23. Envy

212 23 2
                                    

Pagi hari kembali datang. Tidak ada pergerakan sama sekali dari seseorang yang masih berbaring di atas tempat tidur. Dia masih pulas tertidur sampai tidak memperdulikan suara berisik dari sang pemilik tempat tinggal yang sedang membuka pintu lemari dan tampak sibuk memasukkan pakaian wanita ke dalamnya. Pria itu sesekali menengok ke arah tempat tidur karena suara dari kantung plastik yang ada di tangannya takut mengganggu sang wanita. Setelah selesai, dia segera beranjak dari sana dan menutup kembali pintu dengan rapat. 

Tidak butuh waktu lama, wanita itu mulai menggerakkan kedua alisnya dan perlahan kedua matanya terbuka. Tubuhnya diregangkannya sebentar karena terasa pegal di beberapa bagian. Dia menghembuskan nafas panjangnya setelah memiringkan posisi berbaringnya. 

"Dimana aku?" Suaranya terdengar serak. 

Hayoung perlahan beranjak bangun ke posisi duduk dan memperhatikan seisi kamar itu. 

"Eoh?" Dia merasa mengenal tempat keberadaannya saat ini. 

Kepalanya langsung tertunduk karena tiba-tiba merasakan sakit di sana. Dia kemudian melihat ke arah pakaian yang dikenakannya. 

"Piyama?" Tangannya terjulur ke depan dan pakaian itu tampak terlalu besar di tubuhnya. 

Hayoung mencoba untuk mengingat kejadian sebelum dia tertidur kemarin malam. Memori tentang kedatangannya ke bar langsung terlintas di kepalanya begitu saja. 

"Ti-tidak mungkin......." Ingatan saat dia menenggak minuman beralkohol juga semakin jelas tergambar. 

"Tapi, bagaimana bisa aku berada di sini?" Hayoung masih tidak bisa mengingat bagian itu.

Kedua kakinya mulai turun dari tempat tidur. Sebelum berjalan, kepalanya kembali terasa sakit. Mungkin karena efek alkohol yang diminumnya semalam, gumamnya dalam hati. 

Pintu kamar dibukanya dan dia langsung mencari sang pemilik unit apartemen itu. 

"Nde, aku akan ke sana siang ini..." Suara Sehun terdengar dari balik pintu sebuah kamar yang tidak tertutup rapat. 

Hayoung melangkah mendekat dan mendapati punggung tegap pria itu yang sepertinya sedang berbicara dengan seseorang lewat panggilan telepon. 

"Nde, aku juga akan melakukan pengecekan ke tempat lainnya nanti. Kalau begitu, aku akhiri panggilannya sekarang"

Sehun menurunkan ponselnya dan tampak menghela nafas sebentar sebelum memijat dahinya beberapa kali. Dia membalikkan badannya dan melihat adanya seseorang yang berdiri di balik pintu. Dia langsung berjalan ke sana untuk menyapa Hayoung.

"Kau sudah bangun?"

Dia tampak terkejut karena sepertinya sedang melamun tadi. 
"N-nde...."

"Apa kepalamu tidak terasa sakit?" Sehun memegang dahinya yang membuatnya sedikit menundukkan kepalanya. 

"A-aku baik-baik saja. Sejak kapan aku berada di sini? Apa kau yang membawaku ke sini tadi malam?"

"Nde. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Kita ke ruang makan sekarang"

Hayoung membiarkan Sehun memegang tangannya dan menuntunnya untuk ke sana. Sikapnya itu mulai mengingatkannya pada sesuatu. 

Saat sudah duduk di sebuah bangku, Hayoung masih terdiam sambil menatap makanan di depannya. 

"Wae? Apa kau merasa mual sekarang?"

Wanita itu mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah sang kekasih. 
"Kenapa kau tidak marah padaku?"

"Nde?"

"A-aku sudah membohongiku kemarin saat keluar dari restoran itu. Aku menemui Go Yoon oppa untuk membantunya melakukan sesuatu"

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang