05

101 11 0
                                    

Stefan leka memerhatikan Bella yang sibuk membelai Momo. Bella tidak menyadari tatapan Stefan.

"Aku nggak nyangka kamu mau kasi nama kucing ini Momo." Bella mencuba untuk memencahkan suasana sepi itu.

Stefan hanya diam, membiarkan Bella berkata seorang diri.

"Stefan, kamu bener bener nggak inget sama aku? Kamu pasti bohong,kan? Orang pagi tadi kamu nyebut nama aku full banget. Aku..."

"Kamu mau apasih sebenarnya,Bella?" soal Stefan setelah lama berdiam diri.

Bella tidak puas hati. Dia menggelengkan kepalanya. Apa sih yang membuatkan lelaki itu tidak mengakui kehadirannya.

"Bundaaa...liat deh, Stefan sengaja..." Belum sempat Bella selesai bicara, Stefan langsung menangkup mulut Bella dengan kedua tangannya. Bella kaget dan langsung melepaskan tangan Stefan menjauh dari mulutnya.

Bella tertawa puas.

"Kamu takut ya?"

"Cihh...takut kenapa?"

"Takut lah, kalau kamu bakal diomelin sama bunda. Iya kan iya kan.." Bella tertawa puas kerna bisa membuat Stefan kesal.

"Iya enggaklah, ngapain juga aku harus takut diomelin. Aku kan anaknya baik buanget."

"Lagian, kamu ngapain sih disini? Mending kamu pulang aja deh. Nggak manis tau, gadis seperti kamu ada disini." Kata Stefan lagi coba untuk menukar topik pembicaraan.

"Laahh...emangnya kenapa? Aku kan diluar beranda rumah kamu, dikawasan yang terbuka, terus ada bunda lagi di dalem... Apanya yang nggak manis." Bella memanyunkan bibirnya. Ngeselin banget sih Stefan. Gitu aja ribet!

"Nggak manis kalau seorang cewek sama cowok itu berdua duaan."

"Siapa bilang kita cuman berdua?"

Stefan menaikkan satu alisnya tanda tidak mengerti.

"Kan ada Momo. Bertiga dong."

Bella tertawa saat melihat wajah cemberut Stefan.

"Udah ah, aku mau ke laut lagi. Mendingan kamu pulang deh. Tempat ini nggak cocok banget buat kamu." Stefan terus berjalan tanpa mempedulikan panggilan Bella.

"Stefan ! Stefan !"

Bella mengejar Stefan yang sudah lumayan jauh darinya. Saat langkah dia sudah mendekat dengan Stefan, dia langsung menolak tubuh lelaki itu sehingga menghadapnya.

"Kamu kenapa sih? Ngindar terus dari aku. Emangnya salah kalau aku mau berteman semula sama kamu? Salah kalau aku mau memperbaiki hubungan persahabatan kita sama kayak 15 tahun yang lalu?" Bella meninggikan  suaranya.  Kali ini Bella nggak bisa bersabar dengan sikap dingin Stefan.

"Apa yang udah terjadi 15 tahun yang lalu itu semuanya hanyalah kenangan pahit buat aku, Bella. dan aku juga udah nggak inget apa apa sama kenangan kenangan kita. Aku juga udah nggak mau berteman sama kamu. Jadi udah deh, kamu juga lupain dong tentang kenangan yang dulu. Aku udah nggak mahu berteman sama kamu lagi, TITIK !" Stefan mempercepatkan langkah meninggalkan Bella yang melihatnya dengan tatapan sayu.

Jujur saja, Stefan pengen banget berteman semula dengan Bella. Mencipta kembali kenangan mereka seperti dulu, tapi dia sadar darjat mereka berbeda. Bella itu umpama bulan dan bintang dilangit.

"Kamu kenapa sih nggak mau berteman sama aku lagi, Stefan? Aku udah nggak punya teman lagi di kampung ini selain kamu." ucap Bella lirih.

Bella pergi melangkah meninggalkan tempat itu. Dia menuju ke rumah Omma Nina.

...

"Lo kenapa sih, dingin banget sikap lo ke Bella. Padahalkan lo kayaknya cinta banget sama Bella."

Kata kata Zaki mematikan lamunan Stefan. Zaki adalah satu satunya teman Stefan selain Bella. Setelah Bella meninggalkannya, sebulan setelah itu juga Zaki baru sahaja berpindah ke kampung itu dan menjadi teman baik Stefan.

Saat dia ingin menuju ke rumah Stefan untuk mengajak lelaki itu ke tengah laut, dia tidak sengaja melihat pertengkaran kedua insan itu. Dia hanya memantungkan diri dibawah pohon kelapa dan menyaksikan semuanya. Setelah Bella pergi, dia langsung mendekati Stefan yang sudah siap untuk berangkat ke tengah laut.
"Gue nggak mau terlalu berlebihan berharap Ki, gue takut kalau gue harus sakit hati untuk kedua kalinya. Lo aja tau gimana hidup gue setelah Bella ningalin gue. Dan gue udah nggak mau ngerasain itu semua lagi." Stefan menundukkan wajahnya. Tanpa dia sadari sebutir air matanya menetes. Sungguh, dia amat merindui Bella.

Zaki hanya mampu berdiam sambil memandang Stefan. Kasihan banget Stefan, ujarnya didalam hati. Kini tahulah dia kenapa selama ini, Stefan nggak pernah mencoba membuka hatinya untuk cewek lain. Kerna hati Stefan hanya mencintai Marbella Darwina.


To be continue....




Maafkan jika ada tersalah perkataan 🙏 tapi aku akan coba perbaiki. Kalau ada silap boleh comment dibawah, yang penting bahasanya tolong yang positif ya.

SUKA DARI DULUWhere stories live. Discover now