnya sambil menarik pergelangan tangan Ava.

Ava hanya menghelakan nafasnya, bentar bentar. Mengapa Ava tak merasakan sesuatu yang berdesir seperti saat tangannya di genggam oleh Favian. Ava terus saja memikirkan hal itu, siall! Ava tak boleh suka kepada Favian mereka hanya sebatas teman.

Jaya membawa Ava ke arah kantin, memang sedari tadi mereka berada di ruang latihan, dan sekarang waktunya istrahat. Saat mereka sudah berada di di kantin Ava melepaskan genggaman Jaya.

"Lah napa di lepas?" Tanya Jaya ke heranan.

"Gue bukan mau nyebrang." Ucap Ava sewot.

Jaya hanya mengangkat bahunya acuh, terserah Ava saja. Lagian dia harus cepat cepat mengisi perutnya karna sudah berdemo sedari tadi.

Ava duduk di bangku paling pojok karna tak ada lagi tempat yang tersisa hampir semua tempat sudah di isi oleh siswa/i lainnya. Sedangkan Jaya memesan makanan mereka, untung Ava sudah mengganti bajunya menjadi seragam sekolah setelah tadi latihan untuk perlombaanya yang akan sebentar lagi Ava laksanakan untuk mengharumkan nama sekola. Tak beberapa lama pun akhirnya Jaya datang dan membawa pesanan mereka setelah itu keduanya di sibukan dengan makananya masing masing.

••••

Ava sedang merebahkan badanya di atas kasurnya, tubuhnya seperti di remuk-remuk. Latihan hari ini sangat melelahkan tetapi Ava juga menikmatinya.

SANDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang