12

95 11 3
                                    

"Iya, sekarang kamu sama Tina buruan ke sini. Walau bagaimanapun kita harus tetap menunggu kalian juga." kata pak Rahmat sembari mematikan panggilan.

Keadaan masih tegang seperti tadi. Pak Rahmat memandang ke arah Stefan yang sedang duduk di sofa manakala Bella hanya menunjukkan riak tenang. Sofia sudah menangis mengenangkan nasib yang menimpa dia dan anaknya.

Khalwat. Mereka dituduh berkhalwat saat pak Rahmat dan omma Nina tiada dirumah. Omma Nina sudah mati akal.

"Stefan, bunda mohon. Tolong kasi tau kita apa yang udah terjadi? Apa yang kamu lakuin ke Bella?" lirih Sofia.

Dia mendapat khabar berita itu setengah jam yang lalu saat pak Rahmat menelfonnya. Stefan memandang bundanya dengan pandangan sayu, memohon agar Sofia percaya dengan dirinya.

"Bella, omma mohon jangan diem terus seperti ini, seenggaknya kasi tau kita..."

"Kalau bella kasi tau yang sebenarnya, emang kalian mau percaya?" pintas Bella.

Semua yang berada di ruang tamu itu menatap Bella kaget. Termasuk Stefan. Mereka terdiam mendengar kata kata Bella. Bella tersenyum sinis, dia sudah menduga sekalipun dia jujur, tetap tidak ada yang percaya dengannya.

Bella memandang tepat ke arah Stefan. Stefan membalas tatapan tajam Bella. Dia bisa melihat tatapannya yang kosong tanpa rasa itu.

" Kalau Bella kasi tau yang sebenarnya, apa kakek sama omma bakal percaya sama Bella ?" tanya Bella lagi.

Mereka hanya diam. Rahmat hanya mengeleng dengan sikap keras kepala Bella.

"Stefan dan Bella tau gak, apa yang sudah terjadi ini telah mencemarkan nama baik keluarga kita? Kita sudah tidak punya pilihan lain lagi, melainkan menikahkan kalian berdua." kata Rahmat dengan nada tegas.

Bella kaget. "Nikah!??" dia sedikit meninggikan suaranya.

Stefan mendongak melihat Bella. Bella pantas menggeleng kepalanya. Omaigod! gak mungkin.

Omma Nina yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara. " Bella, cuma ini satu satunya cara untuk menutup aib kamu dan Stefan. Omma gak mau..."

"Enggak! Kenapa Bella harus nikah sama dia? Bella gak mau! Bella gak akan sama sekali nikah sama dia ! Dia udah khianati kepercayaan Bella!" Bella mula memberontak. Dia memandang Stefan yang hanya diam dengan tatapan tajam.

Omma Nina dan Rahmat saling memandang.

"Bella, kamu tenang dulu. Kita bisa bicarakan ini baik baik." Omma Nina coba menenangkan Bella.

Bella tidak beralih dari menatap Stefan. Seketika dia teringat kata kata lelaki itu.

" kerna aku, seorang lelaki miskin yang terlanjur mencintai seorang gadis bernama Marbella Darwina."

Bella memejamkan kedua matanya. Dia menggeleng tidak percaya. Cinta? Hanya kerna cinta lelaki itu menjebak dirinya? Segitukah maksudnya cinta buat lelaki itu? Bella membuka matanya dan kembali menatap Stefan tajam.

Stefan coba mentafsir maksud dibalik tatapan itu. Dia menggeleng saat merasakan dia mengerti apa yang dirasakan oleh gadis itu. Itu tatapan yang penuh rasa benci. Enggak! Dia gak sanggup hilang segala rasa yang dia miliki sekarang.

"Nikah sama seorang nelayan?" kata Bella sinis.

Stefan kaget, dia tidak sanggup lagi membalas pandang Bella.

"Pernikahan ini, itu kan yang lo mau?" sindir Bella.

Stefan menggeleng lagi. Dia tidak suka dengan intonasi itu. Lo, gue?

SUKA DARI DULUWhere stories live. Discover now