Akhir minggu kembali tiba. Hari ini menjadi hari termalas bagi Hayoung. Setiap hari memang dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar unit apartemennya untuk mengatasi rasa penatnya karena tidak mempunyai aktivitas apapun kecuali membelanjakan uangnya untuk keperluannya sendiri. Namun di hari minggu, Hayoung lebih suka berada di dalam kamarnya sampai hari berganti karena tunangannya pasti keluar sejak pagi entah untuk apa tujuannya.
Suara tertawa dari luar kamarnya membuat wanita itu terbangun dari tidurnya. Tidak biasanya dia mendengar suara berisik di pagi hari seperti ini.
"Benar, seharusnya aku membangun tempat nya lebih besar lagi" Suara Go Yoon bisa menembus ke dalam kamarnya lalu diiringi suara pria lain yang tidak dikenalnya dan mereka kembali tertawa bersama.
Hayoung beranjak dari posisi berbaringnya karena merasa sensitif dengan suara berisik, jadi dia tidak bisa tertidur lagi. Mungkin karena kondisinya yang tidak bisa melihat sejak lahir, jadi kedua telinganya bisa lebih peka terhadap suara.
"Berisik sekali...." Dia memutuskan untuk menuju ke dalam kamar mandi untuk memulai harinya sekarang.
"Bagaimana dengan tunanganmu itu? Apa dia belum bangun di pagi hari seperti ini?" Pria yang duduk di hadapan Go Yoon bertanya.
"Aku tidak tahu..."
"Apa kalian masih tidur di kamar yang terpisah?"
"Eoh" Go Yoon sibuk mengetik sesuatu pada laptop yang ada di pangkuannya.
"Seharusnya kau mulai melakukannya untuk mempersiapkan diri menuju pernikahan nantinya"
Go Yoon sedikit tertawa mendengar temannya berbicara.
"Wae? Apa kau berencana untuk tidak melanjutkan hubunganmu ini?"
"Aku tidak tahu. Hanya saja, pernikahan merupakan kata yang terdengar lucu di kedua telingaku"
"Sampai kapan kau akan mempertahankan pertunanganmu ini?"
"Aku ingin mengakhirinya secepatnya, tapi aku tidak bisa"
"Wae?"
"Masa depan bisnisku ada di tangan wanita itu. Walaupun dia sudah membantu pembangunan bar ku waktu itu, namun harta peninggalan Ibuku masih di simpannya sampai saat ini"
"Mwo? Bagaimana bisa mendiang Ibumu memberikan semua warisan padanya? Bukankah wanita itu hanya anak yang di adopsinya dari panti asuhan?"
"Benar. Aku juga tidak mengerti wasiat dari Ibuku itu" Tawa pada wajah Go Yoon tadi, sekarang sudah menghilang sepenuhnya.
Mereka mulai membahas hal lain terkait bisnis bar sampai pada akhirnya pintu kamar Hayoung yang terbuka, menarik perhatian keduanya.
Wanita itu sepertinya tidak menyadari adanya kehadiran teman Go Yoon karena posisi duduknya tidak terlihat dari keluarnya dia dari kamar. Dia langsung berjalan menuju ke arah dapur dan menghiraukan keberadaan Go Yoon di area ruang tamu.
"Apa selama satu tahun ini kau selalu melihatnya berpakaian seperti itu, tapi kau sama sekali tidak tergoda sedikitpun?" Temannya mulai membahas kaos serta celana pendek yang dikenakan Hayoung tadi.
"Aku tidak akan pernah bisa menyentuh wanita itu"
"Wae? Apa kau sama sekali tidak pernah memperhatikan lekuk tubuhnya? Bahkan saat melihatnya lagi tadi, aku tidak bisa berhenti menatapnya"
"Karena kedua matanya itu"
"Mwo?"
"Dia akan selalu menatapku dengan kedua mata milik Ibuku dan aku tidak menyukainya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices
Fanfiction[COMPLETED] Oh Hayoung, wanita yang menjalani kehidupan menyedihkannya sejak kecil harus menjadi tunangan seorang pebisnis bar terkenal bernama Go Yoon saat usianya yang ke 23 tahun. Hal itu rupanya tidak mengubah kehidupannya sama sekali, namun mal...