DUA PULUH EMPAT

14 2 1
                                    

Perusak dan penghancur mental seorang anak, kadang berada pada sikap orang tuanya sendiri.


Happy Reading❤

🥀🥀🥀


Ava sudah berada di dalam kamarnya dengan keadaan yang sudah segar, Ava mendaratkan bokongnya di sofa balkon kamarnya.

Hurfft

Helaan nafas terus keluar dari mulut Ava, entahlah Ava merasakan hari ini cukup berat. Bagaimana tak berat sahabatnya sendiri, ah sebentar mungkin sekarang Ava harus berhenti menyebut Diara sahabatnya karna mana ada sahabat membully sahabatnya sendiri. Namun tetap saja ada rasa tak rela jika ia harus melepaskan Diara untuk tak menjadi sahabatnya lagi.

Setelah cukup lama akhirnya Ava memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya, dan memilih memainkan ponselnya seperti melihat sosial media, atau membuaka whatsApp hanya untuk sekedar melihat informasi di grup kelasnya.

Tak Ava sangka ternyata ada pesan dari Favian dan juga dari Ray, untuk apa Ray mengirim pesan kepadanya.

Favian💩

Woyy

Avatar

Woyy gendut!!

Apaan sih?

Rusuh lo mah

Suka suka gue dong, btw gimana keadaan lo? Udah mendingan? Atau lo butuh sesuatu gitu?

Ava mengembangkan senyumnya saat melihat pesan yang Favian kirimkan, tanpa Ava sangka ternyata perhatian sekecil ini dari Favian membuat hatinya sangan bahagia. Sepertinya sekarang Ava sadar jika Ia sudah mulai menyykai Favian sabagai lawan jenis atau bahkan sudah di tahap jatuh cinta.

Apaan sih, gue udah gak papa Fi, santai ae, gue juga lagi gak butuh apa-apa tuh.

Tapi lo telat balesnya, sekarang gue udah ada di depan rumag lo

Ava membulatkan matanya, buru-buru Ava berlari ke arah balkon kamarnya untuk melihat keluar apa benar Favian ada di depan rumahnya, dan ternyata benar Favian sedang berdiri dan melambaikan tanyanya ke arah Ava sambil tersenyum. Senyum yang membuat hati Ava seolah berbunga-bunga.

Ava segera keluar kamarnya fan berjalan menuruni tangga, untuk segera keluar dan menghampiri Favian. Saat Ava sudah membuka pintu rumahnya Favian sudah berdiri di depannya masih dengan menampilkan senyuman yang tulus, Ava mencoba menetralkan degup jantungnya yang semakin tidak normal.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Ava dengan sedikit ketus untuk menutupi rasa gugupnya.

"Yeh gue mah baik ke sini bawa makanan buat lo, tapi kaya nya gak jadi deh yang punya rumah kaya anjing galak" Ujar Favian dambil memperlihatkan keresek yang Ia bawa tadi.

"Lo ngatain gue anjing!?" Tanya Ava dengan kesal.

"Dih gue mah gak ngomong gitu, lo nya aja yang bawaannya sensi mulu," Ucap Favian dengan enteng.

"Udah ini mau atau nggak?" Tanya Favian lagi sampil mengangkat makanan tersebut ke arah wajah Ava.

"Yaudah siniin." Ujar Ava sambil merebut makanan tersebut.

SANDARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang