Saat ini kedua insan itu sedang tertawa bahagia di pinggir pantai. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat mereka tidak suka.
" bro, santai aja dong ngeliat mereka itu. Kalau lo punya niat mau deketin itu cewek, mendingan, gak usah mimpi deh." Rio dan Firman mendekati Jefri yang sedari tadi ngumpet melihat dua pasangan itu. Jefri menoleh ke arah Rio. Dia memutarkan bola matanya tanda malas melandenin. Anak anak kampung emang kayak begini kali, gumamnya sendiri.
"Gak usah ikut campur deh. Gue kenal lo aja enggak."
"Hahaha... Santuy dong. Gue cuma pesen aja sih. Gak usah mimpi deh mau deketin tu cewek. Itu cewek, sudah ada yang punya toh. Tuh cowok yang bareng dia tu." Kata Rio sambil menunjuk ke arah Bella.
"Sotoy deh lo.. Nggak mungkin Bella itu mau sama cowok kampungan kayak gitu." kata Jefri dengan nada sombong.
"Hahaha... Mereka itu udah kenalan dari kecil,bro. Dekat banget malah. Gak ada yang mustahil sih."
"Emang lo kenal sama itu cowok?" tanya Jefri, penasaran.
"Kenal banget malah."
" Teman lo?"
"Teman gue?" Rio meludah. "Ogah gue temanan sama anak bau ikan kayak dia."
Jefri membau sesuatu yang bisa menjayakan rencananya. Dia seolah dapat menangkap kebencian Rio kepada Stefan. Lalu dia langsung tersenyum sinis.
"Lo kayaknya benci banget ya sama dia." tanya Jefri.
Rio menoleh kearah Jefri "benci banget lah. Semua orang itu selalu aja puji dia. Dia itu baik lah, sopan lah, hormat orang tua lah, ini lah itu lah... Pokoknya gue benci banget sama dia. Kayak gak ada orang lain aja yang pengen dipuji. Malahan, semua cewek di kampung ini, itu tergila gila sama dia."
Rio mengepalkan tangannya. Dia memandang tajam ke arah pasangan itu, lebih tepat lagi ke arah Stefan.
Jefri memulaikan rencananya. Dia coba memancing Rio.
"Gue punya rencana buat ngerjain mereka."
kata Jefri dengan muka jahatnya.Rio kembali menoleh kearah Jefri sambil menaikkan alisnya.
"Sini... Gue kasi tau rencana gue ke kalian." Jefri merangkul Rio dan Firman. Mereka mendekat ke arah Jefri sembari mendengar dengan teliti rencana Jefri. Sesekali mereka mengangguk. Kemudian mereka tersenyum jahat.
...
Stefan tersenyum bahagia di depan pintu tangga rumahnya. Dia mengelus lembut pundak kucing kesayangannya yang sedang terbaring manja di pangkuannya. Dia mengingat kembali momen disaat mereka sedang makan di warung pak Ramly.
Flashback...
Saat itu mereka sedang tertawa, tiba tiba Syifa datang menghampiri mereka. Bella memandang tidak suka, begitu juga dengan Syifa. Setelah Stefan mengantar Bella pulang sampai di depan rumah, Bella langsung menepuk jidat Stefan pelan. Stefan kaget dan memasang wajah bingung.
"Itu tanda buat kamu." jelas Bella.
Stefan mengangkat satu alisnya. Tidak mengerti.
"Tanda? tanda untuk apa?" tanya Stefan.
"Tanda kalau kamu itu aku punya. Gak ada tu cewek lain yang bisa deketin kamu selain aku. Dan kamu juga... Jangan genit genit sama cewek lain." jelas Bella. Stefan hanya tersenyum senang, dia merasa hatinya berbunga bunga mendengar penjelasan Bella.
YOU ARE READING
SUKA DARI DULU
FanfictionStefan Wijaya hanya seorang nelayan kampung. Marbella Darwina bakal CEO Arena Holding. 15 tahun berlalu. Bella kembali semula ke kampung setelah dikecewakan oleh teman lelakinya. Kepulangannya tanpa disadari ada seseorang yang setia menanti dan eng...