"Bella !"
Langkah Bella terhenti sebaik saja mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Bella membesarkan kedua matanya melihat Jefri yang sedang menghampirinya.
Dia jadi kaku disitu tanpa mampu melangkah lagi.
"Hai, Bella." tegur Jefri ramah, saat berdiri dihadapan gadis itu.
"Kamu ngapain disini? Kok kamu bisa tau kalau aku ada disini?" Jelas Bella mempamerkan wajah kagetnya.
" Aku datang ke sini mau ketemu kamu,lah"
Bella mengerutkan dahinya.
"Bella, kamu ngapain disini lama lama? Mami kamu bilang..."
"Mami ?" Bella seolah olah dapat merasakan sesuatu. Kemudian dia tersenyum sinis.
"Jadi ini semua rencana mami? Kerna itu dia nyuruh kamu ke sini?" soal Bella lagi.
Bella memandang Jefri tajam. Jefri pula bingung mau jawab apa.
"Enggak, Bell. Aku..."
"Udah deh, gak usah sok ngeles. Kamu pulang aja deh. Ohh.. Btw, calling me miss.Bella. Walaupun ini bukan kantor, tapi aku masih lagi bos kamu. Sekarang, kamu boleh pulang!" Bella langsung meninggalkan Jefri disitu.
"Eh, bella udah pulang? Itu teman Bella dateng dari Jakarta. Untung aja kakek ketemu dia di warung pak Ramly tadi. Ayok masuk, nak Jefri. Omma udah siapin makan tengahari lho."
Pak Raidin muncul di depan pintu. Dia mengamit Bella dan Jefri.
"Kek, dia..."
"Bella, gak baik kayak gitu sama tetamu. Udah capek capek dia dateng dari Jakarta nyariin kamu. Jemput dia masuk dulu."
"Dia datang punya helah!"
Bella langsung masuk tanpa mempedulikan Jefri yang sedang memerhatikannya terpinga pinga.
...
"Mami kenapa sih? Kok nganterin Jefri ke sini? Mami tau kan aku gak suka sama dia." Bella langsung meninggikan nada suaranya sedikit saat si pemanggil dari seberang, mengangkat telponnya.
"Mami, gak.."
"Bella tau kok, ini semua pasti akal akalan mami doang. Mami please deh, Bella itu gak suka sama dia."
"Mami cuma mau Bella ikut Jefri pulang ke Jakarta. Kamu mau ngapain sih lama lama disana? Siapa yang mau nolongin papa di kantor?" Bella sudah menghempas punggungnya di katil.
"Mi, bella tau kok mau pulang sendiri. Nggak perlu repot repot kirimin Jefri kesini buat ngejemput, Bella. Lagian, aku juga dateng ke sini, sendiri kan?"
"Tau pulang sendiri? Terus, kenapa sampe sekarang gak pulang pulang? Bella, mami..."
"Bella gak peduli, mi. Bella mau mami nelfon Jefri terus mami suruh dia pulang. Bella gak lho liat muka dia sini. Kalau...." kata kata Bella terhenti saat matanya menangkap sebuah kotak usang yang berada diatas lemari kayu di dalam biliknya itu.
"Bella, kalau kamu masih keras kepala juga..mami akan nyuruh Jefri seret kamu pulang ke Jakarta. Mami mau Bella pulang ke Jakarta, sekarang !" Arah maminya.
Mata Bella masih lekat memandang kotak itu. "Mami, nanti bella telfon mami lagi deh. Daaa...love you." Bella langsung mematikan panggilan sepihak.
Kakinya terus diatur mendekati lemari dan menilik kotak itu. Tertera lah nama dikotak itu 'hak milik stefan dan bella'. Bella langsung mengambil kotak itu dan membukanya. Dia menemui sebuah diari miliknya ketika waktu kecil dulu.
...
Langkah Bella terhenti sebaik saja dia melihat Stefan sedang duduk menulis sesuatu diatas batu di dekat pantai. Stefan masih sama seperti dulu.
Perlahan lahan dia mendekati Stefan. Bella masih inget, kalau mereka lagi sedih, marah atau kecewa. Mereka akan duduk dipantai ini sambil menulis diari. Mereka meluahkan pelbagai rasa pada diari itu.
Tanpa Stefan sadar, Bella langsung melabuhkan punggungnya di bersebelahan Stefan. Belakang tubuhnya bersandar pada belakang tubuh lelaki itu. Seperti mereka lakukan dulu.
"Aku kecewa, aku marah, aku..."
Kata kata bella terpotong ketika stefan menyerahkan sebatang pen kepadanya. Dia menyambut pem itu lalu menulis ke halaman kosong di diari itu.Stefan hanya diam membiarkan Bella melanjutkan aktivitasnya. Setelah selesai, dia langsung menutup buku itu.
" aku gak tau kenapa hati aku berat banget buat ninggalin semua ini. Aku gak tau kenapa, dan kamu jangan tanya aku apa apa." Bella sudah nangis terisak. Stefan hanya diam. Dia membiarkan Bella meluahkan segalanya disitu, dia ingin gadis itu merasa tenang.
"Kamu udah tulis semuanya di diari itu. Ingat ! Apa yang udah tertulis di dalem diari itu, ia akan kekal disitu. Itu udah janji kita dari dulu. Aku gak bakalan nanya kamu apa yang kamu tulis di dalem diari itu melainkan kamu yang menceritakannya sendiri ke aku." Stefan tersenyum kelat.
Bella mengangguk. Ya, dia masih inget saat itu. Mereka akan meluahkan perasaan pada diari itu jika mereka gak bisa meluahkan dengan kata kata.
To be continued...
Walaupun ngantuk, masih lagi ingin menulis 😂 maaf jika bnyak typo

YOU ARE READING
SUKA DARI DULU
FanfictionStefan Wijaya hanya seorang nelayan kampung. Marbella Darwina bakal CEO Arena Holding. 15 tahun berlalu. Bella kembali semula ke kampung setelah dikecewakan oleh teman lelakinya. Kepulangannya tanpa disadari ada seseorang yang setia menanti dan eng...